Strategi Pengembangan Program Pelatihan Kerja pada Yayasan Nemangkawi Mining Institute
Abstract
Tersedianya sumber daya manusia yang yang berkualitas—dengan tingkat kompetensi yang memadai secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan—merupakan salah satu target utama pembangunan nasional. Upaya tersebut diwujudkan melalui, salah satu di antaranya, pelatihan kerja pada Balai Latihan Kerja (BLK). Nemangkawi Mining Institute (NMI) adalah BLK milik PT. Freeport Indonesia (PTFI) sebagai salah satu bentuk program Coorporate Social Responsibility (CSR). Tujuan didirikannya NMI selain untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat lokal agar memiliki kompetensi dibidang industri pertambangan, juga untuk memenuhi komitment PTFI dalam meningkatkan jumlah tenaga kerja asli Papua di PTFI. Program pelatihan di NMI berbasiskan kompetensi dan diselenggarakan selama tiga tahun untuk setiap angkatan. Dalam perkembangannya, NMI menghadapi masalah yang sangat serius sebagaimana tercermin dari berkurangnya jumlah jurusan pelatihan, jumlah peserta pelatihan, dan jumlah tenaga instruktur. Penurunan jumlah peserta, jurusan, dan tenaga instruktur, serta tingginya jumlah peserta yang tidak menyelesaikan program pelatihan menjadi indikator diperlukannya evaluasi program pelatihan kerja di NMI. Evaluasi diperlukan untuk memastikan apakah NMI sudah mencapai tujuan awalnya sebagai BLK dan menjadikan hasil evaluasi dimaksud untuk melakukan perencanaan dan pengembangan program pelatihan kerja NMI di masa datang. Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengidentifikasi gap (kesenjangan) antara kebutuhan dan pelaksanaan program pelaithan kerja di NMI; (2) mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan program pelatihan kerja di NMI; (3) merumuskan strategi baru ( alternatif strategi prioritas ) untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan program pelatihan dan pengembangan program pelatihan kerja di NMI. Penelitian ini menggunakan metode studi litaratur, observasi, kuisioner, wawancara dan diskusi dengan para pakar pelatihan kerja untuk mencari faktor pengaruh, dilanjutkan dengan metode AHP untuk mencari alternatif strategi pengembangan program pelatihan kerja di NMI. Dari hasil penelitian menyatakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi pengembangan program pelatihan kerja di NMI adalah kualitias dan kuantitas Instruktur. Keberadaan instruktur sangat penting dalam suatu pelatihan kerja. Sedangkan aktor yang paling mempengaruhi pengembangan program pelatihan kerja di NMI adalah Manajemen NMI. Tujuan yang paling utama untuk pengembangan program pelatihan kerja di NMI adalah meningkatkan kompetensi peserta. Kemudian hasil analisis Analytical Hierarchy Process menyatakan bahwa strategi yang yang paling utama untuk pengembangan program pelatihan kerja di NMI adalah meningkatkan mutu program pelatihan dan relevansi program pelatihan kerja. Implikasi manajerial berdasarkan penelitian adalah (1) melakukan perencanaan penyeleggaraan pelatihan kerja dengan melakukan revitalisasi kegiatan training need assessment (TNA) agar pelaksanaan pelatihan kerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pasar kerja; (2) Perencaan pengadaan tenaga instruktur; (3) Peningkatan mutu program pelatihan dan relevansi program yang dilatih dengan menerapkan sistem manajemen Mutu dan mengkreditasikan BLK NMI. Dalam jangka panjang melakukan pengembangan SDM anggota manajemen NMI tentang manajerial, melakukan audit dan evaluasi pelaksanaan program pelatihan, sertifikasi teknis , seritifkasi profesi dan menjalin kerjasamasa dengan pihak pemerintah atau swasta dalam penyelenggaran pelatihan dan pengembangan kedepan.
Collections
- MT - Business [2031]