Peningkatan Produksi Benih Lele Clarias gariepinus dengan Menekan Kanibalisme Melalui Pendekatan Padat Tebar, Fotoperiode dan Hormon Estradiol-17β
Increasing the Production of Catfish Seed Clarias gariepinus by Inhibiting Cannibalism through the Stocking Density, Photoperiod and Oestradiol-17β
View/ Open
Date
2020Author
Indriastuti, Cecilia Eny
Junior, Muhammad Zairin
Suprayudi, Muhammad Agus
Alimuddin, Alimuddin
Supriyono, Eddy
Metadata
Show full item recordAbstract
Pembesaran ikan lele secara intensif menuntut ketersediaan benih dalam
kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang terjamin. Namun demikian, usaha
pembenihan ikan lele masih banyak menggunakan cara konvensional dengan
kepadatan dan kelangsungan hidup yang masih rendah sehingga produksi benih
belum maksimal. Pada awal pemeliharaan larva lele sampai fingerling, kanibalisme
yang terjadi masih tinggi, sehingga perlu dicari solusi untuk meningkatkan
produktivitas melalui peningkatan padat tebar dan menekan tingkat kanibalisme.
Kanibalisme dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu padat tebar dan fotoperiode
serta faktor internal yaitu hormon. Padat tebar dapat memengaruhi kelangsungan
hidup dan pertumbuhan ikan lele. Peningkatan padat tebar pada larva lele sampai
12.000 ekor m-2 dapat menekan sifat agresif benih lele, namun padat tebar yang
lebih tinggi (4.000 ekor m-2
) pada juvenil lele dapat menyebabkan kanibalismeyang
tinggi. Padat tebar mempunyai korelasi negatif dengan pertumbuhan. Selanjutnya
cahaya adalah salah satu faktor fisik penting yang memengaruhi pertumbuhan dan
kelangsungan hidup benih lele. Cahaya mendorong tingkat agresi yang lebih tinggi
dan menekan pertumbuhan benih lele. Agresi teritorial berkurang pada kondisi
gelap, namun demikian kondisi terang tidak berpengaruh signifikan pada mortalitas
larva. Kondisi gelap secara signifikan memacu pertumbuhan dan menurunkan
kanibalisme benih lele. Hormon estradiol-17β (E2) merupakan hormon utama pada
betina yangdapat menimbulkan feminisasi pada hewan jantan. Fungsi E2 dapat juga
digunakan sebagai terapi depresi, melalui aktivasi neuroamine transmitters.
Sementara itu, hormon androgen (testosteron) telah dibuktikan bertanggung jawab
untuk beberapa fungsi antara lain tingkah laku agresi. Sifat benih ikan lele yang
agresif diduga karena hormon androgen bawaan dari induknya. Pemberian E2
secara eksogen dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh, yaitu
menekan hormon androgen. Aplikasi kombinasi faktor padat tebar, fotoperiode dan
hormon E2 diharapkan dapat meningkatkan produksi benih lele.
Penelitian ini terdiri dari tiga tahapan penelitian meliputi: (1) Evaluasi
kanibalisme dan kelangsungan hidup larva lele Clarias gariepinus: pengaruh padat
tebar tinggi dan pemberian E2 dosis berbeda dengan cara perendaman, (2) Evaluasi
kanibalisme, kelangsungan hidup dan pertumbuhan juvenil lele Clarias gariepinus:
pengaruh padat tebar tinggi dan dosis E2 berbeda melalui pakan, (3) Evaluasi
tingkah laku agresif, kanibalisme, kelangsungan hidup dan kinerja pertumbuhan
juvenil lele Clarias gariepinus: pengaruh fotoperiode dan dosis E2.
