Strategi Pengembangan Usaha Rumput Laut di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
Abstract
Rumput laut Eucheuma cottonii memiliki beragam kegunaan dan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat pesisir. Potensi rumput laut yang sangat besar dan pengembangannya yang belum optimal maka diperlukan alternatif strategi sebagai upaya pengembangan usaha dengan mempertimbangkan secara keseluruhan kondisi sistem agribisnis pada Kabupaten Takalar. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kondisi sistem agribisnis rumput laut, (2) menganalisis lingkungan internal dan eksternal usaha rumput laut,
(3) merekomendasikan alternatif strategi dan prioritas strategi dalam pengembangan usaha rumput laut di Kabupaten Takalar.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Januari sampai Juni 2020. Penentuan responden untuk mengidentifikasi sistem agribisnis menggunakan simple random sampling yang terdiri dari 33 orang pembudidaya dan pengambilan sampel pemasaran rumput laut dengan mengikuti aliran produk dari pembudidaya maka didapatkan sebanyak tujuh pedagang pengumpul, dua pedagang besar, satu eksportir, dan satu industri pengolahan. Pengumpulan data terkait penentuan strategi pengembangan dilakukan dua tahap yaitu diawali diskusi/wawancara terhadap responden awal untuk menyaring persepsi dan informasi mengenai faktor internal eksternal usaha rumput laut. Tahap kedua, penilaian oleh pakar yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling penting dalam usaha rumput laut dan merekomendasikan prioritas strategi. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif, analisis keuntungan usaha, analisis nilai tambah. Perumusan dan prioritas strategi untuk pengembangan usaha menggunakan pendekatan A’WOT. A’WOT adalah penggabungan antara Analytical Hierarchy Process (AHP) dan kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman (SWOT)
Hasil analisis menunjukkan kondisi sistem agribisnis rumput laut di Kabupaten Takalar masih menghadapi permasalahan pada subsistem hulu (on farm) hingga subsistem hilir (off farm). Permasalahan yang terjadi seperti penggunaan peralatan budidaya yang belum ramah lingkungan, kualitas bibit yang rendah, kurangnya sumberdaya permodalan, pembudidaya belum berorientasi pada kegiatan pengolahan, serta pendampingan dan fungsi lembaga yang belum maksimal. Usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Takalar memberikan keuntungan sebanyak Rp17.531.390,- per siklus dan memiliki R/C ratio 2,3 berarti usaha tersebut menguntungkan untuk diusahakan. Rumput laut yang dipasarkan masih berupa rumput laut kering karena belum banyak pembudidaya yang mengolah rumput laut. Kegiatan pemasaran rumput laut di Kabupaten Takalar terbentuk lima saluran pemasaran. Saluran pemasaran yang paling banyak digunakan yaitu saluran 2, terdiri dari pembudidaya - pedagang desa – pedagang kecamatan – pedagang besar – eksportir.
Lingkungan internal usaha rumput laut, faktor kekuatan terdiri dari rumput laut menjadi komoditas unggulan, tenaga kerja tersedia, pengalaman pembudidaya memadai, pemasaran rumput laut kering mudah, usaha rumput laut menguntungkan, dan teknis budidaya sederhana. Sementara faktor kelemahan yang ada dalam usaha rumput laut berupa produksi rumput laut menurun, kualitas rumput laut belum sesuai standar, kurangnya minat pembudidaya mengolah rumput laut, akses pasar terbatas, sumberdaya modal terbatas, dan peran kelembagaan belum optimal.
