Analisis Rantai Nilai Produk Ikan Asap di Jawa Tengah
Abstract
Perikanan, pertanian, dan kehutanan menjadi salah satu sektor
penyumbang tertinggi pendapatan nasional. Nilai produksi perikanan akan
memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian jika mampu menghasilkan
nilai tambah yang tinggi. Produk perikanan di Indonesia saat ini masih didominasi
ikan beku dan ikan segar, diikuti dengan olahan ikan asap dan ikan kaleng. Jika
dibandingkan ikan segar dan ikan beku, nilai produk perikanan akan meningkat
bila diolah lebih lanjut seperti menjadi ikan asap. Metode pengasapan ikan
tergolong mudah dilakukan dengan peralatan yang sederhana. Ikan yang telah
diasapkan dan dikemas dapat meningkatkan nilai dan mempermudah pemasaran
produk. Kegiatan menghasilkan produk ikan asap dapat diidentifikasi melalui
rantai nilai yang terbentuk mulai dari aktivitas hulu hingga hilir.
Penelitian ini membahas rantai nilai produk ikan asap di Jawa Tengah
sebagai salah satu daerah pengolah ikan asap terbesar di Indonesia. Tujuan
penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi pemetaan (mapping) rantai nilai ikan
asap di Jawa Tengan, 2) menganalisis tata kelola (governance) dalam rantai nilai
ikan asap di Jawa Tengah, 3) menganalisis proses peningkatan (upgrading) pada
rantai nilai ikan asap di Jawa Tengah, dan 4) menganalisis aspek kinerja pada
model rantai nilai ikan asap di Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik snowball dan purposive sampling terhadap 52 pelaku di sepanjang rantai
nilai ikan asap di Jawa Tengah. Metode pengolahan data berupa analisis deskriptif
meliputi analisis pemetaan, tata kelola, dan peningkatan. Analisis aspek kinerja
rantai nilai ikan asap dilakukan dengan metode statistik PLS-SEM.
Hasil penelitian menunjukkan pelaku rantai nilai ikan asap terdiri dari
nelayan, pedagang besar, pedagang pengumpul, pengolah, pedagang pengecer,
warung makan, dan restoran. Setiap pelaku melakukan aktivitas yang
berkontribusi terhadap penciptaan nilai produk ikan asap. Tata kelola rantai nilai
ikan asap termasuk jenis tata kelola relational dengan kriteria complexity tinggi,
codify rendah, dan capability tinggi. Pelaku rantai nilai harus mengumpulkan
informasi dari berbagai pihak untuk menghindari terjadinya asymmetric
information. Peningkatan rantai nilai ikan asap meliputi peningkatan produk yang
dilakukan oleh pengolah dan warung makan, peningkatan proses yang dilakukan
oleh nelayan, pedagang besar, pedagang pengumpul, dan restoran, serta
peningkatan fungsi yang dilakukan oleh pengolah dan pedagang pengecer.
Perhitungan koefisien jalur PLS-SEM memperlihatkan aspek lingkungancontext
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan aktivitas nilai tambah berupa
margin produk. Aspek lingkungan-context meliputi kemudahan akses kredit
konsumsi, kemudahan akses kredit usaha, dan adanya sanksi terhadap
pelanggaran peraturan. Saran dalam penelitian ini adalah perlunya penguatan
kelembagaan koperasi dan peningkatan peran pemerintah dalam mendukung
peningkatan nilai tambah di sepanjang rantai nilai ikan asap di Jawa Tengah.
Collections
- MT - Economic and Management [2878]