Dua faktor yang diujikan pada penelitian pertama adalah (1) padat tebar:
9.000 dan 12.000 ekor m-2 serta (2) dosis E2 (hasil penelitian pendahuluan): 0, 2,5
dan 5 mg L-1 yang diberikan melalui perendaman selama 6 jam di awal
pemeliharaan. Larva lele berumur empat hari setelah menetas dipelihara selama 14
hari dengan suhu 28-30 oC. Pakan diberikan secara ad libitum. Potensi kanibalisme
dilihat dari banyaknya jumper di akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan
v
potensi kanibalisme menurun sejalan dengan peningkatan kadar estradiol dalam
tubuh lele. Koefisien keragaman panjang meningkat pada perlakuan kontrol. Laju
pertumbuhan spesifik dan panjang relatif pada padat tebar tinggi yang diberi E2
sama dengan padat tebar lebih rendah. Simpulan dari penelitian ini adalah
pemeliharaan larva lele dengan padat tebar 12.000 ekor m-2 yang direndam E2 dosis
2,5 mg L-1 selama 6 jam di awal pemeliharaan dapat menurunkan kanibalisme dan
memberikan kelangsungan hidup terbaik.
Penelitian kedua mengombinasikan dua faktor,yaitu padat tebar 2.000; 3.000;
dan 4.000 ekor m-2 (dikodekan dengan 2D; 3D; dan 4D) serta perlakuan pemberian
pakan berhormon E2 dengan dosis 0, 50 dan 100 mg kg-1 pakan (modifikasi Hossain
dan Afruj (2002); dikodekan dengan E0; E50; dan E100). Penelitian terdiri dari
sembilan perlakuan dengan masing-masing empat ulangan. Juvenil lele dipelihara
selama 21 hari dengan frekuensi pemberian pakan dua kali dan feeding rate 5%.
Pada awal dan setiap tujuh hari bobot dan panjang ikan diukur dengan mengambil
30 sampel per akuarium. Kadar E2 dan glukosa diukur pada hari ke-21. Pada akhir
penelitian ikan dipanen dan ukuran dikelompokkan berdasarkan panjang baku.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan 3D-E50 dapat menekan
sifat agresif teritorial ikan lele dengan potensi kanibalisme terendah. Simpulan dari
penelitian ini adalah perlakuan dengan kombinasi 3D-E50 menunjukkan tingkat
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, bobot mutlak, panjang relatif dan
panjang mutlak yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya, namun perlakuan
4D-E50 memberikan output benih harapan panen yang lebih tinggi.
Pada penelitian ketiga dilakukan kombinasi dua faktor, yaitu fotoperiode
12L:12D; 24L:0D dan 0L:24D (masing-masing dikodekan dengan K,L dan D) serta
perlakuan pemberian pakan berhormon E2 dengan dosis 0 dan 50 mg kg-1 pakan
(dikodekan dengan 0; dan 50). Juvenil lele berumur 25 hari dipelihara dengan
kepadatan 4.000 ekor m-2 selama 28 hari, pemberian pakan dan pengumpulan
sampel uji sama dengan penelitian II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelangsungan hidup tertinggi didapatkan pada perlakuan D50 (91%) dan terendah
diperlihatkan pada K0 (81,83%). Benih lele yang dipelihara pada kondisi 0L:24D
menunjukkan tingkah laku berenang yang lebih aktif dibanding yang dipelihara
pada kondisi 24L:0D. Sebaliknya tingkah laku agonistik dan istirahat terlihat lebih
tinggi pada lele yang dipelihara pada kondisi 24L:0D dan kondisi 12L:12D.
Perlakuan L50 dan D50 memperlihatkan laju pertumbuhan spesifik, panjang relatif,
bobot dan panjang akhir, efisiensi pakan dan kandungan E2 lebih tinggi
dibandingkan perlakuan lainnya. Simpulan dari penelitian ini adalah pemeliharaan
juvenil lele kombinasi kondisi gelap terus-menerus dengan pemberian hormon E2
sebanyak 50 mg kg pakan-1 dapat menekan kanibalisme serta memberikan tingkat
kelangsungan hidup dan pertumbuhan terbaik. Simpulan umum dari ketiga
penelitian di atas adalah penggunaan padat tebar tinggi pada larva dan juvenil lele
dengan penambahan hormon E2 yang dipelihara dalam kondisi gelap dapat
meningkatkan kelangsungan hidup dengan menekan kanibalisme dan memperbaiki
kinerja pertumbuhan.
Collections
- DT - Fisheries [725]