Strategi Pengembangan Asuransi Tanaman Kelapa Sawit Dengan Pendekatan Model Bisnis Kanvas (Studi kasus: PT. Asuransi Tri Pakarta)
Abstract
Indonesia adalah negara terbesar penghasil kelapa sawit. Adanya perubahan iklim (climate change) dalam bentuk El Nino telah berdampak kepada kelangsungan perkebunan kelapa sawit, dengan adanya kebakaran area lahan dan kebun sawit. Dampak yang ditanggung masyarakat tidak hanya dari sisi kesehatan seperti ISPA, pneumonia, asma, penyakit mata, dan penyakit kulit namun juga mempengaruhi sendi ekonomi lainnya seperti pertanian, lingkungan hidup, transportasi, perdagangan, pariwisata dan pendidikan. Luasnya perkebunan kelapa sawit tidak sebanding dengan premi asuransi tanaman kelapa sawit yang diperoleh oleh perusahaan asuransi. Asuransi Tri Pakarta sebagai salah satu perusahaan yang memasarkan produk asuransi kelapa sawit, pertumbuhan preminya masih stagnan sehingga masih ada peluang besar bagi perusahaan didalam mendapatkan premi asuransi tanaman kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi gambaran model bisnis asuransi tanaman kelapa sawit yang dijalankan oleh Asuransi Tri Pakarta, merumuskan strategi yang perlu dijalankan dalam meningkatkan asuransi tanaman kelapa sawit dan membuat model bisnis kanvas baru untuk pengembangan asuransi tanaman kelapa sawit di Asuransi Tri Pakarta. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara, kuesioner dan studi literatur. Teknik pengambilan sampel dengan cara non probability sampling-purposive sampling dengan harapan sampel yang dipilih memiliki pengetahuan, keahlian dan kompetensi dibidang yang dikaji dalam penelitian ini di PT Asuransi Tri Pakarta. Beberapa hal sebagai syarat menjadi narasumber sebagai minimum bekerja 10 tahun di Industri Asuransi, posisi/Jabatan minimum Manager, bekerja di bidang Teknik Underwriting, Klaim & Marketing. Alat analisis yang digunakan adalah Business Model Canvas (BMC) dan Matrix Strength-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT). Berdasarkan hasil penelitiann menunjukkan bahwa kekuatan yang paling tinggi terletak pada elemen Key Partner dan Channels dengan nilai 4,1 dan 3,7. Selanjutnya kelemahan yang paling tinggi ditunjukkan oleh elemen Key Activities dan Key Resources dengan nilai 3,10 dan 3,00 Keduanya memiliki kelemahan tergolong rendah dibandingkan kelemahan elemen yang lain. Peluang yang paling tinggi terletak pada element Custemer Segmen dengan nilai 4,2 dan Customer Relationship dengan nilai 3,97. Ancaman disemua segmen tergolong rendah dengan nilai antara 3 sampai 3,4. Acaman terrtinggi di elemen Revenue Stream dan Cost Structure. Implikasi manajerial dalam pengembangan asuransi tanaman kelapa sawit, perusahaan dapat menggunakan strategi melalui program customer relationship seperti mitigasi risiko/ bencana, cara budidaya yang baik dan benar, dan wirausaha. Perusahaan juga dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk pemasaran produk. Dalam rangka mengurangi ancaman kehilangan mitra, perusahaan dapat berkolaborasi dengan mitra baru seperti Dinas Pertanian khususnya di daerah penghasil kelapa sawit. Perusahaan diharapkan mempunyai banyak tenaga ahli dengan inhouse training maupun public training. Untuk meningkatkan value added, dimasa depan perlu membuat produk dengan jaminan yang lengkap seperti bencana alam, hama penyakit dan binatang buas. Perusahaan dapat bekerjasama dengan Bank Pemerintah & Swasta, Koperasi Unit desa (KUD), Gabungan Pengusaha Kelapa sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Petani kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia untuk menjangkau nasabah. Saran untuk penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan alat analisis lain didalam menyusun strategi pengembangan asuransi kelapa sawit, mengingat alat analisis dalam penelitian ini terbatas pada analisis SWOT atas sembilan elemen bisnis model canvas.
Collections
- MT - Business [1569]