Lingkungan eksternal, faktor yang menjadi peluang dalam usaha rumput adalah adanya dukungan pemerintah dan bantuan sarana prasarana, kondisi perairan sesuai untuk budidaya rumput laut, adanya rencana pembangunan industri makanan berbasis rumput laut di Kabupaten Takalar, dan adanya perkembangan IPTEK dalam mendukung pengembangan rumput laut. Faktor- faktor ancaman usaha rumput laut adalah evaluasi produk karaginan dan agar-agar oleh National Organic Standard Board, perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu, serangan hama penyakit, dan harga rumput laut yang berfluktuatif
Prioritas alternatif strategi yang dapat diterapkan pada pengembangan usaha rumput laut di Kabupaten Takalar adalah (1) meningkatkan produksi dan kualitas rumput laut dengan optimalisasi sumberdaya, (2) penguatan peran kelembagaan pembudidaya, (3) meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, (4) merancang jaringan agribisnis rumput laut berbasis digital, (5) meningkatkan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, (6) penguatan pola kemitraan dan promosi produk rumput laut, dan (7) meningkatkan diversifikasi produk olahan rumput laut. Eucheuma cottonii seaweed has a variety of uses and provide a positive impact for the economy of coastal communities. The potential of seaweed that is very large and its development which is not optimal yet need an alternative strategy as a business development. It can be conducted by considering the overall condition of the agribusiness system in Takalar Regency. The porpuse of this study was to (1) analyze the condition of the seaweed agribusiness system, (2) analyze the internal and external environment of seaweed business, (3) recommend alternative and priority strategy on the seaweed business development in Takalar Regency.
This research was conducted in the Takalar Regency, South Sulawesi Province from January until June 2020. The determination of the respondents to identify the agribusiness system used simple random sampling consisting of 33 cultivators. The sample for seaweed marketing was determined by following the flow of product from the cultivators, therefore it obtained a total of seven collectors, two wholesalers, one exporter, and one processing industry. Data collection related to the determination of the development strategy conducted in two phases. It began with the discussion/interview with early respondents to filter perception and information about the internal-external factors in seaweed business. The second stage was the assessment by the expert aimed to identify the most important factors in the seaweed business and recommend priority strategy. The analysis used in this reseach was descriptive analysis, analysis of business profits, and value added. The formulation and priority strategies for business development used A’WOT approch. A’WOT is an incorporation between Analytical Hierarchy Process (AHP) and strenghts, weaknesses, opportunities, threats (SWOT).
The results of the analysis indicated that the condition of the seaweed agribusiness system in Takalar Regency is still facing the problems on the upstream subsystem to downstream subsystem. The existed problems such as the use of cultivation equipment which is not environmentally friendly, the poor seed quality, the lack of capital resources, cultivators have not been focused on the processing activities, as well as institutional mentoring and functions which is not maximized. Seaweed cultivation business in Takalar Regency has provided a huge profit of Rp. 17.531.390,- per cycle and has a revenue cost (R/C) ratio of 2.3 which indicated that the business is profitable. Seaweed that is being marketed is still in the form of dried seaweed since merely a few farmers are interested and capable in cultivating seaweed. There are five seaweed’s marketing channels in Takalar Regency. Channel 2 is being the most widely used marketing channel, which consists of consisting of cultivators - village traders - subdistrict traders - wholesalers - exporters.
In the internal environment of the seaweed business, the strengths factors consist of seaweed a superior commodity, available labour, sufficient experience of cultivators, convenient seaweed marketing, profitable seaweed business, and simple cultivation techniques. On the other hand, the weaknesses factors of the seaweed business are decreased seaweed production, low quality of seaweed, cultivators lack of interest in cultivating seaweed, limited market access, limited capital resources, and the role of institutions is not optimal.
In the external environment, the opportunities factors in the seaweed business are goverment support and infrastucture assistance, water accessibility for seaweed cultivation, development plant of seaweed-based food industry in Takalar Regency, and development of science and technology. The threats factors of seaweed business are the evaluation of carrageenan and agar products by the National Organic Standard Board, climate change and erratic weather, pest and disease attacks, and fluctuating seaweed prices.
The priority strategies that can be applied to seaweed business development in Takalar Regency are (1) increasing the seaweed production and quality by optimizing resources, (2) strengthening the institutional role of cultivators, (3) increasing the capacity of human resources, (4) designing networks digital- based seaweed agribusiness, (5) improving appropriate and environmentally friendly technology, (6) strengthening partnership patterns and promoting seaweed products, and (7) increasing the diversification of processed seaweed products.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]