Pertumbuhan dan Kualitas Kayu 12 Provenansi Jabon (Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser) pada Uji Provenansi-Keturunan di Parungpanjang, Bogor.
Date
2020Author
Anna, Nelly
Siregar, Iskandar Z.
Supriyanto
Karlinasari, Lina
Metadata
Show full item recordAbstract
Jabon merupakan tanaman tropis multiguna yang memiliki nilai tinggi, baik
untuk hutan tanaman industri ataupun tanaman reboisasi (penghijauan). Jabon
dilaporkan dapat digunakan untuk produksi finir, kayu lapis, papan serat, papan blok,
papan partikel, korek api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, pulp dan
kertas. Upaya pemenuhan bahan kayu industri dapat dilakukan dengan membangun
hutan rakyat dan hutan tanaman dengan menggunakan materi tanaman yang
berkualitas dan unggul. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tanaman
jabon dilakukan melalui program pemuliaan dengan membangun uji provenansiketurunan.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan, evaluasi kondisi tempat tumbuh
sangat dibutuhkan untuk perencanaan pemeliharaan tegakan. Informasi kinerja
pertumbuhan dan kualitas kayu juga perlu dievaluasi secara periodik sebagai bahan
pertimbangan dalam kegiatan seleksi dalam menentukan provenansi dan famili
terbaik. Karakter pertumbuhan yang umumnya dievaluasi terbatas pada tinggi dan
diameter, sementara informasi kualitas kayu yang dilaporkan masih terbatas.
Pendugaan kualitas kayu pada provenansi jabon dilakukan dengan metode
nondestruktif (tidak merusak) dengan menggunakan alat Pilodyn®. Selain itu, sifat
dasar kayu yang sering menjadi acuan dalam pemilihan kayu adalah sifat fisis
(kerapatan, berat jenis, dan kadar air), sifat mekanis lentur [MOE (Modulus of
Elasticity), MOR (Modulus of Rupture)], dan sifat anatomis [panjang serat, sudut
mikrofibril atau MFA (Microfibril Angle)]. Oleh karena itu untuk tujuan konversi
menjadi sumber benih, maka informasi pertumbuhan dan kualitas kayu yang lebih
komprehensif sangat dibutuhkan. Terkait dengan hal tersebut, informasi karakter
pertumbuhan dan kualitas kayu terbaik yang konsisten pada tingkat provenansi
jabon dari waktu ke waktu (time series) adalah sangat penting, sehingga perlu
dilakukan evaluasi secara periodik dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pertumbuhan dan kualitas kayu 12 provenansi jabon pada uji
provenansi-keturunan di Parungpanjang, Bogor. Secara lebih spesifik, tujuan
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1) untuk mengevaluasi kondisi
tempat tumbuh, pertumbuhan dan kualitas kayu 12 provenansi jabon pada uji
provenansi-keturunan di Parungpanjang; 2) untuk mengkaji sifat-sifat kayu 12
provenansi jabon umur 42 bulan; dan 3) untuk menduga tren pertumbuhan dan
kualitas kayu 12 provenansi jabon pada uji provenansi-keturunan di Parungpanjang,
Bogor.
Hasil sub penelitian 1 yang dilakukan dengan melakukan pengujian kondisi
tempat tumbuh (sifat fisik dan kimia tanah), pengukuran karakter pertumbuhan, dan
kualitas kayu (penetrasi pilodyn, kerapatan kayu, berat jenis, dan kadar air) secara
sensus pada tanaman berumur 36 bulan, menjelaskan bahwa kondisi tempat tumbuh
12 provenansi jabon memiliki pH tanah mulai dari masam-sangat masam. pH tanah
mempengaruhi kandungan C-organik dan hara tanah. Kandungan hara yang
mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas kayu adalah C-organik, P, Ca, dan K.
Hasil analisis ragam menunjukkan perbedaan nyata antar provenansi dan antar
famili di dalam provenansi untuk karakter pertumbuhan, penetrasi pilodyn,
kerapatan kayu, berat jenis, dan kadar air. Rata-rata pertumbuhan, penetrasi
pilodyn, kerapatan kayu, berat jenis, dan kadar air 12 provenansi jabon belum dapat
dikatakan sejalan, dalam artian pertumbuhan semakin baik kualitas kayunya juga
semakin baik. Nilai pendugaan heritabilitas individu pada masing-masing peubah
tergolong pada kategori tinggi (0,310-0,462), kecuali pada peubah kadar air (0,032)
tergolong rendah.
