Kerentanan Penghidupan Masyarakat Pesisir Kabupaten Bintan terhadap Perubahan Iklim
Abstract
Perubahan iklim berdampak pada perubahan intensitas atau frekuensi
kejadian iklim ekstrim. Wilayah pesisir merupakan wilayah yang paling rentan
terhadap perubahan iklim dan kejadian iklim ekstrim. Perubahan iklim di wilayah
pesisir dapat dirasakan dari adanya kecenderungan perubahan suhu, naiknya
permukaan air laut dan perubahan karakterisitik curah hujan harian, seperti
meningkatnya jumlah hari hujan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perubahan iklim global terhadap iklim di pesisir Kabupaten Bintan serta
menilai kerentanan penghidupan rumah tangga terhadap dampak perubahan iklim
di wilayah tersebut. Analisis tren perubahan iklim dilakukan terhadap statistik curah
hujan harian yang berkaitan dengan curah hujan ekstrim, salah satunya yaitu curah
hujan yang melampaui ambang batas percentile 95%. Data curah hujan bersumber
dari data BMKG dan CHIRPS yang dilakukan koreksi bias. Metode Livelihood
Vulnerability Index (LVI) dan LVI-IPCC digunakan untuk menilai kerentanan
penghidupan masyarakat pesisir. Hasil penelitian menunjukkan tren curah hujan
ekstrem selama 30 tahun di Kabupaten Bintan mengalami laju kenaikan pada
rentang 0.146 mm/tahun – 0.4015 mm/tahun. Frekuensi kejadian curah hujan
ekstrem juga mengalami kenaikan tren sebesar 24 kali setiap tahunnya dengan
kejadian tertinggi pada tahun 2011 serta terendah pada tahun 1997. Nilai tertinggi
curah hujan eksrem pada threshold persentil 95% sebesar 291 mm/hari dan terendah
sebesar 48.89 mm/hari. Kerentanan penghidupan masyarakat Pesisir Kabupaten
Bintan berdasarkan 10 komponen utama dan 53 sub komponen berada pada nilai
kerentanan sedang baik pada perhitungan LVI (0.37- 0.40) maupun LVI-IPCC
(0.002-0.003). Nilai kerentanan LVI tinggi ditemukan pada komponen strategi
penghidupan. Pada penilaian IPCC kategori paparan yang diwakili komponen
Bencana Alam dan Variabilitas Iklim memberikan tekanan paling besar. Climate change has an impact on changes in the intensity or frequency of
extreme climate events. Coastal areas are the most vulnerable to climate change and
extreme climate events. Climate change in coastal areas can be felt from the
tendency of changes in temperature, rising sea levels and changes in the
characteristics of daily rainfall, such as increasing the number of rainy days. This
study aims to determine the effect of global climate change on the coastal climate
of Bintan Regency and to assess the vulnerability of household livelihoods to the
impacts of climate change in the region. Analysis of climate change trends is carried
out on daily rainfall statistics related to extreme rainfall, one of which is rainfall
that exceeds the 95% percentile threshold. Rainfall data is sourced from BMKG
and CHIRPS data which is corrected for bias. Livelihood Vulnerability Index (LVI)
and LVI-IPCC methods are used to assess the livelihood vulnerability of coastal
communities. The results showed that the trend of extreme rainfall for 30 years in
Bintan Regency experienced an increase in the range of 0.146 mm/year – 0.4015
mm/year. The frequency of extreme rainfall events also experienced an increasing
trend of 24 times every year with the highest incidence in 2011 and the lowest in
1997. The highest value of extreme rainfall at the 95% percentile threshold was 291
mm/day and the lowest was 48.89 mm/day. The livelihood vulnerability of the
coastal communities of Bintan Regency based on 10 main components and 53 subcomponents is at a moderate vulnerability value both in the LVI calculation (0.37-
0.40) and LVI-IPCC (0.002-0.003). High LVI vulnerability values were found in
the livelihood strategy component. In the IPCC assessment, the exposure category
represented by the Natural Disaster and Climate Variability components gave the
greatest pressure.