Komposisi dan Distribusi Burung Pemakan Buah di Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi
Date
2021Author
Abdillah, Nabilla Khalida
Mulyani, Yeni Aryati
Rahman, Dede Aulia
Metadata
Show full item recordAbstract
Hutan merupakan salah satu habitat penting bagi banyak makhluk hidup namun saat ini hutan mengalami banyak gangguan. Alih fungsi lahan, penebangan liar merupakan gangguan penyebab fragmentasi hutan. Dampaknya dapat memengaruhi makhluk hidup yang memanfaatkan hutan. Berbagai cara telah dilakukan manusia untuk mengembalikan hutan beserta fungsinya, seperti penanaman pohon dan larangan terkait penebangan. Upaya regenerasi hutan juga bisa dilakukan dengan bantuan hewan penyebar biji, salah satunya adalah burung. Burung memiliki hubungan timbal balik dengan tumbuhan dengan cara memakan buah dan menyebarkan bijinya. Kemampuan terbangnya mampu membawa dan menyebarkan biji dalam jangkauan yang luas, sehingga burung pemakan buah memiliki peran yang penting dalam restorasi habitat.
Salah satu kawasan hutan yang terganggu adalah Taman Hutan Raya Sultan Thaha Syaifuddin (Tahura STS) yang berada di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Kawasan konservasi ini mengalami perubahan tutupan lahan yang tinggi. Sebagian besar berubah menjadi perkebunan karet atau sawit. Tahun 2015 kawasan ini mengalami kebakaran lahan yang hanya menyisakan sedikit area hutan alami. Keberadaan burung pemakan buah sebagai penyebar biji merupakan hal baik untuk membantu pemulihan hutan yang terdegradasi. Namun, informasi terkait burung pemakan buah di Tahura STS belum banyak diketahui. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) mengidentifikasi jenis burung pemakan buah pada empat tipe habitat (hutan alam, semak belukar, kebun karet, kebun sawit), (2) menghitung kelimpahan relatif burung pemakan buah pada empat tipe habitat, (3) menghitung komposisi tumbuhan pada empat tipe habitat, (4) memprediksi pola sebaran burung pemakan buah dan mengidentifikasi variabel lingkungan yang memengaruhinya.
Penelitian dilakukan dari Bulan Oktober – Desember 2018. Penelitian dilakukan Tahura STS yang terletak antara 01º47’55”-01º57’31” LS dan 103º08’30”-103º16’40” BT. Lokasi pengambilan data dilakukan di empat tutupan lahan yaitu hutan alami, semak belukar, karet dan sawit. Penelitian ini menggunakan Stratified Random Sampling sebagai dasar pengambilan unit contoh. Plot sampel yang diterapkan sebanyak 15 plot pada tiap tipe habitat. Pengumpulan data dilakukan di tiap habitat menggunakan metode titik hitung (point counts). Pengamatan di setiap plot dilakukan pada pukul 06.00-08.00 WIB. Data variabel lingkungan dikumpulkan untuk melihat pengaruh lingkungan terhadap keberadaan berbagai jenis burung dengan pendekatan permodelan spasial menggunakan machine learning MAXENT. Data variabel lingkungan tersebut adalah elevasi, slope (DEMNAS), suhu, presipitasi (Bioclim), NDVI (Landsat-8), jalan (BBBike), dan tutupan lahan (Baplan dan Landsat-8). Pengukuran vegetasi dilakukan setiap plot pengamatan burung di setiap tipe habitat dengan menggunakan metode petak. Tiap tipe habitat hanya diambil 10 plot untuk pengambilan data vegetasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa burung pemakan buah relatif mudah dan sering dijumpai di Tahura STS. Burung pemakan buah (frugivora) yang dijumpai terdiri dari 7 famili dan 26 jenis. Famili yang paling sering dijumpai adalah famili Pycnonotidae (9 jenis), disusul dengan Bucerotidae (6 jenis), Dicaeidae (5 jenis), Columbidae (2 jenis), Capitonidae (2 jenis), dan Sturnidae (1 jenis). Hasil perhitungan dengan metode point counts menunjukkan dari total 14 jenis burung pemakan buah, 13 jenis burung diantaranya mencari makan di pohon (arboreal foraging), dan satu jenis burung mencari makan di atas tanah (terrestrial foraging).
