Uji Daya Hasil Galur-Galur Mutan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schumach) di Dataran Rendah

Abstract

Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) cv. Ciawi Dua merupakan salah satu tanaman pakan ternak yang banyak dikembangkan di Indonesia sebagai sumber hijauan pakan ternak ruminansia. Namun demikian rumput jenis ini belum bisa beradaptasi baik pada lingkungan kekeringan tinggi yang umumnya terjadi di daerah dataran rendah sehingga daya hasil hijauan menurun karena kondisi lingkungan fisik tanah dan iklim yang tidak mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi keunggulan galur-galur mutan rumput gajah. Bahan tanam yang diuji dalam penelitian ini adalah 7 galur mutan rumput gajah koleksi BB Biogen dan 1 galur mutan rumput gajah kultivar Ciawi Dua sebagai kontrol. Percobaan dilaksanakan di Dusun Ceruk Dendeng, Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dari bulan Juni sampai Oktober 2020. Variabel yang diamati adalah jumlah anakan, panjang batang, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, panjang ruas, diameter batang, bobot panen per tanaman, dan bobot panen total. Rancangan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu galur mutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa galur mutan kontrol/asli secara umum lebih baik daripada galur-galur mutan rumput gajah hasil pemuliaan in vitro berdasarkan seluruh aspek pengamatan. Galur M6 dan M5 berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki karakter yang lebih baik dibanding galur lainnya selain galur kontrol.

The elephant grass (Pennisetum pupureum Schumach) cv. Ciawi Dua is one of the most developed forage crops in Indonesia as a source of feed for ruminants. However, this grass has not been able to adapt well to the drought environment which generally occurs in lowland areas so that crop yields can decrease due to unfavorable physical soil and climatic conditions. This study aimed to determine the potential advantages of elephant grass mutant lines. The genetic materials tested in this study were 7 mutant lines of BB Biogen elephant grass collection and 1 mutant line of elephant grass cultivar Ciawi Dua as a control. The experiment was carried out in Ceruk Dendeng Hamlet, Lulut Village, Klapanunggal District, Bogor Regency, West Java from June to October 2020. The variables observed were number of tillers, stem length, plant height, number of leaves, leaf length, leaf width, internode length, stem diameter, sample harvest weight, and total harvest weight. The research design used was a completely randomized group design with one factor, namely mutant line. The results showed that the control/native mutant lines were generally better than the elephant grass mutant lines from in vitro breeding based on all aspects of observation. Two lines have the potential to be developed further because they have better characters than other lines besides control line.