Komposisi Jenis dan Distribusi Serangga yang Berasosiasi dengan Puru Eukaliptus di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
Date
2021Author
Puspasari, Lindung Tri
Hidayat, Purnama
Buchori, Damayanti
Ubaidillah, Rosichon
Triwidodo, Hermanu
Metadata
Show full item recordAbstract
Eucalyptus spp. merupakan tumbuhan asli dari Australia, Papua Nugini,
Filipina dan Indonesia. Di Indonesia, tanaman ini tumbuh alami di bagian timur
Indonesia (Eucalyptus deglupta dari Sulawesi, E. urophylla dan E. alba dari NTT,
dan E. pelita dari Papua Barat). Salah satu hama penting pada tanaman eukaliptus
adalah serangga hama pembentuk puru yang dapat menghambat laju fotosintesis.
Informasi tentang jenis-jenis puru pada eukaliptus di Indonesia sangat minim,
begitu juga cara pengendaliannya. Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa
Tenggara Timur merupakan salah satu daerah endemik eukaliptus yang tumbuh
secara alami, karena itu sangat tepat mempelajari berbagi hal tentang puru
eukaliptus di sini. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jenis,keanekaragaman
dan kelimpahan serangga pembentuk puru serta parasitoidnya, mengetahui karakter
serangga penyebab puru dan parasitoidnya secara morfologi dan molekuler,
mengetahui tingkat parasitisasi pada serangga penyebab puru pada tanaman
eukaliptus di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Penelitian
dilakukan mulai bulan Oktober 2017 sampai Juni 2018. Pengambilan sampel
dilakukan di kawasan Cagar Alam Mutis dan lahan Reforestation Eukaliptus
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Identifikasi serta uji
analisis dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga dan Laboratorium
Virologi Tumbuhan. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB.
Penelitian mengenai karakter puru dan serangga yang berasosiasi dengan
puru eukaliptus di Kabupaten Timor Tengah Selatan dilakukan pada dua jenis
eukaliptus yang tumbuh di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara
Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode pengambilan langsung
pada 100 tanaman untuk masing-masing spesies eukaliptus secara purposive.
Masing-masing contoh tanaman diamati langsung bagian batang atau ranting serta
daun yang bergejala puru untuk melihat jenis puru yang terbentuk. Setiap bagian
tanaman yang bergejala puru berbeda dimasukkan ke dalam plastik ziplock atau cup
plastik yang terpisah untuk selanjutnya dipelihara. Pemeliharaan ini bertujuan
untuk mengamati serangga yang keluar dari puru, baik serangga penyebab puru
maupun parasitoidnya. Identifikasi suatu spesies secara morfologi perlu didukung
dan dikonfirmasi lebih lanjut secara molekuler. Identifikasi secara molekuler
merupakan salah satu teknik pendukung untuk memastikan identifikasi morfologi
yang dilakukan tepat. Ada beberapa gen yang populer digunakan untuk identifikasi
serangga secara molekuler diantaranya gen mitochondrial cytochrome c oxidase
subunit I gene (mtCOI), dan gen 28S rDNA pada daerah D2. Hasil pengamatan
menunjukkan jumlah gejala puru yang terbentuk akibat infestasi serangga yang
ditemukan adalah 27 gejala pada 2 spesies eukaliptus yang berbeda, yaitu 12 gejala
puru pada E. alba dan 15 gejala puru pada E. urophylla. serangga yang muncul
dari pemeliharaan puru serangga yang didapatkan dari pemeliharaan puru sudah
terkonfirmasi secara morfologi dan molekuler ada yang berperan sebagai
penginduksi puru, parasitoid maupun inquiline. Eucalyptus spp. are native to Australia, Papua New Guinea, the Philippines
and Indonesia. In Indonesia, the plants grow naturally in the Eastern Indonesia (E.
deglupta from Sulawesi, E. urophylla and E. alba from East Nusa Tenggara (NTT),
and E. pelita from West Papua). One of the important pests in eucalyptus plants are
the leaf gall insects that could inhibit the rate of photosynthesis process. Information
about the types of gall in eucalypts in Indonesia is very minimal, as well as how to
control them. Timor Tengah Selatan District, East Nusa Tenggara is one of the
Eucalyptus endemic areas where the plant grows naturally, so it is the right place to
study eucalyptus natural pests . This study aims to identify the species diversity and
abundance of insect-forming galls associated with eucalyptus plants and their
parasitoids. The study also focuses on the morphological characters as well as
molecular variation of insects causing galls and their parasitoids. The research was
conducted from October 2017 to June 2018. Sampling was conducted in the Mutis
Nature Reserve and the Eucalypt reforestation area, in the South Central Timor
Regency, East Nusa Tenggara. Insect identification and data analysis were carried
out at the Insect Biosystematics Laboratory and the Plant Virology Laboratory.
Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, IPB.
The research abaout the character of the galls and insects associated with
eucalyptus was conducted on two types of eucalyptus that grow in Timor Tengah
Selatan Subdistrict, East Nusa Tenggara. Sampling was carried out by direct
sampling at 100 units of plants for each species. Each plant was treated as a sample
unit, and observation was directly done on the stems or twigs and leaves that has
symptoms of the galls. Each different part of the plant was then collected and put
in a separate plastic bag or plastic cup for further observation of the insects’
emergence. Identification of the species was further done in Bogor using
morphological characters as well as using molecular techniques. Several genes that
are popularly used for molecular based identification (for example the
mitochondrial cytochrome c oxidase subunit I gene (mtCOI), and the 28S rDNA
gene) were used in the identification. Based on the identification of the gall type,
27 gall symptoms in E. alba and 15 gall symptoms in E. Urophylla were found.
Insects that were collected from the reared galls have been morphologically and
molecularly identified as gall inducers, parasitoids, or inquilines.
Collections
- DT - Agriculture [727]