Hasil perhitungan keanekaragaman dan kekayaan jenis burung pemakan buah di empat tipe habitat menunjukkan bahwa habitat alami memiliki nilai kekayaan jenis dan keanekaragaman tertinggi (DMg= 2, 48; H’= 2,05), sedangkan habitat sawit memiliki nilai keanekaragaman terendah (H’=0,74) dan habitat karet memiliki nilai kekayaan jenis yang terendah (DMg= 0,87). Perhitungan indeks kemerataan (E) burung di setiap tipe habitat menunjukkan bahwa habitat hutan dan habitat karet memiliki nilai yang sama (E= 0,86), disusul oleh habitat semak (E= 0,81). Habitat sawit memiliki nilai indeks kemerataan paling rendah (E= 0,46).
Hasil prediksi pola distribusi burung pemakan buah di Tahura STS dengan MAXENT menggunakan lima jenis burung yang dominan. Empat jenis burung termasuk dalam kriteria sedang dengan nilai AUC 0,8-0,9, yakni jenis burung Dicaeum trigonostigma, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus simplex dan Calorhamphus hayii. Jenis Pycnonotus atriceps, memiliki nilai AUC>0,9 dengan kriteria tinggi. Pola distribusi kelima jenis burung pemakan buah yang dominan tersebut menurut hasil prediksi ada di habitat hutan (P. atriceps, D. trigonostigma, P. simplex dan C. fuiliginosus) dan habitat sawit (P. aurigaster). Kelima jenis burung tersebut juga mudah dijumpai di tepian habitat seperti jalan, kawasan yang memiliki rentang suhu 26,34 °C – 26,47 °C, dan curah hujan 2600 mm/tahun.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat jenis-jenis burung yang dilindungi, terancam punah, maupun mendekati terancam. Jenis-jenis tersebut ditemukan di habitat hutan dalam kawasan yang terbatas akibat adanya fragmentasi. Pengelola kawasan perlu menjadikan status perlindungan yang dimiliki oleh beberapa jenis burung sebagai pertimbangan dalam menjaga keberadaan jenis-jenis tersebut. Pelarangan berburu, kegiatan patroli intensif, serta pelibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi bisa menjadi cara untuk menjaga serta melindungi keberadaan satwa-satwa Tahura STS. Pengelola juga dapat melakukan pemanfaatan burung pemakan buah sebagai agen regenerasi hutan. Pengkayaan jenis tumbuhan non-invasif yang mendukung keberadaan jenis burung pemakan buah dapat membantu perbaikan habitat yang terfragmentasi. Keberadaan burung pemakan buah yang mudah dijumpai dekat dengan jalan bisa menjadi potensi ekowisata Tahura STS sekaligus pengenalan kegiatan konservasi pada masyarakat dan pengunjung. Forests are one of the important habitats for many living creatures. Unfortunately, at the present day, many forest disturbances including land conversion and illegal logging has become major causes of forest fragmentations. The impact can affects on the living creatures that depend on the forest. Various methods have been taken to restore the forest and its functions, such as tree planting and a prohibition against logging. Forest regeneration efforts can also be done with the help of seed dispersal animals, one of them is birds Birds have a mutual relationship with plants by eating the fruit and spreading the seeds. Their ability to fly can carry and spread the seeds with a fairly wide range, therefore fruit-eating birds have an important role in habitat of restoration.
