Pengaruh Ransum Flushing dengan Profil Asam Lemak yang Berbeda pada Performa Reproduksi Induk dan Ketahanan Tubuh Anak Kambing Peranakan Etawah
View/ Open
Date
2020Author
Nugroho, Prasetyo
Wiryawan, I Komang Gede
Astuti, Dewi Apri
Manalu, Wasmen
Metadata
Show full item recordAbstract
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu plasma nutfah
Indonesia yang mempunyai fungsi dan peran strategis pada kehidupan masyarakat
sebagai ternak dwiguna, tetapi efisiensi reproduksinya di masyarakat masih rendah.
Kondisi tubuh (body condition score, BCS) kambing PE yang belum ideal menjadi
salah satu penyebab rendahnya efisiensi reproduksi. Flushing dengan suplementasi
lemak menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan efisiensi reproduksi di
daerah tropis. Suplementasi lemak dapat meningkatkan densitas energi dalam
ransum. Perbedaan komposisi asam lemak yang terkandung, khususnya asam lemak
tidak jenuh jamak (polyunsaturated fatty acid, PUFA) juga memiliki berbagai efek
metabolisme di dalam tubuh ternak dan berperan penting dalam menentukan efek
pada reproduksi. Kajian suplementasi PUFA selanjutnya difokuskan pada
perbandingan pengaruh asam linoleat dengan asam α-linolenat dalam upaya
perbaikan performa reproduksi dan produktivitas kambing PE.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis pengaruh
flushing dengan suplementasi asam lemak berbeda (laurat, linoleat, dan α-linolenat)
dalam ransum induk kambing PE pada (i) pertumbuhan dan perkembangan folikel
selama estrus; (ii) performa reproduksi induk; (iii) performa laktasi induk; (iv)
pertumbuhan, perkembangan, serta ketahanan tubuh anak kambing yang dilahirkan
selama pra-sapih. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Maret 2018 sampai Februari
2019, bertempat di Laboratorium Lapang dan Analisis Nutrisi Ternak Daging dan
Kerja, Laboratorium Analisis Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB,
Bogor, serta Laboratorium Penelitian Terintegrasi Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan
etik dari Komisi Etik Hewan (KEH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM-IPB) dengan nomor: 119 – 2018 IPB.
Kajian pertama bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan folikel selama estrus serta korelasinya dengan
hormon estradiol dan progesteron pada induk kambing PE yang diberi ransum
flushing dengan asam lemak yang berbeda. Kajian ini menggunakan 9 ekor
kambing PE paritas ke-2, berumur sekitar 1.5-2 tahun dengan bobot badan rata-rata
30.56 ± 1.96 kg dan BCS awal 1.75 ± 0.25, yang dibagi secara acak ke dalam 3
perlakuan dan 3 ulangan. Penelitian ini terdiri atas 3 perlakuan ransum flushing
dengan suplementasi asam lemak berbeda: (i) T1: suplementasi 2.8% asam laurat
dari minyak kelapa, (ii) T2: suplementasi 2.8% asam linoleat dari minyak bunga
matahari, dan (iii) T3: suplementasi 2.8% asam α-linolenat dari minyak flaxseed.
Ransum flushing diformulasi secara isoenergi (total digestible nutrient, TDN =
77%) dan isoprotein (protein kasar = 15%) dan diberikan selama 21 hari dimulai 3
hari setelah penyuntikan hormon prostaglandin F2α (PGF2α) yang ke-2 tanpa
dikawinkan sampai muncul estrus pada siklus berikutnya. Data BCS, kadar glukosa,
dan kolesterol yang dihasilkan dari sampel berulang dianalisis dengan repeated
measurement analysis of variance (ANOVA). Data konsumsi zat makanan, jumlah,
dan diameter folikel pada setiap kelasnya serta folikel preovulasi, korpus luteum,
konsentrasi estradiol dan progesteron dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan
dengan uji berganda Duncan. Korelasi antara jumlah total folikel dan konsentrasi
estradiol serta antara diameter korpus luteum dan konsentrasi progesteron dianalisis
dengan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan
berbagai jenis asam lemak dalam ransum flushing tidak memengaruhi konsumsi zat
makanan; BCS; dan kadar glukosa, kolesterol, serta progesteron plasma pada semua
perlakuan. Ransum flushing selama 3 minggu meningkatkan BCS sebesar 0.8-0.9
dan kadar kolesterol plasma sebesar 23.12-50.12 mg dL-1 dibandingkan dengan
sebelum flushing. Jumlah total folikel besar secara signifikan tertinggi (P < 0.05)
pada induk kambing dengan perlakuan 2.8% asam α-linolenat (T3). Suplementasi
asam laurat 2.8% (T1) secara dramatis meningkatkan kadar estradiol plasma selama
estrus. Kadar progesteron plasma dalam semua perlakuan tidak berbeda nyata
selama periode estrus. Analisis korelasi antara jumlah total folikel dan konsentrasi
estradiol secara keseluruhan menunjukkan korelasi kuat (r = 0.63) yang signifikan
(P < 0.05). Analisis korelasi antara diameter korpus luteum dan konsentrasi
progesteron secara keseluruhan menunjukkan korelasi sedang (r = 0.55) dan
signifikan (P < 0.05). Kesimpulan kajian pertama, suplementasi 2.8% asam α-
linolenat dari minyak flaxseed dalam ransum flushing meningkatkan jumlah folikel
preovulasi ukuran besar. Total folikel secara keseluruhan mempunyai korelasi kuat
dan signifikan terhadap konsentrasi hormon estradiol. Diameter korpus luteum
secara keseluruhan mempunyai korelasi sedang dan signifikan dengan konsentrasi
hormon progesteron.
