Kajian Penerapan Teknologi Pengendalian Penyakit-Penyakit pada Pembibitan Sengon di Bogor
Date
2021-08-30Author
Wibowo, Arif Ravi
Wiyono, Suryo
Fariyanti, Anna
Metadata
Show full item recordAbstract
Tanaman sengon merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang banyak di budidayakan di Indonesia karena berbagai keunggulannya. Tanaman ini dikenal dengan nama Falcataria moluccana (Miq). Upaya budidaya tanaman sengon masih harus menghadapi masalah penyakit tanaman. Gangguan penyakit dapat ditemukan di pembibitan maupun pada tanaman di lahan. Pengendalian penyakit yang dilakukan selama ini masih sangat mengandalkan penggunaan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik diketahui kurang efektif dalam mengendalikan penyakit pada pembibitan. Agens hayati dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis penyakit tanaman dan memiliki berbagai kelebihan. Penggunaan agens hayati pada budidaya tanaman kehutanan harus mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi. Efisien dilihat dari pertimbangan waktu aplikasi, tenaga saat aplikasi, dan biaya. Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan berbagai perlakuan paket teknologi pengendalian terhadap kejadian penyakit utama dan menganalisis pendapatan usahatani pembibitan sengon. Penelitian dilakukan melalui percobaan penerapan berbagai teknik pengendalian penyakit menggunakan bahan bibit sengon, media semai, pupuk majemuk NPK, fungisida Dithane M-45 80WP, dan formulasi komersial agens hayati. Formulasi komersial agens hayati yang digunakan yaitu Rhizomax, Primagrain, Trichowish, Kayabio, dan Bio-Hara Plus. Perlakuan pada penelitian ini yaitu ET (existing technology-teknologi petani), P1 (KayaBio dan Bio-Hara Plus), P2 (Rhizomax dan Primagrain), dan P3 (Trichowish dan fungisida Dithane M-45 80 WP). Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali dengan tiap ulangan berjumlah 200 tanaman. Tanaman yang diamati pada setiap ulangan sebanyak 40 tanaman. Proporsi kejadian penyakit juga dihitung untuk mengetahui penyakit yang paling dominan ditemukan pada pembibitan sengon. Analisis usahatani pembibitan sengon menggunakan paket teknologi baru dilakukan dengan melakukan analisis produksi terhadap existing technology (teknologi petani) terlebih dahulu. Teknologi petani dalam penelitian ini merupakan metode budidaya pembibitan sengon yang dilakukan oleh satu orang petani, yaitu pemilik kebun CV. Alam Mandiri. Analisis tersebut dilakukan dengan mengidentifikasi teknologi produksi yang digunakan dalam usahatani bibit sengon di petani serta penggunaan input dan output yang dihasilkan dari kegiatan usahatani tersebut.Setelah itu, dilakukan formulasi teknologi produksi pada paket teknologi pengendalian yang baru dengan melakukan substitusi beberapa bahan perawatan dari existing technology. Kemudian dilakukan analisis pendapatan dengan memperhitungkan berbagai komponen pendapatan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga November 2019 di Laboratorium Klinik Tanaman Depertemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB dan kebun pembibitan petani Desa Cibanteng, kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil percobaan menunjukkan bahwa seluruh perlakuan paket teknologi baru tidak menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan survival rate dan penekanan kejadian dan keparahan penyakit antraknosa pada bibit sengon. Semua perlakuan menunjukkan nilai survival rate lebih dari 95% (96%-97,7%). Penyakit yang ditemukan pada penelitian ini adalah antraknosa dan karat puru. Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan Colletotrichum sp.. Cendawan ini ditemukan pada bagian akar, batang, dan daun bibit sengon. Gejala penyakit ini pada batang berupa bercak membelah jaringan kulit hingga kedalam jaringan floem. Bercak tersebut berwarna krem kehitaman hingga coklat kehitaman. Secara umum gejala tersebut disebut kanker batang. Penyakit karat puru disebabkan oleh cendawan Uromycladium tepperianum. Penyakit ini menginfeksi bibit pada bagian batang dan cabang. Penyakit ini muncul sejak bibit berumur tiga minggu setelah semai. Gejala penyakit ini berupa pembesaran pada bagian batang atau cabang secara abnormal sehingga membentuk puru yang berwarna hijau pucat atau keputih-putihan. Penelitian ini menunjukkan bahwa paket teknologi dengan bahan aktif agens hayati yang diaplikasikan