Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut dengan Ameliorasi Rizosfer
Date
2021Author
Chaerunisa, Siti Ria
Ghulamahdi, Munif
Lubis, Iskandar
Metadata
Show full item recordAbstract
Pertumbuhan dan produksi kedelai dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan lahan pasang surut, meskipun termasuk dalam kategori marginal. Budidaya jenuh air merupakan salah satu kultur teknis yang dapat diterapkan sebagai solusi untuk mengatasi faktor pembatas di lahan pasang surut. Keberhasilan penerapan budidaya jenuh air di lahan pasang surut juga perlu didukung dengan ameliorasi tanah. Dolomit merupakan amelioran yang paling umum digunakan. Cara aplikasi sebar menyebabkan sebagian dolomit terbuang, sehingga ameliorasi menjadi kurang efektif dan efisien. Aplikasi langsung pada rizosfer dapat mengurangi input dolomit, sehingga ameliorasi menjadi lebih efisien. Efektivitas ameliorasi juga dapat ditingkatkan dengan mengaplikasikan abu sekam dan jerami. Asam organik yang dihasilkan jerami dapat mengurangi toksisitas logam berat dengan cara pengkelatan. Kandungan Si pada abu sekam dapat menjaga kelembaban tanah dan meningkatkan daya adaptasi tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh aplikasi dolomit dan abu sekam pada rizosfer dengan jerami terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai.Penelitian dilakukan di lahan pasang surut tipe-B, Desa Karya Bakti, Rantau Rasau, Tanjung Jabung Timur, Jambi, pada bulan Mei hingga Agustus 2019. Rancangan percobaan yang digunakan adalah split-split-plot dengan 3 faktor, yaitu jerami sebagai petak utama, abu sekam sebagai anak-petak, dan dolomit sebagai anak-anak-petak. Dosis jerami terdiri dari 2 taraf, yaitu 0 ton ha-1 dan 4 ton ha-1. Dosis abu sekam terdiri dari 4 taraf, yaitu 0 kg ha-1, 200 kg ha-1, 400 kg ha-1, dan 600 kg ha-1. Dosis dolomit terdiri dari 2 taraf, yaitu 0 kg ha-1 dan 50 kg ha-1. Terdapat 3 ulangan untuk setiap perlakuan, sehingga jumlah unit percobaan adalah 48 unit. Aplikasi jerami belum cukup efektif untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman secara signifikan, namun dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. Aplikasi abu sekam dan dolomit dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas kedelai, meskipun belum dapat menurunkan kadar Al dan Fe daun. Interaksi antara jerami 4 ton ha-1 dengan abu sekam 400 kg ha-1 menghasilkan produktivitas sebesar 2.94 ton ha-1, sedangkan pada interaksinya dengan dolomit 50 kg ha-1 menghasilkan 2.32 ton ha-1. Produktivitas yang dihasilkan dari interaksi antara jerami 4 ton ha-1 dengan dolomit 50 kg ha-1 adalah 2.70 ton ha-1. Soybean growth and production can be increased by utilizing tidal land,
although it is included in the marginal category. Saturated soil culture is one of
the technical cultures that can be applied as a solution to overcome the limiting
factors in tidal land. The successful application of saturated soil culture in tidal
land also needs to be supported by soil amelioration. Dolomite is the most
commonly used ameliorant. Spreading method causes some of the dolomite to be
wasted, so that amelioration becomes less effective and efficient. Direct
application to the rhizosphere can reduce dolomite input, so that amelioration
becomes more efficient. The effectiveness of amelioration can also be increased
by applying rice husk ash and rice straw. Organic acids produced by rice straw
can reduce heavy metal toxicity by chelating. Si content in rice husk ash can
maintain the soil moisture and increase plant adaptability. The purpose of this
study was to study the effect of the application of dolomite and rice husk ash on
the rhizosphere with rice straw on soybean growth and production.
The research was conducted in type-B tidal land, Karya Bakti Village,
Rantau Rasau, Tanjung Jabung Timur, Jambi, on May to August 2019. The design
used was split-split plot with 3 factors consist of rice straw as the main plot, rice
husk ash as a sub-plot, and dolomite as a sub-sub-plot. The dose of rice straw
consists of 2 levels, 0 tons ha-1 and 4 tons ha-1. The dose of rice husk ash consists
of 4 levels, 0 kg ha-1, 200 kg ha-1, 400 kg ha-1, and 600 kg ha-1. Dolomite dosage
consists of 2 levels, 0 kg ha-1 and 50 kg ha-1. There were 3 replications for each
treatment, so the number of experimental units was 48 units.
Rice straw application has not been effective enough to significantly
increase the plant growth, but it increased the crop yields. The application of rice
husk ash and dolomite increased soybean growth and productivity, although it has
not been able to reduce leaf Al and Fe levels. The interaction of 4 tons ha-1 of rice
straw and 400 kg ha-1 of husk ash resulted in a productivity of 2.94 tons ha-1
, while it interaction with 50 kg ha-1 of dolomite produced 2.32 tons ha-1. The
productivity resulted from the interaction between 4 ton ha-1 of rice straw with 50
kg ha-1 of dolomite is 2.70 ton ha-1
.
Collections
- MT - Agriculture [3772]