Kajian kedua bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis pengaruh
flushing dengan profil asam lemak yang berbeda (laurat, linoleat, dan linolenat)
dalam ransum induk kambing PE pada performa reproduksi. Kajian ini
menggunakan 18 ekor induk kambing PE paritas ke-2 dengan bobot badan rata-rata
34.28 ± 3.38 kg dan BCS awal 1.92 ± 0.26 dan 3 ekor pejantan sebagai pemacek
dengan kualitas semen yang sama. Penelitian menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan. Ransum periode flushing
disusun isoprotein (protein kasar = 15%) dan isoenergi (TDN = 75%) yang terdiri
atas 3 perlakuan ransum dengan suplementasi asam lemak berbeda: (i) T1: 2.8%
asam laurat dari minyak kelapa, (ii) T2: 2.8% asam linoleat dari minyak bunga
matahari, dan (iii) T3: 2.8% asam α-linolenat dari minyak flaxseed. Periode flushing
dimulai dari 3 minggu sebelum kawin sampai 2 minggu setelah kawin dan
dilanjutkan pada umur kebuntingan 4 bulan sampai partus. Sinkronisasi estrus
dilakukan dengan menyuntikkan PGF2α dua kali dengan selang waktu 11 hari
sebelum induk kambing dikawinkan secara alami. Data konsumsi, metabolit darah,
hormon, jumlah embrio, litter size, lama bunting, dan bobot lahir dianalisis statistik
dengan ANOVA satu arah. Perbedaan nilai tengah perlakuan diuji menggunakan
uji berganda Duncan. Data rasio jenis kelamin anak dan tipe kelahiran dianalisis
dengan uji chi-square (χ2). Data persentase kebuntingan, keguguran, kehilangan dan
daya tahan embrio, angka beranak (kidding rate), dan total anak yang lahir
dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh
perlakuan pada konsumsi zat makanan, kadar glukosa, dan kolesterol. Konsentrasi
estradiol 2 hari pascasinkronisasi estrus pada T3 dan T2, (P < 0.05) lebih rendah
dibandingkan dengan T1, sebaliknya konsentrasi progesteron pada T3 lebih tinggi
(P < 0.05) daripada T1 dan T2. Konsentrasi progesteron umur kebuntingan 19
minggu, pada T3 dan T2 lebih tinggi (P < 0.05) daripada T1. Jumlah dan daya tahan
embrio, angka beranak, serta total anak yang dihasilkan pada T3 lebih tinggi
daripada T1 dan T2. Anak kambing dengan dominasi jenis kelamin jantan diperoleh
pada T1 dan T3, sedangkan dominasi betina diperoleh pada T2 (P < 0.05).
Perbedaan asam lemak dalam ransum flushing tidak berpengaruh nyata pada litter
size, tetapi perlakuan T1 meningkatkan persentase kelahiran kembar 2.
Kesimpulannya, flushing dengan suplementasi asam α-linolenat 2.8% dalam
ransum meningkatkan performa reproduksi melalui peningkatan sintesis hormon
progesteron, jumlah dan daya tahan embrio, angka beranak, persentase kelahiran
kembar, total anak dalam kelompok, dan anak dengan rasio jenis kelamin jantan.
Kajian ketiga bertujuan untuk mengevaluasi dan menganalisis pengaruh
pemberian ransum flushing pada akhir kebuntingan dan awal laktasi dengan profil
asam lemak yang berbeda pada performa laktasi induk kambing PE dan
pertumbuhan, perkembangan, serta ketahanan tubuh anak kambing yang dilahirkan
selama pra-sapih. Penelitian ini menggunakan induk kambing PE paritas ke-2
sebanyak 16 ekor yang berumur sekitar 1.5-2 tahun pada fase akhir kebuntingan
(umur kebuntingan 16 minggu) dengan bobot badan rata-rata 42.74 ± 3.72 kg,
dikelompokkan ke dalam 3 perlakuan dengan ulangan yang berbeda berdasarkan
perlakuan pada tahap sebelumnya. Perlakuan terdiri atas ransum flushing dengan
suplementasi asam lemak berbeda, yaitu 2.8% asam laurat (T1, n = 5 ekor), 2.8%
asam linoleat (T2, n = 5 ekor), atau 2.8% asam α-linolenat (T3, n = 6 ekor) yang
diberikan mulai umur kebuntingan 16 minggu sampai 2 minggu pascapartus,
selanjutnya setelah tahap tersebut menggunakan ransum laktasi. Peubah yang
diukur untuk pengamatan performa laktasi induk terdiri atas konsumsi zat makanan,
BCS, kadar glukosa, nitrogen urea darah, kolesterol, hematologi induk, penyusutan
bobot badan induk, volume ambing, komposisi kimia kolostrum dan susu, produksi
susu, profil asam lemak susu induk periode flushing. Peubah yang diukur untuk
pengamatan performa anak terdiri atas bobot lahir anak, tingkah laku anak setelah
lahir, kadar IgG kolostrum, IgG plasma induk dan anak, mortalitas anak pada saat
lahir dan daya hidup anak sampai disapih dan bobot sapih. Data dianalisis dengan
ANOVA satu arah, kecuali hematologi, mortalitas, dan daya hidup anak sampai
sapih. Data hematologi dianalisis dengan ANOVA dua arah dengan pola faktorial
3 x 2 dengan faktor pertama asam lemak dan faktor kedua litter size (LS 1 dan LS2).