One of the disturbed forest areas is the Sultan Thaha Syaifuddin Forest Park (STS Forests Park) located in Batanghari District, Jambi Province. This conservation area is experiencing high land cover changes. Most of them turned into rubber or oil palm plantations. In 2015, this area also experienced extensive land fires, and leaving very little natural forest land. Having seed-spreading birds are a good thing and can help in restoring degraded forests. However, the information regarding fruit-eating birds in the STS forest park remains insufficient. Therefore, the objectives of this study were (1) to identify the species of fruit-eating birds in the four habitat types (natural forest, shrubs, rubber plantation, oil palm plantations), (2) to calcultae relative abundance of fruit-eating birds in the four habitat types (3) to calculate plant composition in four habitat types, (4) to predict the distribution pattern of fruit-eating birds and identifying environmental variables that influence it.
This research was conducted from October – December 2018 in the STS Forests Park which is located between 01º47'55"-01º57'31" South Latitude and 103º08'30"-103º16'40" East Longitude. Locations for data collection were carried out in four land covers, namely natural forest, shrubs, rubber, and oil palm. This study uses Stratified Random Sampling as the basis for taking the sample unit. The sample plots applied were 15 plots for each habitat type. Data were collected in each habitat using the point counts method. Observations in each plot were carried out at 06.00-08.00 WIB. Data on environmental variables were collected to see the effect of the environment on the presence of various types of birds with a spatial modeling approach using MAXENT machine learning. The environmental variable data are elevation, slope (DEMNAS), temperature, precipitation (Bioclim), NDVI (Landsat-8), roads (BBBike), and land cover (Baplan and Landsat-8). Vegetation measurements were carried out for each bird observation plot in each habitat type using the plot method. For each habitat type, only 10 plots were taken to collect vegetation data.
The results showed that fruit-eating birds were relatively easy and often found in the STS Forests Park. The fruit-eating birds that were found consisted of 7 families and 26 species. The most frequently encountered families were Pycnonotidae (9 species), followed by Bucerotidae (6 species), Dicaeidae (5 species), Columbidae (2 species), Capitonidae (2 species), and Sturnidae (1 species). The calculations using the point counts method show that from a total of 14 species of fruit-eating birds, 13 of them foraging on trees (arboreal foraging), and one species of birds foraging on the ground (terrestrial foraging).
The calculation of diversity and richness of fruit-eating birds in four habitat types showed that natural habitat had the highest species richness and diversity (DMg = 2,48; H '= 2,05), while oil palm habitat had the lowest diversity value (H' = 0,74) and the rubber habitat had the lowest species richness value (DMg = 0,87). The calculation of the evenness (E) of birds in each habitat type shows that forest habitat and rubber habitat have the same value, namely (E = 0,86). Bush habitat with a value (E = 0,81) and oil palm habitat had the lowest evenness value, namely (E = 0,46).
The results of predicting the distribution pattern of fruit-eating birds in STS Forests Park with MAXENT used five dominant bird species. Four bird species were included in the moderate criteria with an AUC value of 0,8-0,9, namely Dicaeum trigonostigma, Pycnonotus aurigaster, Pycnonotus simplex and Calorhamphus hayii. One bird species, namely Pycnonotus atriceps has an AUC value > 0.9 with high criteria. According to the prediction results, the five dominant fruit-eating birds' distribution patterns were in forest habitats (P. atriceps, D. trigonostigma, P. simplex and C. hayii) and palm habitats (P. aurigaster). The five bird species are also easily to be found on the edge of habitats such as roads, areas with temperature range in between 26,34 ° C – 26,47 ° C, and rainfall of 2600 mm / year.
The data obtained shows that there are protected, endangered, or near-threatened bird species. These species are found in forest habitats in a limited area due to fragmentation. Area managers need to take the protection status of several bird species into consideration in maintaining the existence of these species. To maintain (or protect) the existence of the STS Forests Park’s animals, several approaches are available, such as Hunting bans, intensive patrols, and indigenous community involvement in conservation activities. Fruit-eating birds can be utilized as an agent for forest regeneration by the authorities. Enrichment of non-invasive plant species that support the presence of fruit-eating birds can help repair fragmented habitats. The existence of fruit-eating birds, that can easily be found along the road near the STS Forest Park, are potential for ecotourism and education for the local community along with the visitors.
Collections
- MT - Forestry [1373]