Pengaruh Penerapan Good Agricultural Practices Terhadap Pendapatan Petani Lada Putih Dengan Indikasi Geografis Muntok White Pepper
Abstract
Muntok White Pepper adalah nama Indikasi Geografis bagi lada putih
komoditi ekspor unggulan Indonesia yang berasal dari Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Penerapan Indikasi Geografis tersebut dapat diwujudkan apabila lada
putih yang dihasilkan petani memenuhi persyaratan standar mutu IG antara lain
ukuran, warna, kebersihan, dan kandungan atsiri. Beberapa syarat mutu tersebut
hanya terwujud apabila petani menerapkan Good Agricultural Practices. Namun
sampai saat ini ternyata hanya sebagian kecil petani yang sudah menerapkan GAP
tersebut. Untuk itu maka penelitian ini bertujuan : (1) mendeskripsikan penerapan
GAP dan penerapan IG, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi petani
dalam penerapan GAP, (3) menganalisis tingkat penerapan GAP serta faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat penerapan GAP dan (4) menganalisis pengaruh
penerapan Good Agricultural Practices terhadap pendapatan serta menghitung nilai
ekonomi yang dapat dicapai petani di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Penelitian ini menggunakan Data primer cross section yang berasal dari
224 responden, yaitu terdiri dari 142 petani yang menerapkan GAP dan 82 petani
non GAP. Penerapan GAP dan IG dianalisis secara deskriptif tabulasi dan Faktorfaktor yang mempengaruhi petani menerapkan GAP Lada dianalisis dengan model
regresi logit, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan GAP Lada
dianalisis dengan model tobit, dan pengaruh penerapan GAP terhadap pendapatan
petani dianalisis melalui pendekatan propensity score matching (PSM) selanjutnya
dihitung potensi nilai ekonomi penerapan GAP di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Penerapan GAP oleh petani dipengaruhi oleh umur petani, pendidikan
petani, pengalaman berusahatani, luas areal panen lada, dan keaktifan petani
mengikuti kegiatan sosialisasi. Tingkat Penerapan GAP oleh petani lada putih di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk kategori tinggi. Tingkat penerapan
GAP dipengaruhi oleh ketersediaan bibit, luas areal panen lada, umur petani dan
pengalaman berusahatani yang dimiliki petani. Penerapan GAP oleh petani lada
putih berdampak secara signifikan meningkatkan produktivitas, harga jual dan
pendapatan usahatani lada putih. Peningkatan pendapatan didorong oleh
meningkatnya produksi dan meningkatnya kualitas lada putih. Keberlanjutan
penerapan GAP sangat perlu untuk dilaksanakan dan untuk meningkatkan
penerapannya oleh petani lada melalui peningkatan sosialisasi berupa penyuluhan
GAP terutama pada kelompok tani yang belum menerapkan. Jika ada keterikatan
secara langsung dalam bentuk kontrak kerjasama antara eksportir dengan petani
lada putih tentu tingkat penerapan GAP lada putih di tingkat petani dapat terlaksana
dengan lebih baik