Kinerja Produksi dan Analisis Usaha Ikan Botia (Chromobotia macracanthus) pada Sistem Resirkulasi dengan Padat Tebar dan Debit Air Berbeda
Date
2021Author
Puluhulawa, Riska
Budiardi, Tatag
Diatin, Iis
Effendi, Irzal
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan botia merupakan salah satu spesies ikan hias endemik dari Sumatera dan Kalimantan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Produksi ikan botia masih didominasi dari hasil tangkapan di alam dan sangat dipengaruhi oleh musim sehingga tidak kontinu, serta ukurannya yang tidak seragam. Ikan botia tersebut ditampung dan didederkan pada sentra konsumen yang umumnya berada di kawasan urban sehingga harus dilakukan secara intensif karena harga lahan dan air yang cukup mahal. Upaya intensifikasi ikan botia melalui peningkatan padat tebar dan debit air dilakukan untuk meningkatkan kinerja produksi.
Padat tebar yang semakin tinggi menyebabkan kebutuhan oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) dalam media budidaya juga semakin meningkat. Peningkatan debit air dapat mempercepat laju difusi oksigen di udara kedalam air sehingga dapat meningkatkan kandungan DO untuk memenuhi kebutuhan ikan yang dipelihara dengan padat tebar tinggi. Debit air yang lebih tinggi membutuhkan biaya listrik yang lebih mahal sehingga biaya produksi semakin tinggi dan memengaruhi keuntungan yang diperoleh. Oleh karena itu, perlu ditentukan debit air yang tepat untuk menghasilkan pasokan air bersih dengan kandungan oksigen terlarut yang tinggi dan sisa hasil metabolisme yang rendah dengan memerhatikan analisis usaha sehingga dapat meningkatkan kinerja produksi dan keuntungan. Biaya investasi dan operasional sistem resirkulasi relatif lebih tinggi daripada sistem non resirkulasi sehingga perlu dilakukan analisis usaha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi dan usaha pada penampungan dan pendederan ikan botia menggunakan sistem resirkulasi dengan padat tebar dan debit air yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor, yaitu padat tebar dan debit air. Padat tebar yang digunakan adalah 1, 2, dan 3 ekor L-1, sedangkan debit air terdiri atas 0,05; 0,10; dan 0,15 L s-1. Volume air yang digunakan adalah 48 L dan stopkeran berdiameter ½ inci untuk mengatur debit air pada pipa inlet. Ikan botia diberi pakan Tubifex sp. dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari sesuai padat tebar, yaitu 5 g pada padat tebar 1 ekor L-1, 10 g pada padat tebar 2 ekor L-1, dan 15g pada padat tebar 3 ekor L-1 selama 60 hari pemeliharaan. Parameter uji meliputi kualitas air, respons stres, kinerja produksi, serta analisis usaha. Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap 15 hari untuk mengukur bobot dan panjang ikan, serta tingkat konsumsi oksigen dan glukosa darah. Kualitas air akuarium dan filter diukur setiap hari meliputi suhu, pH, dan oksigen terlarut, sedangkan alkalinitas, amonia (NH3), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), dan total organic matter (TOM) diukur setiap 15 hari. Kualitas warna visual ikan botia diukur secara visual pada akhir penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara kedua faktor perlakuan terhadap kinerja produksi dan analisis usaha. Padat tebar berpengaruh nyata terhadap peningkatan laju pertumbuhan spesifik bobot, laju pertumbuhan mutlak bobot individu, rasio konversi pakan, penerimaan, keuntungan, payback period (PP), dan R/C ratio. Pola pertumbuhan ikan botia adalah alometrik negatif. Padat tebar dan debit air memiliki interaksi terhadap kualitas visual warna merah sirip dada, serta ekor, namun tidak berpengaruh nyata terhadap warna hitam ikan botia. Padat tebar dan debit air yang berbeda dalam penelitian ini menghasilkan kualitas air dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh ikan botia sehingga tidak menyebabkan stres, meningkatkan kinerja produksi dan usaha ikan botia. Kinerja produksi dan usaha terbaik ikan botia (Chromobotia macracanthus) pada sistem resirkulasi adalah padat tebar 3 ekor L-1. Padat tebar tersebut menghasilkan penerimaan tiga kali lebih besar, keuntungan satu setengah kali lebih besar, payback period lima kali lebih cepat, dan R/C ratio satu kali lebih besar dibandingkan dengan padat tebar 1 ekor L-1. Clown loach is one of the endemic ornamental fish species from Sumatra and Borneo which has high economic value. Production of clown loach dominated by natural catches and strongly influenced by the season so that it is not continuous with a variety of sizes. Clown loach collected and bred at consumer centers in urban areas, so it must be done intensively because land and water are quite expensive. Efforts to improve the production performance of clown loach in recirculated aquaculture system can be done by increasing stocking density and water discharge.
The higher the stocking density, the higher the demand for dissolved oxygen (DO) in the culture medium. The increase of water discharge can accelerate the oxygen diffusion in the air so that it can increase the DO and keep the fish raised in high stocking densities. Higher water discharge requires more expensive electricity costs and affects profits. Therefore, it is necessary to determine the appropriate water flow to produce a clean water supply with high dissolved oxygen content and low metabolic waste products so as to increase production performance and profits. The investment and operational costs of a recirculation system are relatively higher than that of a non-recirculating system, so a business analysis is necessary. This study aimed to analyze the production and business performance of clown loach farming using recirculating aquaculture system (RAS) with different stocking densities and water discharges.
This study used a factorial completely randomized design with two factors, i.e. the stocking density of 1, 2, and 3 fish L-1 and the water discharge of 0,05; 0,10; and 0,15 L s-1. The volume of water used in each aquarium was 48 L and using a ½ inch faucet stop to regulate the water discharge from the inlet pipe. Clown fish fed Tubifex sp. with a feeding frequency of two times a day according to the treatment for 60 days. The test parameters include water quality, stress response, production performance, and business analysis. Fish samples were taken every 15 days to measure the weight and length of the fish, as well as the level of oxygen counsumption and blood glucose. Water quality of aquarium and filters are measured every day including temperature, pH, and dissolved oxygen (DO), while alkalinity, ammonia, nitrite, and total organic matter (TOM) are measured every 15 days. The visual color quality of botia fish was measured visually at the end of the study.
The result of this study indicated that there is no interaction between the two factors on production performance, payback period and R/C ratio. Stocking density has a significant effect on specific growth rate, the absolute growth rate of individual weight, feeding consumption rate, total revenue, profit, payback period (PP), and the R/C ratio of clown fish. The growth pattern of clown loach was negative allometric. Stocking density and water discharge had an interaction on the visual quality of the red color of pectoral and caudal fins, but did not significantly affect the black color of clown loach. Different stocking densities with the combination of water discharge in this study resulted that the water quality were within tolerable range for clown loach so that they did not experience stress, as well as high production and business performance. It was recommended to intensify clown loach with a stocking density of 3 fish L-1. That stocking density resulted in three times higher revenue, one and a half times higher profit, five times faster payback period, and one time higher R/C ratio compared to 1 L-1 stocking density.
Collections
- MT - Fisheries [3011]