Pengaruh Manajemen Stres dan Efikasi Diri terhadap Kesejahteraan Keluarga Ojek Online Saat Pandemi Covid-19
Date
2021-06-03Author
Khoiriyah, Nikmatul
Sunarti, Euis
Latifah, Melly
Metadata
Show full item recordAbstract
Pada awal tahun 2020 WHO menetapkan status Covid-19 sebagai pandemi. Indonesia tak luput dari penyebaran Covid-19, oleh karena itu pemerintah mengambil langkah untuk membuat peraturan pembatasan interaksi fisik demi menekan penyebaran virus tersebut. Pandemi Covid-19 yang diikuti oleh pembatasan fisik dan interaksi di ruang publik berdampak terhadap aktivitas ekonomi, salah satunya adalah penurunan jumlah penumpang ojek online. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh efikasi diri dan manajemen stres terhadap kesejahteraan keluarga pengemudi ojek online dalam menghadapi pandemi Covid-19 dan menganalisis perbedaan semua variabel penelitian menurut lama bekerja (kurang atau lebih dari 2 tahun).
Penelitian ini menggunakan desain explanatory dan melibatkan 120 pengemudi ojek online di Bogor yang terbagi menjadi 54 orang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun dan 66 orang bekerja lebih dari 2 tahun. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Pandemi Covid-19 dan situasi saat ini membuat masyarakat harus mengurangi aktivitas di luar dan melakukanpembatasan kontak fisik, maka pengambilan data dari responden dilakukan dengan mengisi kuesioner terstruktur dilakukan secara daring yang disebarkan melalui media sosial dan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2020 Variabel terkait penelitian ini adalah karakteristik pengemudi, karakteristik keluarga, karakteristik pekerjaan, efikasi diri, sumber stres kerja, strategi coping, gejala stres, dan kesejahteraan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan pengemudi yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun memiliki rata-rata usia yang lebih rendah (32.19 tahun) dibanding pengemudi yang bekerja lebih dari 2 tahun (34.52 tahun) dengan perbedaan signifikan (α=0.006). Lama pendidikan pengemudi ojek online yang menjadi responden dalam penelitian ini secara keseluruhan berada pada kategori tamat SMA (10.86).dengan rata-rata bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun (10.72) dan lebih dari 2 tahun (10.97). Terdapat perbedaan signifikan pada pendapatan pengemudi ojek online sebelum pandemi (α=0.000) dan saat pandemi pandemi (α=0.046). Penghasilan yang didapat sebelum pandemi sebesar (93.9%) diatas UMK, sedangkan saat masa pandemi secara keseluruhan pendapatan pengemudi ojek online menjadi (100%) dibawah UMK. Pendapatan per kapita keluarga pengemudi per bulan yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun lebih rendah Rp. 1 187
114.19 dibandingkan dengan keluarga pengemudi ojek online yang sudah bekerja selama lebih dari 2 tahun Rp. 1 638 320.70, tetapi saat pandemi Covid-19 sebanyak (68.5%) keluarga terkategori miskin dengan pendapatan perkapita kurang dari Rp 480 749, pada keluarga pengemudi ojek online yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun, sementara pada pengemudi ojek online yang bekerja lebih dari 2 tahun (74.2%) terkategori keluarga miskin dengan pendapatan perkapita kurang dari Rp 480 749.
Rata-rata sumber stress kerja pengemudi ojek online yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun sebesar 67.04% yang terkategori sedang. Sedangkan pengemudi yang bekerja lebih dari 2 tahun memiliki rata-rata sebesar 64.39% dan
terkategori sedang. Berdasarkan dimensi sumber stres tertinggi yang dirasakan oleh pengemudi adalah perkembangan karir bagi yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun (95.11%) dan dimensi pekerjaan itu sendiri bagi yang bekerja lebih dari 2 tahun (90.15%). Para pengemudi ojek online khawatir akan kelanjutan pekerjaan sebagai pengemudi ojek online di masa depan karena merasa pekerjaannya tidak stabil dan akan mempengaruhi masa depannya, serta beban yang dirasakan saat bekerja dimasa pandemi lebih tinggi dan menciptakan kekhawatiran yang besar karena takut tidak bisa memenuhi tanggung jawab.
Efikasi diri memiliki capaian indeks dengan kategori tinggi yakni sebesar (70.39%) pada pengemudi yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun dan indeks kategori sedang pada pengemudi yang bekerja lebih dari 2 tahun (66.97%). Strategi koping responden yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun lebih tinggi (67.70%) dan terindeks sedang. Sementara pengemudi yang bekerja lebih dari 2 tahun mendapatkan rataan indeks yang lebih rendah (62.76%), dan terdapat perbedaan signifikan pada strategi koping antara yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun dan bekerja lebih dari 2 tahun (α=0.039). Gejala stres pengemudi yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun memiliki rataan indeks yang lebih tinggi (35.94%) dibandingkan pengemudi yang bekerja lebih dari 2 tahun (31.80%). Capaian rataan indeks kesejahteraan objektif terkategori sedang pada lama bekerja pengemudi kurang dari sama dengan 2 tahun (53.2%) dan lebih dari 2 tahun (55.29%). Kesejahteraan subjektif berada pada kategori sedang sebesar (67.35%) pada pengemudi yang bekerja kurang dari sama dengan 2 tahun dan (65.73%) pada pengemudi yang bekerja lebih dari 2 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan subjektif pengemudi ojek online cukup baik meskipun tidak tinggi.
Hasil uji korelasi menunjukkan adanya korelasi negatif signifikan antara sumber stres dan subjektif, yang berarti semakin banyak faktor pemicu stres yang berkaitan dengan pekerjaan pengemudi ojek online maka semakin rendah kesejahteraan subjektifnya. Efikasi diri berkorelasi positif signifikan dengan kesejahteraan (objektif dan subjektif). Melalui penelitian ini ditemukan bahwa sumber stress kerja berpengaruh negatif signifikan terhadap kesejahteraan subjektif, yang berarti semakin tinggi sumber stress kerja yang dirasakan oleh pengemudi ojek online, semakin rendah kepuasan yang dirasakan. Efikasi diri berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan objektif maupun subjektif pada pengemudi ojek online dalam menghadapi pandemi Covid-19, yang bermakna semakin baik keyakinan dalam diri maka semakin baik pula kesejahteraannya.
Berdasarkan hasil penelitian para pengemudi ojek online perlu mengelola sumber stres agar bisa meminimalisir pengaruh negatifnya terhadap kesejahteraan keluarga. Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengelola stres, salah satunya dengan menyeimbangkan waktu bekerja dan istirahat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penting mempertahankan dan meningkatkan efikasi diri bagi responden, agar memiliki keyakinan untuk menghadapi segala permasalahan dan menemukan jalan keluarnya. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkatkan efikasi diri salah satunya dengan mengingat kembali keberhasilan dan pencapaian yang telah diraih.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]