Kajian Potensi Ruang Terbuka Hijau dan Upaya Pengembangan Urban Farming di Kota Bogor untuk Mendukung Ketahanan Pangan
Abstract
Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan salah satu bagian penting yang
berperan dalam menjaga stabilitas lingkungan perkotaan. Salah satu pendekatan
pengembangan RTH dalam menciptakan manfaat secara ekonomi dapat dilakukan
dengan konsep Productive Green Open Space atau RTH produktif. Pendekatan
pengembangan RTH produktif ini tidak hanya berfungsi sebagai estetika kota,
bahkan dapat dijadikan sumber lahan untuk menghasilkan bahan pangan bagi warga
sekitar melalui penggunaan vegetasi tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk memetakan alokasi RTH potensial, memetakan preferensi masyarakat, dan
menghasilkan konsep pengelolaan pekarangan yang pengembangan yang aplikatif
dan berkelanjutan di Kota Bogor.
Data dikumpulkan pada bulan Januari hingga Juni 2019. Melalui, peta tata
guna lahan RTRW 2011-2031 didapatkan total alokasi RTH 692,48 ha. RTH dibagi
ke dalam beberapa fungsi yaitu hutan kota (5,96 ha), kawasan penunjang pertanian
(4,38 ha), kawasan perlindungan plasma nuftah (146,31 ha), kawasan pertanian
(238,61 ha), ruang terbuka hijau/taman (107,37 ha), dan tempat pemakaman umum
(189,85 ha). Untuk mengetahui lokasi RTH potensial digunakan analisis spasial
dengan beberapa faktor penentu yaitu air, kemiringan lahan, dan indeks
kemiskinan. Faktor-faktor tersebut menghasilkan peta kesesuaian lahan dan
diproses melalui ground check sehingga dihasilkan 14 (empat belas) lokasi
potensial RTH untuk pengembangan peranian perkotaan. Lokasi RTH potensial
ditemukan pada 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan
Bogor Barat, dan Kecamatan Tanah Sareal.
Data preferensi masyarakat diperoleh dari responden yang berada disekitar
lokasi potensial RTH. Pada lokasi potensial urban farming di Bogor Barat diperoleh
150 responden, di Tanah Sareal diperoleh 60 responden, sedangkan di Bogor
Selatan diperoleh 210 responden. Beberapa karakteristik yang dianalisis yaitu
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, profesi, status, aktivtas sebagai penggiat
urban farming, kepemilikan rumah, dan keberadaan pekarangan. Preferensi
masyarakat dibagi ke dalam beberapa aspek urban farming yaitu fungsi, lokasi,
jenis tanaman, dan teknik urban farming. Hasil preferensi mengahasilkan aspek
jenis tanaman mendapat skala 4 (setuju) dengan titik terbanyak. Aspek jenis
tanaman urban farming yang terdiri dari tanaman hias, sayuran, buah, pati, dan
bumbu/obat. Pada 3 (tiga) kecamatan terpilih komoditas utama yaitu Kecamatan
Bogor Selatan dengan tanaman hias/bunga, Kecamatan Bogor Barat dengan
tanaman sayur, dan Kecamatan Tanah Sareal dengan tanaman buah.
Hasil studi disusun menjadi konsep yang didasarkan lokasi RTH dan
preferensi tanaman. Konsep pengembangan pertanian perkotaan berdasarkan
komoditas tanaman ini diharapkan dapat menjadi konsep pengembangan pertanian
perkotaan yang akan meningkatkan produktivitas dalam rangka mendukung
ketahanan pangan di Kota Bogor.
Collections
- MT - Agriculture [3781]