Perbedaan nilai tengah perlakuan diuji menggunakan uji berganda Duncan.
Mortalitas dan daya hidup anak dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian ketiga pada kajian performa laktasi induk menunjukkan tidak
ada pengaruh perlakuan pada konsumsi zat makanan, BCS, penyusutan bobot induk,
kadar glukosa, nitrogen urea darah, dan kolesterol, serta komposisi kimia kolostrum
dan susu. Volume ambing pada akhir kebuntingan dan rata-rata produksi susu pada
perlakuan T3 dan T2 lebih tinggi (P < 0.05) dibandingkan dengan perlakuan T1.
Kandungan omega-3 dalam susu paling tinggi diperoleh pada T3 sehingga
menghasilkan rasio omega-6 terhadap omega-3 yang paling rendah. Jumlah
leukosit paling tinggi pada LS2 daripada LS1 (P < 0.05), tetapi tidak dipengaruhi
oleh perbedaan asam lemak. Kadar limfosit paling tinggi pada T3 dan LS2, tetapi
angka tersebut masih dalam batas normal. Monosit dan neutrofil lebih rendah pada
T3 dibandingkan dengan T1, tetapi tidak berbeda dari T2.
Kajian performa anak menunjukkan bahwa anak kembar 2 dari induk
perlakuan T3 memiliki kemampuan sukses berdiri dan menyusu paling cepat, tetapi
pada anak tunggal tidak ditemukan perbedaan nyata. Konsentrasi immunoglobulin
G (IgG) dalam kolostrum dan plasma anak tidak dipengaruhi oleh perlakuan, tetapi
konsentrasi IgG dalam plasma induk paling tinggi pada T3. Mortalitas anak saat
lahir pada perlakuan T1 sebesar 16.67%, sementara pada anak-anak dari induk
perlakuan T2 dan T3 tidak ada yang mati pada saat lahir. Bobot lahir anak kembar
2 pada T3 lebih tinggi dibandingkan dengan T1, tetapi tidak berbeda nyata
dibandingkan dengan T2. Pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan bobot sapih
pada anak tunggal tidak berbeda nyata, tetapi pada anak kembar 2 paling tinggi
diperoleh pada perlakuan T3 sehingga menghasilkan total bobot sapih anak
sekelahiran paling tinggi. Kesimpulan kajian ketiga pada performa laktasi,
pemberian ransum dengan suplementasi 2.8% asam α-linolenat dari minyak
flaxseed selama periode flushing dapat meningkatkan performa laktasi kambing PE
melalui peningkatan volume ukuran ambing, produksi susu, serta kandungan
omega-3 dalam susu. Suplementasi 2.8% asam α-linolenat dalam ransum flushing
induk kambing PE pada kajian performa dapat menurunkan latensi sukses berdiri
dan menyusu, meningkatkan bobot lahir dan bobot sapih pada anak kembar 2.
Kesimpulan dari keseluruhan kajian ini, flushing dengan suplementasi 2.8%
asam α-linolenat dari minyak flaxseed dalam ransum memperbaiki performa
reproduksi induk kambing PE melalui peningkatan jumlah folikel besar preovulasi,
sintesis hormon progesteron, jumlah dan daya tahan embrio, angka beranak, angka
kelahiran kembar, total anak yang lahir dalam satu kelompok, dan rasio jenis
kelamin anak jantan. Asam α-linolenat juga meningkatkan performa laktasi induk
melalui peningkatan volume ukuran ambing, produksi susu, dan kandungan omega-
3, serta penurunan rasio omega-6 terhadap omega-3 dalam susu. Suplai omega-3
secara maternal meningkatkan performa anak-anak kambing yang lahir kembar 2
melalui penurunan latensi sukses berdiri dan menyusu, peningkatan bobot lahir dan
bobot sapih. Penggunaan ransum flushing yang mengandung 2.8% asam α-linolenat
dari minyak flaxseed berdasarkan pertimbangan pada semua aspek, menunjukkan
performa reproduksi dan produktivitas kambing PE terbaik.
Collections
- DT - Animal Science [343]