Hasil sub penelitian ke 2 yang dilakukan dengan menguji sifat fisis (kerapatan
kayu, berat jenis, kadar air), sifat mekanis lentur kayu (MOE, MOR), dan sifat
anatomis kayu (panjang serat, sudut mikrofibril atau MFA) pada umur tanaman 42
bulan. Pengujian dilakukan pada 12 provenansi jabon. Tiap 1 pohon yang menjadi
sampel uji mewakili 1 provenansi jabon. Sifat fisis kerapatan kayu dalam kondisi
segar memiliki rata-rata 0,94 g/cm3, dengan nilai yang bervariasi naik turun mulai
dari empelur ke kulit luar. Rata-rata berat jenis adalah 0,46, dengan nilai yang
semakin meningkat mulai dari empelur ke kulit luar. Rata-rata kadar air adalah
105,13%, dengan nilai yang semakin menurun mulai dari empelur ke kulit luar.
Berdasarkan sifat fisis kayu, 12 provenansi jabon dapat digunakan sebagai bahan
baku nonstruktural. Sifat mekanis lentur kayu yang diuji adalah MOE dan MOR,
yang diuji dalam kondisi kadar air kering udara. Hasil pengujian, rata-rata nilai
MOE pada 12 provenansi jabon umur 42 bulan adalah 51039,93 kg/cm² dan MOR
yaitu 488,37 kg/cm², dengan rata-rata kadar air kering udara sebesar 13,62%. Ratarata
nilai sifat anatomis MFA dan panjang serat adalah 11,54º dan 1183,28 μm.
Nilai MFA bervariasi naik turun mulai dari empelur ke kulit luar, sementara
panjang serat semakin meningkat. Berdasarkan nilai MFA dan panjang serat, 12
provenansi jabon masih tergolong kayu juvenile. Secara keseluruhan, berdasarkan
nilai sifat fisis, mekanis lentur, dan anatomis kayu 12 provenansi jabon hanya dapat
digunakan sebagai bahan baku nonstruktural, yang dapat digunakan untuk mebel,
mainan kayu anak-anak, korek api, dan dapat dipadukan dengan kayu lain sebagai
bahan untuk pulp dan kertas.
Hasil sub penelitian ke 3 tentang laju pertumbuhan 12 provenansi jabon
pada umur 36, 42, 48, dan 54 bulan masih termasuk setara dengan pertumbuhan
jabon yang ditanam tidak dengan program pemuliaan. Pada umur 54 bulan, laju
pertumbuhan tinggi dan laju pertumbuhan volume semakin bertambah, sementara
laju pertumbuhan diameter semakin berkurang. Berdasarkan karakter pertumbuhan,
12 provenansi jabon yang direkomendasikan untuk menjadi sumber benih adalah
provenansi Kuala Kencana, Batu Hijau, Garut Selatan, Ogan Komering, dan
provenansi Batu Hijau. Hasil evaluasi empat kali pengamatan, nilai penetrasi
pilodyn 12 provenansi jabon semakin menurun dan nilai berat jenis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur 12 provenansi jabon, artinya kayu semakin
kuat. Provenansi jabon yang dapat direkomendasikan sebagai sumber benih bila
dilihat dari nilai penetrasi pilodyn, berat jenis, dan kerapatan kayunya adalah:
provenansi Batu Licin, Ogan Komering, Gowa, Batu Hijau, Alas Purwo, dan
provenansi Kuala Kencana. Sampai pada umur 54 bulan, 12 provenansi jabon hanya
dapat digunakan sebagai bahan baku kayu nonstruktural. Jabon is a multipurpose tropical tree species that has a high economic value
both for industrial plantations and reforestation. Jabon can be used to produce veneers,
plywood, fiberboard, block boards, particle boards, matches, wrapping crates, concrete
molds, children's toys, pulp, and lightweight construction. Demand for industrial wood
material can be met by establishing community forests and industrial plantations
using genetically superior jabon seeds. One of the alternatives to improve the wood
quality of jabon is through a breeding program. To optimize the tree growth,
evaluation of growing conditions is urgently needed for stand maintenance
planning. Information on growth and wood quality also needs to be evaluated
periodically as a material consideration in the selection activities in determining the
best provenance. Growth characteristics were commonly evaluated on tree height
and stem diameter, while wood quality has never been done. Estimation of wood
quality in 12 jabon provenances was done by non-destructive method using
Pilodyn®. In addition, basic properties of wood that are often used as references in
wood selection are physical properties (wood density, specific gravity, and green
moisture content), mechanical properties of bending [MOE (Modulus of Elasticity),
MOR (Modulus of Rupture)], and anatomical properties [MFA (Microfibril Angle)
and fiber length]. Therefore, as a source of seeds, more comprehensive study on
wood quality information is needed. Information on the best consistent growth
characteristics and wood quality at the jabon provenance level from time to time is
very important, so it needs to be evaluated periodically and continuously. This study
aimed to evaluate the growth and wood quality of 12 jabon provenances in
provenance-progeny test in Parungpanjang. More specifically, the objectives of this
study were: 1) to evaluate growing site conditions, growth and wood quality of 12
jabon provenances in provenance-progeny test in Parungpanjang; 2) to evaluate the
wood properties of 12 jabon provenances aged 42 months; and 3) to evaluate trends
of growth and wood quality 12 jabon provenances in provenance-progeny test in
Parungpanjang.
