Strategi Peningkatan Keunggulan Daya Saing Industri Rumput Laut Penghasil Karaginan di Indonesia
Date
2021Author
Sani Saputro A., Muh. Gunawan
Nuryartono, Nunung
Arifin, Bustanul
Zulbainarni, Nimmi
Metadata
Show full item recordAbstract
Industri rumput laut Indonesia saat ini mengalami paradoks: unggul secara komparatif namun inferior di pasar global. Letak geografis yang strategis dengan garis pantai terpanjang (UNCTAD 2018), pertemuan segitiga koral terbesar di dunia (KKP 2018) serta didukung oleh melimpahnya jumlah SDM di Kawasan pesisir tidak serta merta membuat Indonesia superior dalam persaingan global industri rumput laut dunia. Sebanyak 90% rumput laut Indonesia di ekspor dalam kondisi mentah atau penambahan nilai tambah secara minimalis (ARLI 2018). Sebaliknya, 50.7% rumput laut yang diimpor masuk ke Indonesia dalam kondisi sudah diolah secara lebih lanjut (ARLI 2018 dan BPS 2016). Secara khusus kondisi tersebut juga terjadi pada salah satu turunan produk rumput laut yakni rumput laut penghasil karaginan. Karaginan banyak digunakan pada sediaan makanan, farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental atau penstabil. Saat ini 70% produk karaginan Indonesia diserap oleh Cina melalui aktifitas perdagangan luar negeri (Katadata 2018). Dampaknya, ekspor produk karagienan Indonesia berpotensi kembali meningkat menuju Amerika Serikat (Katadata 2018). Industri rumput laut penghasil karaginan juga merupakan prime mover ekonomi pesisir (KKP 2018). Selain itu, potensi pasar rumput laut nasional maupun global menunjukan tren yang terus tumbuh sebanyak minimal 8.4 % per tahun hingga tahun 2023 (marketsandmarkets.com 2019). Tujuan penelitian ini adalah 1) Mengkaji daya saing industri rumput laut penghasil karaginan Indonesia, 2) Menganalisis pengaruh inovasi dan dukungan pemangku kepentingan terhadap peningkatan keunggulan daya saing industri rumput laut penghasil karaginan Indonesia, dan 3) Merancang desain dan strategi peningkatan daya saing industri rumput laut penghasil karaginan di Indonesia melalui peningkatan inovasi dan kolaborasi diantara semua pemangku kepentingan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis deskriptif, Structural Equation Modelling (SEM), dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Data sekunder yang digunakan berasal dari lembaga atau laman resmi dari perusahaan- perusahaan yang datanya terlibat dalam observasi penelitian ini. Sementara itu, data primer dikumpulkan dari kuesioner yang diisi oleh para pelaku industri hasil olah rumput laut di Indonesia. Selain itu, adalah data kualitatif yang berasal dari hasil wawancara dengan pakar. Hasil kajian daya saing industri rumput laut penghasil karaginan Indonesia menggunakan metode statistif deskriptif melalui model persepsi menunjukkan bahwa keunggulan daya saingnya masih dinilai lemah. Tiga parameter utama yang menjadi perhatian adalah dinilai rendahnya cost leadership, kemampuan peningkatan nilai ekspor dan swadaya pemenuhan kebutuhan rumput laut dalam negeri. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa pengaruh inovasi dan dukungan pemangku kepentingan terhadap peningkatan keunggulan daya saing industri rumput laut penghasil karaginan Indonesia dinilai signifikan. Inovasi diwakili oleh variabel laten atribut inovasi, saluran komunikasi dan peran agen perubahan disimpulkan berpengaruh signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap keunggulan daya saing industri. Kebijakan utama yang diterapkan adalah penetapan kebijakan pemerintah. Tingkat sasaran secara keseluruhan menunjukkan bahwa peningkatan kualitas produksi merupakan prioritas sasaran. Aktor yang menjadi prioritas adalah pembudidayaan rumput laut. Sedangkan pada tingkat kriteria yang menjadi prioritas adalah kecepatan perubahan peningkatan daya saing industri rumput laut.
Collections
- DT - Business [105]