Keberlanjutan Usahatani Perkebunan Kelapa Rakyat di Kabupaten Indragiri Hilir
Abstract
Salah satu komoditas perkebunan penting di Indonesia adalah kelapa (cocos
nucifera). Perkebunan kelapa di Indonesia merupakan terluas di dunia, dimana
perkebunan kelapa rakyat merupakan perkebunan dominan. Luasan lahan tersebut
tentunya akan memberikan keuntungan bagi devisa negara, selain itu perkebunan
kelapa juga memberikan sumber pendapatan utama petani yang banyak melibatkan
petani-petani kecil dalam usahatani yaitu sekitar 20 juta jiwa keluarga petani.
Secara potensi Indonesia memiliki posisi strategis besar di bidang industri ekspor
kelapa.
Provinsi Riau memiliki luas terbesar perkebunan kelapa di Indonesia dimana
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan penghasil utama kelapa yang menjadi
komoditas andalan di Provinsi Riau. Perkebunan kelapa di Kabupaten Indragiri
Hilir setiap tahunnya mengalami instabilitas yang cenderung menurun. Penurunan
ini diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, (1) banyaknya tanaman
yang sudah tua dan rusak yang seharusnya diremajakan, (2) petani tidak melakukan
teknik budidaya sesuai dengan cara yang benar disebabkan oleh kurangnya
kepedulian, motivasi, usaha pengendalian hama dan penyakit dalam perawatan dan
usahatani yang disebabkan oleh ketebatasan pengetahuan, alat dan bahan, (3)
munculnya komoditas perkebunan lain yang di anggap lebih menguntungkan dan
bernilai ekonomis oleh petani.
Penelitian mengenai keberlanjutan telah banyak dilakukan pada perkebunan
rakyat yaitu perkebunan kelapa sawit, perkebunan karet, dan perkebunan kakao
rakyat, akan tetapi untuk perkebunan kelapa rakyat tidak pernah dilakukan,
sehingga penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi keberlanjutan
terkini usahatani perkebunan kelapa rakyat Kabupaten Indragiri Hilir, dan bertujuan
untuk menganalisis status keberlanjutan perkebunan kelapa rakyat menggunakan
metode Multidimensional Scaling (MDS). Analisis MDS multidimensi sebagai
aspek yang dikaji pada penelitian ini yaitu dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial
budaya.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari 45 responden di
tiap-tiap kecamatan, yang dilakukan pada empat wilayah Kabupaten Indragiri Hilir,
yaitu Kecamatan Enok, Keritang, Mandah, dan Kecamatan Pulau Burung. Data
primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden petani dan para
ahli yang konsentrasi pada perkelapaan yang dipilih secara purposive, data
sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian dan Perkebunan, dan
literalur lain yang mendukung penelitian ini.
Hasil teknik ordinasi Rap-Coconut pada metode MDS menunjukkan nilai
indeks keberlanjutan perkebunan kelapa rakyat Kabupaten Indragiri Hilir berkisar
antara 25,01-50,00 termasuk kedalam ketegori kurang berkelanjutan. Pada analisis
indeks keberlanjutan untuk ke-tiga dimensi masing-masing adalah 48,01 (ekonomi),
33,76 (ekologi), dan 28,06 (sosial budaya) termasuk kedalam kategori kurang
berkelanjutan dari total nilai 100,00 untuk nilai baik (sangat berkelanjutan).
Keberlanjutan usahatani perkebunan kelapa rakyat pada masing-masingdimensimemiliki indeks keberlanjutan yang berbeda-beda sehingga diperlukan adanya
kebijakanuntuk mengevaluasi keberlanjutan usahatani perkebunan kelapa rakyat
Kabupaten Indragiri Hilir agar meningkatkan status keberlanjutan perkebunan
kelapa rakyat. One of the important plantation commodities in Indonesia is coconut (cocos
nucifera). Coconut plantations in Indonesia are the largest in the world, where
people's coconut plantations are the dominant plantations. The area of land will
certainly provide benefits for the foreign exchange of the country, in addition
coconut plantations also provide the main source of income of farmers who involve
many small farmers in farming, namely about 20 million people of farming families.
Potentially Indonesia has a large strategic position in the coconut export industry.
Riau Province has the largest area of coconut plantations in Indonesia where
Indragiri Hilir Regency is the main producer of coconut which is a mainstay
commodity in Riau Province. Coconut plantations in Indragiri Hilir regency each
year experience instability that tends to decrease. This decrease is thought to be
influenced by several factors, among others, (1) the number of old and damaged
crops that should be rejuvenated, (2) farmers do not carry out cultivation techniques
in the right way due to lack of care, motivation, pest and disease control efforts in
care and farming caused by the firmness of knowledge, tools and materials, (3) the
emergence of other plantation commodities that are considered more profitable and
economically valuable by farmers.
Research on sustainability has been done in many people's plantations namely
oil palm plantations, rubber plantations, and cocoa plantations, but for people's
coconut plantations have never been done, so this research needs to be done to know
the current sustainability conditions of coconut plantation farming indragiri hilir,
and aims to analyze the sustainability status of people's coconut plantations using
the Multidimensional Scaling (MDS) method. Mds analysis is multidimensional as
aspects studied in this research, namely economic, environmental, and sociocultural dimensions.
This study used primary data obtained from 45 respondents in each subdistrict, which was conducted in four areas of Indragiri Hilir Regency, namely
Enok, Keritang, Mandah, and Pulau Burung Subdistricts. Primary data was
obtained from direct interviews with farmer respondents and some experts who
concentrated on purposively selected coconuts, secondary data obtained from the
Central Statistics Agency, the Department of Agriculture and Plantation, and other
literalurs that supported this study.
The results of rap-coconut ordination techniques in MDS method showed the
value of the sustainability index of coconut plantations in Indragiri Hilir ranging
from 25.01-50.00 including into the theories less sustainable. In the analysis of
sustainability index for the three dimensions are 48.01 (economic), 33.76 (ecology),
and 28.06 (socio-cultural) fall into the less sustainable category of a total value of
100.00 for good value (very sustainable). The sustainability of people's coconut
plantation farming in each dimension has a different sustainability index so that a
policy is needed to evaluate the sustainability of coconut plantation farming in
Indragiri Hilir regency in order to improve the sustainability status of people's
coconut plantations.
Collections
- MT - Economic and Management [2970]