Strategi Pengendalian Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Di Perairan Waduk Jatiluhur
View/ Open
Date
2020Author
Dewantara, Ezra Fajar
Purwanto, Yanuar Jarwadi
Setiawan, Yudi
Metadata
Show full item recordAbstract
Waduk Jatiluhur sebagai salah satu waduk terbesar di Indonesia dan
multifungsi, membendung aliran Sungai Citarum di kecamatan Jatiluhur, kabupaten
Purwakarta provinsi JawaBarat.Waduk Jatiluhurmerupakan bendungan multiguna,
dengan fungsi utamanya untuk memenuhi kebutuhan irigasi lahan persawahan
sekitar 242.000 ha, pasokan air baku minum DKI Jakarta dan sekitarnya,
pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 187,5 MW, pengendali banjir di
Kabupaten Karawang, Bekasi dan Jakarta, pasokan air untuk industri dan untuk
budidaya perikanan darat seluas 20.000 ha, untuk pariwisata dan olahraga air. Laju
degradasi ekosistem Waduk Jatiluhur baik yang disebabkan oleh beban limbah
masukan eksternal maupun internal merupakan permasalahan utama. Degradasi
ekosistem waduk ini telah berdampak negatif baik terhadap perikanan itu sendiri
dan fungsi-fungsi lain dari waduk. Perkembangan budidaya ikan dalam keramba
jaring apung (KJA) yang melebihi daya dukung perairan waduk telah berakibat
terhadap penurunan produktivitas budidaya dan sering terjadi kematian ikan secara
massal. Permasalahan yang sering terjadi di semua ekosistem perairan di Indonesia
adalah eutrofikasi (pengkayaan nutrien), sedimentasi, dan pencemaran. Degradasi
akibat dari aktivitas KJA dan aktivitas masyarakat ini juga berdampak kepada tidak
terkendalinya pertumbuhan eceng gondok.
Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah jenis tumbuhan air yang
umumnya dianggap sebagai gulma. Eceng gondok mudah menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, cepat berkembang biak, dan mampu bersaing dengan kuat,
sehingga dalam waktu yang singkat akan melimpah dan memenuhi perairan.
Melimpahnya eceng gondok dapat menghambat suplai oksigen ke dasar,
menghalangi penetrasi cahaya matahari yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan
dapat menyebabkan pendangkalan pada badan air. Usaha untuk membasmi maupun
menekan pertumbuhan eceng gondok telah dilakukan, tapi belum dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Pengendalian sekaligus pemanfaatan gulma
air yang telah dilakukan antara lain untuk kompos, penjernih air, biogas, kertas,
media pertumbuhan jamur merang, sebagai pakan unggas dan yang terbaru sebagai
briket bahan bakar. Faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan eceng gondok
menjadi tidak terkendali adalah kandungan nutrient yang terdapat didalam suatu
perairan menjadi sumber utama eceng gondok tumbuh pesat satu batang eceng
gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1
tahun mampu menutup area seluas 7 m2.
Pengendalian eceng gondok perlu dilakukan untuk menekan atau mengurangi
jumlah pertumbuhan eceng gondok agar perairan Waduk Jatiluhur serta eceng
gondok dapat dimanfaatkan agar bernilai ekonomis dan tidak hanya menjadi gulma
pada perairan khususnya perairan Waduk Jatiluhur. Sistem informasi geografis
(SIG) telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai bidang kajian. Analisis dengan
SIG ini selain dapat memberikan tampilan secara utuh dalam suatu kawasan, juga
pembaharuan analisis dapat dengan mudah dilakukan jika tersedianya data terkini.
ii
Hasil penelitian menunjukan luasan pertumbuhan eceng gondok periode
2013-2019 memiliki rata-rata luasan sekitar 247.47 ha, dengan luasan terendah
yaitu sekitar 157.92 ha ditahun 2014 dan luasan tertinggi yaitu sekitar 441.65
ditahun 2019. Nilai statistik tingkat kerapatan eceng gondok dengan nilai min: -
0.21, max: 0.66, mean: 0.15 dan standar deviasi: 0.18 Eceng gondok banyak
tumbuh didaerah sekitar inlet waduk, sekitar daerah KJA serta hampir diseluruh
tepian badan air waduk. Faktor aliran air masuk ke dalam waduk membawa nutrient
dan aktivitas KJA menyebabkan pertumbuhan eceng gondok sangat pesat didaerah
sekitar inlet dan KJA dariWaduk Jatiluhur.
Strategi yang didapat hasil perumusan menggunakan SWOT ialah pihak
petani KJA diharapkan mulai menerapkan sistem smart KJA yang diprakarsai oleh
pihak BP2KSDI. Perlu dilakukannya peningkatan dalam pengelolaan DAS Citarum
oleh pemerintah masing-masing daerah agar perairan Citarum yang masuk ke badan
air Waduk Jatiluhur menjadi lebih bersih. Perlu adanya lembaga yang menaungi
langsung secara keseluruhan dan memfasilitasi dalam pemanfaatan eceng gondok
agar tidak hanya menjadi gulma dalam perairan. Hal ini akan berjalan maksimal
jika seluruh stakeholder, pemerintah dan masyakarat saling bersinergi dalam
memanfaatkan dan mengelola waduk.