The results of sub-study 1, which was carried out by assessing the growing
site conditions (physical and chemical properties of the soil), measuring the
characteristic of growth, and wood quality (pilodyn penetration, wood density,
specific gravity, and moisture content) census in 36 months old, explained that the
condition of the growing site for 12 jabon provenances had soil pH ranging from
acid to very acid. Soil pH affected the content of C-organic and soil nutrients.
Nutrient content that influenced growth and wood quality was C-organic, P, Ca, and
K. Analysis of variance showed significant differences between provenances and
between families in provenances on growth character, pilodyn penetration, wood
density, specific gravity, and moisture content of 12 jabon provenances. The
average growth, pilodyn penetration, wood density, specific gravity, and moisture
content of 12 jabon provenances wood were not aligned. This implies that a good
growth value had not been followed by good pilodyn penetration value and good
physical properties. The estimated value of individual heritability in each variable
was in the high category (0,310-0,462), except for the water content variable
(0,032), which was classified as low.
The results of sub-study 2, other tested wood properties were physical
properties (wood density, specific gravity, moisture content), mechanical properties
of bending (MOE, MOR), and anatomical properties (fiber length, MFA) in 42
months old. Tests were carried out on 12 jabon provenances. Each tree represents
one jabon provenance. Green wood density was an average of 0,94 g / cm3, with
values that go up and down starting from pith to bark. The average specific gravity
was 0,46, with values increasing from pith to bark. The average moisture content
was 105,13%, with decreasing values starting from pith to outer bark. Based on the
physical properties of wood, 12 jabon provenances can be used as non-structural
raw materials. The mechanical properties of the wood being tested were MOE and
MOR, tested in conditions air-dried moisture content. The average MOE and MOR
values in 12 jabon provenances aged 42 months were 51039,93 kg/cm² and 488,37
kg/cm², with an average air-dried moisture content of 13,62%. The MFA testing
with XRD on 12 jabon provenances ranging from pith to the bark had not shown a
trend (increasing or decreasing). The average MFA value of 12 jabon provenances
was 11,54°. The fiber length from the pith to the outer bark tends to increase. The
average fiber length in 12 provenances was 1183,28 μm. Based on MFA values and
fiber length, 12 jabon provenances were still classified as juvenile wood. In overall,
based on physical, mechanical and anatomical properties of wood 12 jabon
provenances can only be used as a non-structural raw material, which can be used
for furniture, children's wooden toys, matches, and can be combined with other
wood as material for pulp and paper.
The results of sub-study 3, jabon provenance growth rates at the age of 36,
42, 48, and 54 months were still included in the jabon growth category planted
without the breeding program. At the age of 54 months, the growth rate of height
and volume increased, while the growth rate of diameter decreased. Based on the
character of its growth, the Kuala Kencana, Batu Hijau, South Garut, and Ogan
Komering provenances are recommended to be the source of the seed. The
evaluation of four observations indicates that the pilodyn penetration value of the
twelve jabon provenances has decreased, and the specific gravity has increased with
increasing age of the jabon provenances, meaning that the wood is getting stronger.
The recommended jabon provenance as seed sources based on pilodyn penetration
values, specific gravity, and wood density are Batu Licin, Ogan Komering, Gowa,
Batu Hijau, Alas Purwo, and Kuala Kencana provenances. Until the age of 54
months, jabon provenance wood can only be used as non-structural wood raw
material.
Collections
- DT - Forestry [343]