Persepsi Stres, Dukungan Sosial, Strategi Koping dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga Supir Angkot
Abstract
Angkutan kota (angkot) masih memegang peranan penting dalam sistem
transportasi di Bogor. Salah satu bagian penting dari sistem moda transportasi
angkutan perkotaan adalah tingkat kesejahteraan supir dan keluarganya.
Kesejahteraan keluarga supir angkot berkaitan dengan faktor internal meliputi
karakteristik pribadi dan keluarga serta faktor ekternal seperti kondisi tempat
kerja, pendapatan dan hubungan sosial. Penelitian ini bertujuan (1)
mengidentifikasi karakteristik individu dan keluarga, persepsi stres, dukungan
sosial, strategi koping dan kesejahteraan subjektif keluarga supir angkot dengan
anak prasekolah dan anak sekolah, 2) menganalisis hubungan karakteristik
individu dan keluarga, persepsi stres, dukungan sosial, strategi koping dengan
kesejahteraan subjektif keluarga 3) menganalisis pengaruh karakteristik individu
dan keluarga, persepsi stres, dukungan sosial, strategi koping terhadap
kesejahteraan subjektif keluarga supir angkot.
Penelitian ini dilakukan di Terminal Laladon dan Bubulak, Bogor, Jawa
Barat. Penelitian dilakukan pada Maret 2020. Penelitian terdiri atas persiapan,
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan penulisan laporan. Sampel
penelitian sebanyak 100 keluarga supir angkot, terdiri atas 50 keluarga dengan
anak usia prasekolah dan 50 keluarga dengan anak usia sekolah, yang diambil
secara purposive. Pengumpulan data dilakukan menggunakan wawancara
responden yaitu supir angkot sebagai kepala keluarga. Data yang terkumpul
ditabulasi dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Analisis yang
digunakan yaitu analisis deskriptif, uji beda independent simple t-test dan uji
regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata usia supir dan istri supir angkot dengan anak usia prasekolah (AUPS) dan
dengan anak usia sekolah (AUS). Rata-rata usia suami dan istri supir angkot
dengan AUPS adalah masing-masing 30.9 tahun dan 27.1 tahun, dan dengan AUS
adalah 45.6 tahun dan 39.4 tahun. Tingkat pendidikan supir angkot dan istri secara
umum adalah SMP. Tidak terdapat perbedaan signifikan pendidikan supir angkot
dan istri untuk keluarga dengan AUPS dan AUS. Keluarga supir angkot tergolong
keluarga kecil dengan rata-rata pendapatan perkapita perbulan adalah sebesar Rp
352.690 yang tergolong keluarga miskin. Tidak terdapat perbedaan signifikan
pendapatan perkapita antara keluarga supir angkot dengan AUPS dan AUS.
Persepsi stres keluarga supir angkot terkategori sedang dan tidak terdapat
perbedaan signifikan rata-rata indeks persepsi stres antara keluarga supir angkot
dengan AUPS dan AUS. Secara keseluruhan dukungan sosial berada pada
kategori rendah dan terdapat perbedaan signifikan (p value= 0.044) rata-rata
indeks dukungan sosial antara keluarga supir angkot dengan AUPS dan AUS
(54.5 ± 7.4 dan 57.9 ± 9.1) pada dimensi dukungan sosial keluarga inti dan
dukungan sosial keluarga besar. Strategi koping dan kesejahteraan subjektif
keluarga berada pada kategori rendah dan tidak terdapat perbedaan signfikan ratarata
indeks antara keluarga supir angkot dengan AUPS dan AUS.
Hasil uji korelasi menunjukkan karakteristik usia istri berhubungan positif
dengan dukungan sosial keluarga inti, dan dukungan sosial teman/tetangga
mempunyai hubungan positif dengan dukungan sosial keluarga inti. Selanjutnya,
strategi koping dengan dimensi emosi mempunyai hubungan negatif dengan
tingkat pendidikan supir angkot. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan
hanya strategi koping dengan dimensi fokus masalah memberikan pengaruh
positif yang signifikan terhadap kesejahteraan subjektif keluarga supir angkot.
Artinya, semakin baik supir angkot dalam mengelola permasalahannya maka
kesejahteraan subjektif keluarganya akan semakin baik.
Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada Dinas Perhubungan
hendaknya melakukan perbaikan dengan mengatur regulasi yang merata antara
armada angkutan kota dan para pengendara online. Bagi Organisasi angkutan
darat (organda) sekiranya mendapatkan pembinaan dalam memperbaiki
keterampilan para supir angkot. Peran dari Dinas Perhubungan Kota Bogor
kiranya dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kerja. Ini akan berguna
untuk dapat mengembangkan keahlian lain selain pekerjaan utama para
anggotanya sebagai supir angkot. Para supir nantinya diharapkan dapat memiliki
usaha lain mencukupi kebutuhan keluarganya.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]