Strategi Pengelolaan Telajakan sebagai Sarana Pendukung Keberadaan Tanaman Ritual di Desa Canggu dan Desa Penglipuran Bali
Date
2021Author
Natawiguna, I Made Pradnyan Dana
Arifin, Hadi Susilo
Kaswanto
Metadata
Show full item recordAbstract
Aktivitas pariwisata berdampak pada perubahan penggunaan lahan akibat
pembangunan sarana dan akomodasi pariwisata. Salah satunya perubahan fungsi
telajakan dari ruang tumbuh untuk tanaman ritual menjadi ruang terbangun.
Hilangnya ragam tanaman ritual menyebabkan kurangnya kelengkapan sarana
ritual sehingga berdampak pada keberlangsungan tradisi dan budaya di Bali. Peran
masyarakat dalam memanfaatkan kembali ruang telajakan sebagai ruang tumbuh
tanaman ritual perlu ditingkatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah: memetakan
karakteristik telajakan di Desa Canggu dan Desa Penglipuran, menyusun model
pengembangan struktur telajakan yang mendukung keberadaan tanaman ritual,
memetakan persepsi dan preferensi masyarakat terkait telajakan dan menghasilkan
sistem pengelolaan telajakan yang mendukung keberadaan tanaman ritual. Hasil
pengamatan menunjukkan struktur pembentuk telajakan dapat berupa kombinasi
dari parit terbuka, parit tertutup, jalur pejalan kaki, lahan terbuka, rumput, dan
dinding pagar. Ada perbedaan karakteristik telajakan yang ditemukan pada kedua
desa. Sebelas struktur telajakan terdapat pada Desa Canggu dan satu struktur
seragam ditemukan pada Desa Penglipuran. Kedua desa memiliki keragaman
tanaman yang tinggi dengan nilai indeks keragaman di Desa Canggu 3.88 dan Desa
Penglipuan 4.12. Keberadaan tanaman ritual yang ditemukan di telajakan Desa
Canggu (45.4%) lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman ritual yang ditemukan
di Desa Penglipuran (56.4%). Pemanfaatan tanaman telajakan oleh masyarakat
sejalan dengan motivasi memiliki telajakan yaitu untuk menunjang fungsi sosial
spiritual dan fungsi keindahan lingkungan. Terkait dengan preferensi tanaman
masyarakat cenderung memilih kombinasi rumput dengan beragam jenis tanaman.
Pengembangan model struktur telajakan berasal dari 11 konfigurasi struktur yang
ditemukan di Desa Canggu disesuaikan dengan fungsi bangunan hunian,
keagamaan, usaha, dan sosial budaya. Pengembangan model dapat menciptakan
ruang tanam bagi tanaman ritual yang mampu beradaptasi dengan kemajuan
pariwisata tanpa menghilangkan falsafah ruang tradisional Bali. Sistem pengelolaan
telajakan pendukung tanaman ritual memperhatikan 4 aspek yaitu model struktur
STc, jenis tanaman ritual, fungsi bangunan dan status kepemilikan. Rencana
pengelolaan telajakan pendukung keberadaan tanaman ritual berhasil disusun
dengan penyesuaian pada fungsi bangunan dan intensitas pemeliharaan. Tourism activities have an impact on land-use changes due to the construction
of tourism facilities and accommodation. Changes function of telajakan from green
space to a built area decrease the space for ritual plants. The loss of a variety of
ritual plants causes the lack of completeness of ritual facilities. It has an impact on
the sustainability of traditions and culture in Bali. The role of the community in
reusing the telajakan space as a space for growing ritual plants needs to be
improved. The aims of this study were: to mapping the characteristics
of telajakan in Canggu Village and Penglipuran Village, develop a model for
developing the structure of telajakan that supports the existence of ritual plants,
mapping community perceptions and preferences related to telajakan, and
producing a telajakan management system that supports the presence of ritual
plants. The observations show that the structure of the telajakan can be a
combination of an open ditch, covered ditch, pedestrians track, open ground, grass,
and fence wall. There are differences in the characteristics of telajakan found in the
two villages. Eleven telajakan structures are found in Canggu, and one uniform
structure is located in Penglipuran. Both villages have high plant diversity with a
diversity index value of 3.88 in Canggu and 4.12 in Penglipuan. The presence of
ritual plants found in the telajakan of Canggu (45.4%) was less than the ritual plants
found in Penglipuran (56.4%). The use of telajakan plants by the community is in
line with the motivation to have telajakan, namely to support social-spiritual
functions and the function of environmental aesthetic. Related to plant preferences,
people tend to choose a combination of grass with various types of plants. The
development of the model of the telajakan structure comes from 11 structural
configurations found in Canggu, which are adapted to the functions of residential,
religious, business, and socio-cultural buildings. The development of the model
created a planting space for ritual plants that are adaptable to tourism activity
without disregard the traditional Balinese philosophy. The management system
of telajakan followed four aspects, namely the STc structure model, types of ritual
plants, building functions, and ownership status. The management plan
of telajakan supporting the existence of ritual plants has been successfully prepared
with adjustments to the building function and the intensity of maintenance.
Collections
- MT - Agriculture [3772]