Potensi Prebiotik Madu untuk Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan dan Status Kesehatan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
The Potential of Prebiotic Honey for Improving the Growth Performance and Health Status of Tilapia (Oreochromis niloticus)
Date
2021Author
Aryati, Yani
Widanarni
Wahjuningrum, Dinamella
Rusmana, Iman
Lusiastuti, Angela Mariana
Metadata
Show full item recordAbstract
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas utama perikanan budidaya di Indonesia dan di dunia. Produksi ikan nila di Indonesia dan di dunia terus mengalami peningkatan, antara lain didukung oleh intensifikasi produksi. Kendala yang dihadapi dalam penerapan budidaya intensif antara lain kinerja pertumbuhan yang rendah dan meningkatnya risiko serangan penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang pada budidaya ikan nila adalah streptococcosis, yang salah satu agen penyebabnya adalah bakteri Streptococcus agalactiae. Penggunaan prebiotik merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan dan respons imun sehingga resistan terhadap infeksi patogen. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi potensi madu sebagai prebiotik dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan, respons imun, dan resistansi ikan nila terhadap infeksi S. agalactiae.
Penelitian tahap pertama bertujuan mengkarakterisasi kriteria prebiotik pada madu klengkeng, madu randu dan madu organik. Kriteria prebiotik yang diuji meliputi kandungan oligosakarida dari madu dan ekstraknya menggunakan KLT (kromatografi lapis tipis), karbohidrat total dan gula pereduksi madu dan ekstraknya, hidrolisis asam lambung dan α-amilase dari ketiga ekstrak madu, serta aktivitas prebiotik dari ekstrak ketiga jenis madu. Hasil pengujian dengan KLT menunjukkan bahwa ekstrak madu klengkeng dan ekstrak madu randu memiliki retardation factor (Rf) yang sama dengan standar oligosakarida yang digunakan (rafinosa), sehingga ekstrak madu klengkeng dan madu randu yang dihasilkan merupakan oligosakarida. Madu randu memiliki kadar FOS 14.76% dan kadar inulin 6.60%, lebih tinggi dibandingkan dua jenis madu lainnya. Karbohidrat total tertinggi terdapat pada madu randu yaitu 80±0%, lebih tinggi dibandingkan madu klengkeng, madu organik, dan inulin. Sedangkan gula pereduksi dari ketiga madu berada dalam kisaran 27-55%, lebih tinggi dibandingkan inulin. Hidrolisis asam lambung dan asam α-amilase selama 3 jam pengamatan mengalami peningkatan, baik dari ekstrak madu klengkeng, madu randu, madu organik. Ekstrak madu klengkeng, ekstrak madu randu, dan ekstrak madu organik memiliki aktivitas prebiotik. Ekstrak madu randu memiliki aktivitas prebiotik paling baik dibandingkan dengan dua jenis madu yang lain, karena memberikan stimulasi tertinggi terhadap L. plantarum, serta memiliki skor prebiotik hingga 3.82±0.78 pada jam ke-12, dan mampu sampai jam ke-24 sebesar 0.71±0.03. Secara keseluruhan, madu klengkeng, madu randu dan madu organik memenuhi kriteria sebagai prebiotik, dengan kinerja terbaik terdapat pada madu randu.
Penelitian tahap kedua bertujuan mengevaluasi pemberian prebiotik madu randu dengan dosis berbeda melalui pakan terhadap kinerja pertumbuhan, aktivitas enzim pencernaan, mikrovili usus, asam lemak rantai pendek, dan keragaman mikrobiota pada saluran pencernaan ikan nila. Penelitian menggunakan empat perlakuan yaitu kontrol (tanpa penambahan madu) dan pakan dengan penambahan madu dosis 0.25%, 0.5%, dan 1%. Setiap perlakuan diulang empat kali. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian prebiotik madu melalui pakan mampu memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap biomassa akhir, pertambahan bobot, laju pertumbuhan spesifik, dan rasio konversi pakan dibandingkan kontrol, dengan hasil terbaik pada perlakuan madu dosis 1%. Pemberian prebiotik madu juga mampu meningkatkan aktivitas enzim pencernaan (amilase, protease, dan lipase), dengan nilai yang lebih tinggi (P<0.05) dibanding kontrol.
Panjang mikrovili, perimeter dan kerapatan mikrovili pada semua perlakuan berbeda nyata (P<0.05) terhadap kontrol. Pemberian prebiotik madu mampu meningkatkan asam lemak rantai pendek meliputi asam asetat, propionat, isobutirat, N-butirat, isovalerat dan N-valerat dengan nilai yang berbeda nyata antar perlakuan (P<0.05), memicu munculnya Bacillus dan Clostridium-sensu-stricto, meningkatkan keragaman mikrobiota yang berpotensi sebagai probiotik yaitu Cetobacterium.
Penelitian tahap ketiga bertujuan mengevaluasi efektivitas prebiotik madu randu yang diberikan melalui pakan terhadap imunitas, proteksi dan keragaman mikrobiota saluran pencernaan ikan nila terhadap infeksi S. agalactiae. Penelitian menggunakan empat perlakuan yaitu kontrol (tanpa penambahan madu) dan pakan dengan penambahan madu dosis 0.25%, 0.5%, dan 1%. Setiap perlakuan diulang empat kali. Uji tantang dilakukan setelah ikan nila dipelihara selama 30 hari. Ikan nila diinjeksi dengan suspensi S. agalactiae secara intramuskular sebanyak 0.1 mL ekor-1 pada konsentrasi 105 CFU mL-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian prebiotik madu selama 30 hari melalui pakan mampu meningkatkan respiratory burst dan lisozim, serta menurunkan nilai ekspresi gen IL8 dan TNFα yang signifikan lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kontrol. Pemberian prebiotik madu juga mampu menurunkan jumlah S. agalactiae di organ target. Jumlah S. agalactiae pada perlakuan kontrol positif pada semua organ (hati, ginjal, limpa, otak, dan usus) signifikan lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan semua perlakuan pemberian prebiotik madu. Pemberian prebiotik madu mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila ketika diinfeksi bakteri S. agalactiae, dengan nilai kelangsungan hidup 75.66-89.33%, signifikan lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan kontrol positif (51.66%). Hasil pengamatan organ hati dan limpa ikan nila setelah uji tantang menunjukkan pada perlakuan kontrol positif mengalami kerusakan yang lebih parah dibanding pada perlakuan pemberian prebiotik madu. Perlakuan kontrol positif didominasi genus Streptococcus hingga mencapai 98%, sedangkan pada perlakuan madu didominasi genus Cetobacterium (70%). Perlakuan prebiotik madu dosis 1% menghasilkan OTU lebih banyak dengan OTU dominan genus Cetobacterium.
Hasil seluruh tahap penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian madu sebagai prebiotik mampu meningkatkan keragaman mikrobiota usus, kinerja pertumbuhan, respons imun, dan resistansi ikan nila terhadap infeksi S. agalactiae, dengan hasil terbaik pada pemberian madu randu dengan dosis 1%.
Collections
- DT - Fisheries [725]