Dampak Keterbukaan Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh
Abstract
Keterbukaan ekonomi yang semakin meluas merupakan bagian tuntutan
yang tidak bisa dipisahkan dari pengaruh globalisasi. Beberapa dasawarsa terakhir
kondisi keterbukaan ekonomi telah menyebabkan berbagai perubahan
fundamental dalam tatanan perekonomian dunia. Perdebatan mengenai dampak
keterbukaan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi dalam literatur mulai
muncul baik ditingkat nasional maupun regional sebagai kesimpulan bahwa
keterbukaan ekonomi tidak sepenuhnya membawa dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi tetapi juga hal negatif. Kondisi pertumbuhan ekonomi
provinsi Aceh tidak pernah melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan
mengalami titik terendah di tahun 2015, dikarenakan ekspor migas PT LNG Arun
Aceh berhenti berproduksi. Selain itu pada tahun 2015 terjadi peningkatan impor
karena kebutuhan teknologi dan mesin untuk pembangunan infrastruktur.
Kutipan publikasi Bank Indonesia provinsi Aceh menunjukkan bahwa
pinjaman bank didominasi oleh sektor swasta dengan rata-rata 85%. Di samping
itu Bank Indonesia mengkritik distribusi kredit konsumtif provinsi Aceh mencapai
60%. Hal tersebut dinilai kurang baik untuk pertumbuhan ekonomi Aceh. Secara
keseluruhan perekonomian Aceh mengalami peningkatan dari sisi kredit, namun
dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi perlu dikaji lebih lanjut. Selaras
dengan penelitian yang menjelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi, pembuat kebijakan harus mengejar perkembangan finansial yang kuat
dan meningkatkan keterbukaan perdagangan. Berdasarkan pemaparan yang telah
disampaikan maka secara terperinci tujuan dalam penelitian ini adalah
menganalisis perngaruh dan dampak keterbukaan perdagangan dan keterbukaan
finansial terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Aceh.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang mencakup data
makroekonomi dan pendukung lainnya. Data pertumbuhan ekonomi diproksikan
dengan PDRB. Data keterbukaan finansial diproksikan dalam kredit domestik
yaitu kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi, dan FDI. Data
keterbukaan perdagangan diproksikan dalam data ekspor dan impor. Sumber data
dalam penelitian ini adalah berasal dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik,
dan Badan Koordinasi dan Penanaman Modal Provinsi Aceh. Metode analisis
yang digunakan terdiri dari analisis statistika deskriptif dan Autoregressive
Distributed Lag (ARDL). Hasil analisis regresi menunjukan bahwa hasil estimasi
ARDL dalam jangka panjang menunjukkan bahwa ekspor, impor, kredit konsumsi,
dan kredit modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi Aceh. Sedangkan dalam jangka pendek menunjukkan bahwa
variabel impor, kredit konsumsi dan FDI memberikan dampak signifikan bagi
pertumbuhan ekonomi Aceh.
Hasil analisis regresi diperoleh kredit konsumi meningkatkan ekonomi. Hal
ini terjadi karena walaupun pada awalnya kredit tersebut bersifat konsumtif,
namun melalui multiplier effect dengan hubungan keterkaitan kedepan (forward
linkage) maka secara tidak langsung kredit tersebut akan bersifat produktif yaitu
meningkatkan produksi barang dan jasa yang dibeli oleh debitur. Meskipun secara
teori yang berpendapat bahwa pertumbuhan kredit konsumsi yang terlalu besar
dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak tidak baik bagi perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi yang hanya mengandalkan pertumbuhan konsumsi dinilai
tidak membawa perekonomian ke kondisi yang lebih baik. Pertumbuhan kredit
konsumsi yang tinggi juga berpotensi menimbulkan kredit macet apabila
pemberiannya tidak disertai kehati-hatian dalam penilaiannya, lebih jauh lagi
kredit konsumsi juga mendorong konsumsi menjadi tinggi sehingga berdampak
terhadap kenaikan inflasi.
Hasil analisis regresi selanjutnya diketahui bahwa kredit modal kerja
menurunkan pertumbuhan ekonomi, yang seharusnya kredit tersebut dapat
menumbuhkan perekonomian. Hal ini disebabkan pertumbuhan kredit modal kerja
yang masih melambat sehingga tertahannya ekspansi usaha. Kemudian kredit
modal kerja yang dikeluarkan oleh bank banyak digunakan dalam usaha yang
berskala besar dan sedikit yang menggunakan untuk skala menengah dan skala
kecil seperti UMKM, usaha pedagang kaki lima, usaha rumah tangga dan lain-lain
yang bisa meningkatkan sektor riil serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Selanjutnya untuk usaha mikro, kecil dan menengah, masyarakat kurang berminat
memulainya dikarenakan tidak begitu tertarik untuk melakukan pinjaman kredit
dari bank, mengingat besarnya resiko jika tidak mampu melunasi pinjaman
tersebut, kemudian tidak ada jaminan bagi masyarakat tersebut, serta masih ada
masyarakat yang belum paham dan belum mengetahui manfaat dari kredit modal
kerja.
Dari hasil temuan di atas diperoleh beberapa rekomendasi yaitu: (1)
perlunya perhatian semua pihak dalam meningkatkan kebijakan-kebijakan untuk
mendukung UMKM Aceh misalkan kebijakan kredit yang diberikan kepada
UMKM, dan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan
perekonomian, seperti perikanan dan juga pertanian yang potensial. (2)
Selanjutnya upaya yang dilakukan oleh pemerintah Aceh untuk mengundang
investor agar tertarik menanamkan modal di Aceh terutama pada sektor-sektor
unggulan yang memiliki kontribusi besar bagi perekonomian Aceh.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]