Evaluasi Penetapan Fosfor Tersedia dengan Biru Molibdat pada Organosol
Date
2021-07-22Author
Naufaldary, Raihan Garin
Sumawinata, Basuki
Darmawan
Metadata
Show full item recordAbstract
Ketersediaan unsur P pada tanah memegang peranan penting bagi pertumbuhan tanaman. Fungsi unsur tersebut diantaranya adalah merangsang perkembangan akar dan batang, sebagai transfer energi ATP dan ADP di dalam tanaman, serta mempengaruhi proses fotosintesis tanaman yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. Metode Bray dan Olsen telah banyak digunakan untuk mengukur P tersedia pada tanah. Metode tersebut telah memiliki korelasi dan kalibrasi yang baik antara kadar P dalam tanah dengan kadar P pada tanaman jagung. Namun, pada tanah yang memiliki kadar bahan organik tinggi seperti Organosol, pengukuran P menggunakan metode Bray dan Olsen menghasilkan P yang sangat tinggi. Ekstrak Bray dan Olsen menghasilkan warna hitam dan biru pekat setelah bereaksi dengan biru molibdat sehingga ketika diukur menggunakan spektrofotometer terganggu karena sinar yang masuk akan dihalangi, akibatnya nilai absorban P yang didapatkan menjadi tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperbaiki pengukuran P tersedia dengan perlakuan H2O2 dan arang aktif pada tanah dengan bahan organik tinggi menggunakan biru molibdat dan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm. Pengukuran P ditetapkan dengan metode Bray dan Olsen sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dengan H2O2. Perlakuan H2O2 ditujukkan untuk menghilangkan bahan organik yang mengganggu pengukuran P. Perlakuan yang telah ada yaitu dengan cara diasamkan sebelum direaksikan dengan biru molibdat, larutan harus diasamkan dengan H2SO4, HClO4, atau Na2CO3 hingga mencapai pH 3.0 agar bahan organik bisa diendapkan. Namun, perlakuan dengan cara diasamkan masih menuai perdebatan karena terdapat banyak macam larutan asam yang digunakan, sehingga perlakuan H2O2 menjadi alternatif larutan yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengukuran P sebelum diberikan perlakuan H2O2 sangat tinggi, metode Bray 1 menghasilkan P yang terukur paling tinggi 438,2 ppm, sedangkan metode Bray 2 menghasilkan P yang terukur paling tinggi 267,8 ppm, dan metode Olsen menghasilkan P yang terukur paling tinggi 1207,7 ppm. Setelah pemberian perlakuan dengan H2O2, kadar P yang terukur menggunakan Bray 1 dan Bray 2 lebih rendah yaitu 27,6 ppm dan 36,3 ppm. Metode Olsen setelah diberikan perlakuan H2O2 dan arang aktif hasil P yang terukur lebih rendah yaitu 102,7 ppm. Pemberian H2O2 dalam pengukuran P pada Organosol menggunakan spektrofotometer harus dilakukan agar bahan organik yang mengganggu ekstrak Bray dan Olsen dapat dihilangkan sebelum dilakukan pengukuran. Bahan organik yang sudah dioksidasi tidak akan menganggu pengukuran dengan spektrofotometer sehingga hasil dapat menggambarkan data ketersediaan P sesuai kondisi tanah dan di lapangan. The availability of P element in soil plays an important role in plant growth, such as stimulating root and stem development, as the energy transfer of ATP and ADP in plants, as well as influencing the photosynthetic process of plants so that plant production increases. The Bray and Olsen methods have been widely used to measure the available P in soil. This method has a good correlation and calibration between the P content in soil and the P content in corn. However, they were observed to potentially result in false-high available P of Organosols. This potential mismeasurement is believed to comes from the dark color of the Bray and Olsen extracts before and hence after reacting with blue molybdate, which hence results in high values of the absorbance of the spectrophotometric measurement. In the case for Organosols, the dark color of the extracts is of the dissolved organic substances. Therefore, it is clear that the organic substance in the extracts should be eliminated prior to the spectrophotometric measurement The aim of this research is to improve the available P measurement by treating H2O2 and activated charcoal in soil with high organic matter using blue molybdate and a spectrophotometer with wavelength of 660 nm. P measurements were determined using the Bray and Olsen method before treatment and after treatment with H2O2. H2O2 treatment was shown to remove organic matter that interferes with P measurements. The existing treatment was acidified before being reacted with molybdate blue, the solution must be acidified with H2SO4, HClO4, or Na2CO3 until it reaches a pH of 3.0 so that the organic matter can precipitate. However, the acidification method is still debatable because there are many kinds of acid solutions used, so that the H2O2 treatment becomes an alternative solution used in this study. The result of P measurement before being given H2O2 treatment was higher, the Bray 1 method produced the highest measured P of 438,2 ppm, while the Bray 2 method produced the highest measured P of 267,8 ppm, and the Olsen method produced the highest measured P of 1207,7 ppm. After giving H2O2 treatment, P levels measured using Bray 1 and Bray 2 were lower, namely 27,6 ppm and 36,3 ppm. Whereas Olsen after being given H2O2 treatment and activated charcoal the P measured to be lower, namely 102,7 ppm. H2O2 treatment in the measurement of P on Organosols using a spectrophotometer must be done so that the organic matter that interferes with the Bray and Olsen can be removed before measuring so that the results can describe the P availability data in the field according to soil conditions.