Hubungan Regulasi Diri, Pola Konsumsi Pangan, dan Pola Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Remaja
Abstract
Remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menjadi dewasa
dengan kebutuhan dan kesehatan yang spesifik. Pada masa remaja terjadi
perubahan fisik (pertumbuhan) yang paling pesat dibandingkan periode
sebelumnya maupun setelahnya. Selain pertumbuhan fisik yang pesat, kondisi
psikologis pada masa remaja juga terus mengalami pematangan. Salah satu aspek
penting dalam perkembangan psikologis remaja adalah regulasi diri.
Pengembangan regulasi diri pada remaja berperan dalam membuat keputusan
yang konsekuensinya akan berdampak panjang. Regulasi diri mengacu pada
proses terkontrol dan otomatis, yang dijadikan sebagai penentu dasar perilaku
manusia. Proses perilaku ini memainkan peran dalam perilaku gizi dan kesehatan,
seperti makan, pemilihan makanan, dan asupan minuman. Eratnya kaitan regulasi
diri dengan perilaku gizi dan kesehatan mengindikasikan bahwa regulasi diri juga
berkaitan dengan status gizi. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) prevalensi masalah gizi masih ditemukan pada kelompok usia remaja.
Berbagai permasalahan tersebut tidak terlepas dari bagaimana seorang remaja
berperilaku terkait gizi, mulai dari pemilihan makanan, konsumsi makanan,
maupun aktivitas fisik yang dilakukan. Berdasarkan pernyataan di atas, tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis hubungan tingkat regulasi diri, pola konsumsi
pangan, pola aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja, serta dengan
memperhatikan faktor lain yang juga berhubungan dengan hal tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2021 di SMP Negeri
16 Kota Bekasi, dengan jumlah subjek yang terlibat sebanyak 53 siswa/i kelas
VIII. Desain penelitian ini adalah cross sectional study dengan pengambilan data
secara langsung. Data yang diambil terdiri dari karakteristik subjek (usia dan jenis
kelamin), regulasi diri dengan menggunakan short self-regulation questionnaire,
pola konsumsi pangan diambil dengan food frequency questionnaire, pola
aktivitas fisik 7x24 jam, pengetahuan dan sikap gizi seimbang, sosio-ekonomi
keluarga, dan status gizi dengan data IMT/U. Analisis data menggunakan uji
Spearman rank dilanjutkan dengan uji multivariat menggunakan regresi linear
berganda.
Subjek dalam penelitian ini merupakan remaja awal (13-14 tahun) dengan
dua per tiganya adalah perempuan (64,2%). Sebanyak 37,7% orang tua subjek
memiliki pendapatan lebih dari Rp 3.500.000, namun ada sebesar 9,4% dengan
pendapatan orang tua kurang dari Rp 1.500.000. Pendidikan ayah dan ibu
utamanya adalah SMA (66,0% dan 41,5%).
Subjek umumnya memiliki pengetahuan gizi yang cukup (83,0%) dan
sikap yang positif (94,3%). Pangan yang paling sering dikonsumsi, yaitu nasi,
mie, roti putih (karbohidrat), ayam, ikan, telur (protein hewani), tahu, tempe,
kacang-kacangan (protein nabati), pisang, jeruk (buah-buahan), dan wortel, sawi,
kol (sayur-sayuran). Frekuensi konsumsi buah dan sayur umumnya kadangkadang
(≥1 kali/minggu). Sebanyak dua per tiga subjek (66%) memiliki kebiasaan
mengonsumsi fast food kategori sering (>3 kali/minggu). Subjek secara umum memiliki tingkat regulasi diri sedang (79,2%) dengan aktivitas fisik yang
tergolong ringan (88,7%).
Sebanyak 64,2% subjek memiliki status gizi baik. Akan tetapi, 5,7%
subjek memiliki status gizi kurang dan 30,2% subjek memiliki status gizi berlebih
(gizi lebih dan obesitas). Sebanyak 26,4% subjek memiliki status gizi berlebih dan
berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 63,3% subjek memiliki status gizi baik
dengan pengetahuan gizi cukup. Meskipun memiliki sikap gizi positif, sebanyak
30,2% subjek memiliki status gizi berlebih. Separuh subjek (50,9%) memiliki
status gizi baik namun sering mengonsumsi fast food. Sebagian besar subjek
(60,4%) memiliki tingkat regulasi diri sedang dan status gizi baik. Hanya
ditemukan 9,4% subjek memiliki regulasi diri tinggi namun memiliki status gizi
berlebih. Sama halnya dengan aktivitas fisik, hanya ditemukan 11,3% subjek
dengan aktivitas fisik sedang namun semuanya memiliki status gizi berlebih,
sisanya memiliki aktivitas fisik ringan.
Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan antara karakteristik
subjek (usia), pengetahuan dan sikap mengenai gizi seimbang dengan regulasi diri
(p<0,05). Regulasi diri berhubungan dengan pola aktivitas fisik dan pola
konsumsi buah serta fast food (p<0,05), namun tidak dengan pola konsumsi sayur
(p>0,05). Sementara itu, regulasi diri, pola aktivitas fisik, pola konsumsi buah dan
fast food, karakteristik subjek (usia), pendapatan orang tua, pendidikan orang tua,
pengetahuan dan sikap mengenai gizi seimbang berhubungan dengan status gizi
(p<0,05). Berdasarkan analisis multivariat, usia, jenis kelamin, pengetahuan dan
sikap gizi seimbang secara simultan berpengaruh terhadap regulasi diri sebesar
36,7%, dengan variabel yang paling dominan memengaruhi adalah pengetahuan
gizi seimbang (r square = 16,1%). Usia, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap
gizi seimbang, pendapatan orang tua, pendidikan orang tua, pola aktivitas fisik,
pola konsumsi buah, pola konsumsi fast food, dan regulasi diri secara simultan
juga berpengaruh terhadap status gizi sebesar 67,8%. Namun, hanya pengetahuan
gizi seimbang (r square = 19,9%) dan pola aktivitas fisik (r square = 16,2%)
yang secara parsial berhubungan dengan status gizi (p<0,05).
Collections
- MT - Human Ecology [2189]