dengan cara perendaman benih dan soil drenching mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman lebih baik dari tanpa perlakuan pada masa awal pertumbuhan. Terdapat dua perlakuan paket teknologi baru yang berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman sengon pada awal pertumbuhan, yaitu perlakuan P1 dan P2. Seluruh perlakuan paket teknologi yang baru memiliki nilai R/C ratio lebih dari 1 sehingga menguntungkan jika diterapkan oleh kasus petani. Meskipun perlakuan paket teknologi yang baru menghasilkan keuntungan namun nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan perlakuan existing technology yang diterapkan pada kasus satu petani. Sengon plant is one type of forest plant that is widely cultivated in Indonesia because of its various advantages. This plant is known as Falcataria moluccana (Miq). Efforts to cultivate sengon plants still have to face the problem of plant diseases. Disease can be found in nurseries as well as in plants in the field. Disease control is still mostly using synthetic pesticides. The use of synthetic pesticides is known to be less effective in controlling disease in nurseries. Biological agents can be used to control various types of plant diseases and have various advantages. This study aims to examine the effect of various treatment control technology packages on the incidence of major diseases, and to analyze farm income of sengon nursery. The research was conducted through experimental application of various disease control techniques using materials such as sengon seeds, seedling media, NPK compound fertilizer, fungicide Dithane M-45 80WP, and commercial formulations of biological agents. The treatments in this study were ET (existing technology-farmer technology), P1 (KayaBio and Bio-Hara Plus), P2 (Rhizomax and Primagrain), and P3 (Trichowish and fungicide Dithane M-45 80 WP). The experimental design used a Randomized Complete Block Design. Each treatment was repeated 5 times with each replication containing 200 plants. The plants observed in each replication were 40 plants. The proportion of disease incidence was also calculated to determine the most dominant disease found in Sengon nurseries. The analysis of sengon nursery farming using a new technology package was carried out by conducting a production analysis of the existing technology (farmer technology) first. The analysis was carried out by identifying the production technology used in sengon nursery farming in farmers and the use of inputs and outputs generated from these farming activities. Thereafter the production technology formulation was carried out on the new control technology package by substituting some maintenance materials from the existing technology. Then the income analysis is carried out by taking into account the various components of income. The research was conducted from June to November 2019 at the Plant Clinical Laboratory, Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, IPB and the farmer's nursery in Cibanteng Village, Ciampea sub-district, Bogor district, West Java. The experimental results showed that all the new technology package treatments did not produce a significant effect on increasing the survival rate and suppressing the incidence and severity of anthracnose disease in sengon seedlings. All treatments showed a survival rate of more than 95% (96%-97,7%). Diseases found in this study were anthracnose and gall rust. Anthracnose disease is caused by the fungus Colletotrichum sp.. Gall rust disease is caused by the fungus Uromycladium tepperianum. This disease appears since the seedlings were three weeks after sowing. This study showed that the technology package with active ingredients of biological agents applied by soaking the seeds and soil drenching was able to increase plant growth better than without treatment in the early stages of growth. There were two treatment having effect on increasing the growth of young age of sengon, namely P1 and P2 treatments. All treatments of the new technology package have an R/C ratio value of more than 1 so that they were feasible to be applied to the case of one farmer. Although the treatment of the new technology package yields benefits, the value is smaller when compared to the treatment of the existing technology applied to the case of one farmer.
Collections
- MT - Agriculture [3772]