Kesesuaian Lahan Perkebunan Kopi di Kabupaten Bogor dan Sebaran Spasial Kedai Kopi di Kota Bogor
View/ Open
Date
2020Author
Langoday, Bernard Suryanto
Pravitasari, Andrea Emma
Mulya, Setyardi Pratika
Metadata
Show full item recordAbstract
Total luas pertanaman kopi di Kabupaten Bogor mencapai lebih dari 6000
hektar dengan produksi mencapai 2955.6 ton, bahkan kemampuan ekspor kopi kian
meningkat yakni mencapai 200 ton per tahun. Distanhorbun (2019) menjelaskan
bahwa setiap hektar perkebunan kopi di Kabupaten Bogor mampu menghasilkan 1
ton kopi robusta, padahal menurut Kementan (2019) potensi produksi kopi robusta
per hektarnya bisa mencapai 3 ton sedangkan kopi arabika bisa mencapai 2 ton,
sehingga perlu dipertanyakan apakah penanaman kopi di Kabupeten Bogor sudah
sesuai dengan karakteristik tumbuh tanaman kopi, karena bila dikalkulasikan
berdasarkan produksi maksimal per hektar, seharusnya Kabupaten Bogor mampu
memproduksi + 14000-16000 ton per total sekali musim panennya. Melihat potensi
komoditas kopi tersebut dan permintaan pasar yang semakin meningkat, maka
semakin bertambahlah bangunan kedai kopi di Kota Bogor. Jumlah kedai kopi yang
cukup banyak tersebut perlu diketahui apakah kedai-kedai kopi yang bermunculan
menyajikan minuma kopi asli atau merujuk pada kafe. Selain itu, lokasi kedai kopi
pun perlu ditinjau apakah sudah selaras dengan rencana pola ruang Pemerintah Kota
Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan perkebunan
kopi di Kabupaten Bogor, persentase kopi dari Kabupaten Bogor yang terdistribusi
pada kedai kopi di Kota Bogor, sebaran spasial dan karakteristik kedai kopi di Kota
Bogor, serta keselarasan kedai kopi dengan tata ruang dan perkembangan wilayah
di Kota Bogor. Pengambilan sampel untuk mengetahui persebaran spasial kedai
kopi diperoleh dengan menggunakan alat bantu GPS Garmin tipe 78s. Pengambilan
sampling dipilih berdasarkan metode purposive (non-probability sampling)
sehingga penelitian ini bersifat deskriptif dan korelasional. Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 90 titik kedai kopi dengan metode analisis spasial. Analisis
spasial digunakan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan perkebunan kopi dan
sebaran lokasi kedai kopi dengan software ArcGIS, sedangkan analisis deskriptif
digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik kedai kopi.
Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas kopi spesies robusta,
diketahui kelas kesesuaian lahan untuk komoditas kopi robusta di Kabupaten Bogor
antara lain kelas S2, S3 dan N dari total 308452.73 hektar. Penyebaran kelas lahan
yang cukup sesuai (S2) tersebar merata (dominan utara) sebesar 21.86% dengan
faktor pembatas utamanya yaitu temperatur (tc), curah hujan dan kelembapan (wa),
tekstur (rc), dan lereng (eh). Kelas kesesuaian lahan S3 sebagian besar tersebar di
selatan dan beberapa di timur, selatan, dan barat Kabupaten Bogor sebesar 15.19%
dengan faktor pembatas temperatur (tc), curah hujan dan kelembapan (wa), tekstur
(rc), lereng (eh), dan banjir (fh1), serta kelas kesesuaian lahan N (tidak sesuai)
tersebar merata hampir pada sebagian besar wilayah kabupaten sebesar 62.95%
dengan faktor pembatas temperatur (tc), curah hujan dan kelembapan (wa), drainase
(oa), lereng (eh), dan banjir (fh1). Evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas kopi
arabika, diketahui bahwa terdapat dua kelas lahan kopi arabika di Kabupaten Bogor
yaitu S3 dan N dengan total luas lahan 156685.01 hektar. Kelas kesesuaian lahan
S3 hanya tersebar di wilayah timur kabupaten sebesar 0.58% dengan faktor
pembatas temperatur (tc) dan lereng (eh), sedangkan kelas kesesuaian lahan N
tersebar dominan di seluruh wilayah kabupaten sebesar 99.42% dengan faktor
pembatas temperatur (tc), curah hujan dan kelembapan (wa), tekstur (rc), drainase
(oa), lereng (eh), dan banjir (fh1).
Tingkat distribusi kopi dari Kabupaten Bogor yang digunakan pada kedaikedai
kopi di Kota Bogor tergolong cukup besar yakni mencapai 31.67% per bulan.
Rata-rata distribusi kopi dari Kabupaten Bogor mencapai 0,6 ton atau 573.27 kg per
bulannya, sedangkan penggunaan kopi pada kedai-kedai kopi di Kota Bogor
tergolong sedikit yakni sebesar 0.5 ton per musim panen atau sebesar 0.24% per
bulan. Meski penggunaan coffee bean dari total produksi sedikit, surplus yang
diterima oleh kedai kopi di Kota Bogor setiap bulannya terbilang cukup besar
(31.67%) dikarenakan adanya efisiensi pada biaya transportasi dan akomodasi
dibandingkan dengan biaya penggunaan kopi dari luar Kabupaten Bogor.
Persebaran spasial kedai kopi di Kota Bogor terkonsentrasi pada Kota Bogor
bagian tengah dengan karakteristik kedai kopi yang didominasi oleh kedai dengan
skala usaha sedang yang mana memiliki peralatan seduh yang lengkap serta
menyediakan menu tambahan selain kopi berupa makanan. Sebanyak 87% kedai
kopi di Kota Bogor sudah selaras dengan rencana pola ruang, sedangkan 13% kedai
kopi tidak/belum selaras dengan rencana pola ruang Kota Bogor, sedangkan
berdasarkan tingkat perkembangan wilayah, kelurahan di Kota Bogor dibagi ke
dalam Hirarki 1 sebanyak 8 kelurahan, Hirarki 2 sebanyak 14 kelurahan, dan
Hirarki 3 sebanyak 48 kelurahan dengan Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Selatan
sebagai kecamatan yang paling berkembang. Untuk itu, bagi para pelaku usaha hilir
kopi di Kota Bogor, sebaiknya memilih lokasi usaha dengan tingkat pertumbuhan
yang baik dan kepadatan penduduk yang tinggi tetapi harus tetap memperhatikan
keselarasan dari lokasi kedai kopi dengan pola ruang (RTRW) dan faktor
keuntungan usaha.