Peranan Subsektor Kehutanan dan Pemanfaatan Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Barat (Pendekatan Input-Output dan Pewilayahan)
Abstract
Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia dan merupakan provinsi dengan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) terbesar setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur. Laju pertumbuhan ekonomi dengan modal tenaga kerja yang besar telah meningkatkan resiko konversi kawasan hutan di Jawa Barat. Sektor-sektor perekonomian di hilir yang memanfaatkan kawasan hutan sebagai sumber bahan baku mengalami peningkatan, namun kinerja dan kontribusi subsektor kehutanan semakin menurun. Di sisi lain, aktivitas pemanfaatan kawasan hutan telah berdampak pada degradasi lingkungan.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis peranan, keterkaitan, dan multiplier effect subsektor kehutanan terhadap perekonomian wilayah; (2) menganalisis keselarasan pemanfaatan ruang kawasan hutan berdasarkan rencana pola ruang dan penutupan/penggunaan lahan; (3) menganalisis tipologi daya dukung jasa ekosistem, dan tipologi wilayah berdasarkan tingkat perkembangan wilayah dan daya dukung lingkungan berbasis jasa ekosistem; dan (4) merumuskan arahan pemanfaatan ruang kawasan hutan sesuai tipologi wilayah berdasarkan daya dukung lingkungan berbasis jasa ekosistem. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Input-Output, Analisis Spasial, Analisis Skalogram, Principal Component Analysis (PCA), dan Spatial Clustering Analysis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kontribusi Subsektor Kehutanan terhadap perekonomian di Jawa Barat sebesar Rp1.320,67 milyar (0,07%) dari PDRB Jawa Barat tahun 2017. Namun, Subsektor Kehutanan berperan terhadap penyediaan output bagi 38 sektor dan mendorong peningkatan produksi 34 sektor lainnya. Keselarasan pemanfaatan ruang kawasan hutan di Jawa Barat yaitu sebesar 62% yang meliputi area seluas 494.132,4 ha dari kawasan hutan seluas 796.602,7 ha, sedangkan yang tidak selaras seluas 275.274,8 ha (34,7%). Berdasarkan tipologi daya dukung lingkungan berbasis jasa ekosistem, lahan di Jawa Barat didominasi lahan dengan daya dukung jasa ekosistem penyediaan kelas sedang dan pengaturan kelas tinggi-sangat tinggi yang meliputi area seluas 1.066.147,2 ha.
Berdasarkan karakteristik tingkat perkembangan wilayah dan daya dukung lingkungan berbasis jasa ekosistem, Jawa Barat dikelompokkan menjadi 4 cluster, yaitu: Cluster 1, merupakan wilayah sentra persawahan; Cluster 2, merupakan wilayah berkembang; Cluster 3, merupakan wilayah penghasil kayu dengan wilayah kecamatan, kawasan hutan, dan lahan pertanian yang luas; dan Cluster 4, merupakan wilayah perkotaan (urban). Dalam rangka optimasi pemanfaatan kawasan hutan, disusun suatu arahan sebagai berikut: (1) kawasan hutan seluas 601.844,7 ha tetap dipertahankan sesuai fungsinya, termasuk 27.170,1 ha yang kawasan konservasi yang harus dipulihkan akibat penyimpangan pemanfaatan kawasan hutan; (2) kawasan hutan seluas 189.631,5 ha diarahakan sebagai kawasan hutan untuk pemanfaatan hutan berbasis masyarakat; dan (3) kawasan hutan seluas 5.126,5 ha diarahkan untuk kegiatan non kehutanan.
Collections
- MT - Agriculture [3778]