Kajian Ketersediaan Beras di Kalimantan Timur Sebagai Calon Ibu Kota Baru Indonesia: Pendekatan Sistem Dinamik
Abstract
Rice is an important and strategic commodity in East Kalimantan because it
is a source of staple food for the majority of the population. However, the condition
of rice availability in East Kalimantan is still experiencing a deficit until now. In
2019, domestic capacity was only 66.57 percent or experienced a rice supply
shortage of 33.43 percent. This indicates that there is a fairly high gap between the
supply and demand for rice in East Kalimantan. It is feared that this gap will be
even greater if it is associated with the determination of East Kalimantan as a
candidate for the Capital City, according to the National Medium-Term
Development Plan (2020-2024). Related to this, it is hoped that the East Kalimantan
government will be able to increase domestic supply so that it can meet the people's
rice needs. Based on this description, it is necessary to conduct a study on the
implementation of rice availability policies in East Kalimantan. Availability studies
cannot be done partially, but must cover supply and demand aspects. The objectives
of this study are (1) to develop a model of the rice availability system; (2) analyze
the key factors in rice availability; and (3) formulating policy recommendations to
increase the availability of rice in East Kalimantan as a candidate for the capital
city. Beras merupakan komoditas penting dan strategis di Kalimantan Timur
(Kaltim) karena merupakan sumber bahan pangan pokok mayoritas penduduk.
Namun, hingga saat ini kondisi ketersediaan beras di Kaltim setiap tahunnya masih
mengalami kekurangan (defisit). Pada tahun 2019 kemampuan domestik hanya
sebesar 66,57 persen atau mengalami kekurangan pasokan beras sebesar 33,43
persen. Hal ini mengindikasikan ada gap yang cukup tinggi antara kemampuan
penyediaan dan permintaan beras di Kaltim. Gap ini dikhawatirkan akan semakin
besar bila dikaitkan dengan penetapan Kaltim sebagai Calon Ibu Kota Negara
(IKN), sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2020-
2024). Terkait hal tersebut diharapkan pemerintah Kaltim mampu meningkatkan
penyediaan domestik hingga dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan kajian mengenai implementasi
kebijakan ketersediaan beras di Kaltim. Kajian ketersediaan tidak bisa dilakukan
secara parsial, tetapi harus meliputi aspek penyediaan dan aspek kebutuhan. Tujuan
kajian ini yaitu (1) menyusun model sistem ketersediaan beras; (2) menganalisis
faktor-faktor kunci dalam ketersediaan beras; dan (3) merumuskan rekomendasi
kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan beras di Kaltim sebagai calon ibu kota.
Model ketersediaan beras menggunakan pendekatan sistem dinamik diawali
dengan menentukan tujuan sistem, menentukan kebutuhan sistem, menganalisis
rumusan masalah, mengidentifikasi sistem, simulasi, validasi, uji sensitivitas
hingga pembentukan skenario kebijakan. Pada penelitian ini mensimulasikan dalam
kurun waktu 10 tahun kedepan (2020-2029) dengan tingkat validitas yang baik
yakni nilai AME dan AVE dibawah 10 persen. Pengolahan data menggunakan
bantuan perangkat lunak Powersim Studio 10.
Model dinamik yang telah dikembangkan dapat mendeskripsikan kondisi
ketersediaan beras di Kalimantan Timur sebagai lokasi IKN baru. Berdasarkan hasil
simulasi model menunjukkan peningkatan defisit ketersediaan beras ketika IKN
pindah pada tahun 2025 atau kemampuan domestik turun dari 60,33 persen menjadi
44,8 persen, sehingga diperlukan kebijakan ketersediaan beras. Hasil uji sensitivitas
menunjukkan faktor kunci dalam sistem ketersediaan beras di Kalimantan Timur
adalah produktivitas, indeks pertanaman, luas lahan, randemen, cadangan pangan
pemerintah, dan konsumsi perkapita masyarakat.
Berdasarkan hasil simulasi skenario kebijakan, rekomendasi kebijakan
terbaik adalah dengan menerapkan kebijakan secara utuh dan menyeluruh baik dari
sisi penyediaan maupun sisi kebutuhan yakni skenario IX meliputi (1) peningkatan
IP sawah irigasi melalui rehabilitasi jaringan irigasi; (2) peningkatan produktivitas
sawah melalui pengaplikasian pupuk berimbang dan penggunaan varietas unggul
bersertifikat; (3) penurunan konsumsi per kapita masyarakat melalui program
diversifikasi pangan; dan (4) peningkatan cadangan pangan pemerintah melalui
penambahan pasokan dari wilayah lain.
Collections
- MT - Economic and Management [2878]