Fraksi Fosfor Tanah pada Lapisan Olah dan Korelasinya dengan Beberapa Sifat Kimia Tanah Hutan dan Perkebunan Kelapa Sawit di Jambi.
View/ Open
Date
2020Author
Ndua, Natalia Desy Djata
Hartono, Arief
Anwar, Syaiful
Nugroho, Budi
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia berkontribusi pada ekspansi perkebunan kelapa sawit yang cepat
di Asia Tenggara dan menjadi negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
Ekspansi perkebunan kelapa sawit yang masif menyebabkan beberapa perubahan
penggunaan lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit. Perubahan penggunaan
lahan tersebut diduga mengakibatkan perubahan beberapa sifat kimia tanah seperti
status hara fosfor (P) dan perubahan fraksi P. Oleh karena itu perlu kajian
terhadap perubahan fraksi P akibat perubahan penggunaan lahan dari lahan hutan
menjadi perkebunan kelapa sawit.
P merupakan hara makro esensial yang berfungsi dalam transfer energi pada
proses metabolisme tanaman. Di dalam tanah P terdiri atas bentuk Porganik (Po) dan
Pinorganik (Pi) yang terdapat dalam fraksi labil, agak labil, dan residual. Kadar bahan
organik, keberadaan aluminium (Al) dan besi (Fe) hidrus oksida, serta pH tanah
mempengaruhi ketersediaan P di tanah bagi tanaman. Secara umum distribusi P di
tanah-tanah masam lahan kering di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keberadaan
Al dan Fe hidrus oksida. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fraksi P
pada lapisan permukaan tanah di lahan hutan dan perkebunan kelapa sawit di
Jambi, serta korelasinya dengan sifat kimia tanah.
Contoh tanah diwakili oleh 3 profil tanah di lahan hutan dan 3 profil tanah
di perkebunan kelapa sawit. Contoh tanah diambil pada kedalaman tanah
berdasarkan horizon tanah yaitu Ah, A, dan E. Pengambilan contoh tanah di
perkebunan kelapa sawit dilakukan di pasar pikul sebagai contoh tanah pewakil
perubahan penggunaan lahan dari hutan ke perkebunan kelapa sawit. Fraksi P
dianalisis secara sekuensial sehingga mendapatkan P yang labil dan agak labil
baik yang inorganik dan organik. Sifat kimia tanah lain sebagai pendukung yang
dianalisis adalah pH H2O (1:5), karbon organik (C-organik), Al dan Fe yang
diekstrak menggunakan dithionit sitrat bikarbonat (Ald dan Fed) serta Al dan Fe
yang diekstrak menggunakan amonium oksalat (Alo dan Feo). Ald dan Fed
merupakan Al dan Fe hidrus oksida yang kristalin sementara Alo dan Feo
merupakan Al dan Fe hidrus oksida yang amorf.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH tanah pada lahan hutan maupun
perkebunan kelapa sawit tergolong sangat masam pada semua horizon tanah yang
dievaluasi. Penurunan kandungan C-organik setelah lahan hutan dijadikan
perkebunan kelapa sawit terjadi pada kedalaman tanah yang relatif kecil yakni
berkisar 0–5 cm (horizon Ah). Pada penggunaan lahan hutan maupun perkebunan
kelapa sawit bentuk Al dan Fe hidrus oksida yang kristalin lebih dominan pada
semua horizon tanah yang dievaluasi dibandingkan yang berbentuk amorf. Nilai
rerata pada kedalaman 0 – 30 cm dalam persen menunjukkan bahwa fraksi P agak
labil yaitu NaOH-Po dan - Pi merupakan fraksi yang ditemukan dominan di hutan
dan perkebunan kelapa sawit. Persentase P labil (resin-Pi, NaHCO3-Pi,-Po) dan P
organik agak labil (NaOH-Po) dari total fraksi P ditemukan lebih tinggi di lahan
hutan dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit. Hal ini disebabkan dengan
lebih tingginya C-organik tanah di Hutan dibandingkan dengan di perkebunan
kelapa sawit. Nilai rerata pada kedalaman 0 – 30 cm dalam persen menunjukkan
bahwa fraksi NaOH-Pi di perkebunan kelapa sawit lebih tinggi nilainya
dibandingkan dengan di hutan. Hal ini menunjukkan bahwa secara alami
perubahan penggunaan lahan hutan menjadi kelapa sawit merubah distribusi fraksi
P sebagai akibat transformasi dari bentuk P-organik ke bentuk P-inorganik.
Analisis korelasi menunjukkan bahwa hampir semua fraksi P berkorelasi nyata
positif dengan C organik, artinya semakin tinggi kandungan C organik maka
semakin tinggi pula fraksi P. Hal ini menunjukkan bahwa C organik tanah
mengontrol distribusi fraksi P pada lapisan permukaan tanah di lahan hutan dan
perkebunan kelapa sawit.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa perubahan dari hutan ke perkebunan
kelapa sawit mengakibatkan perubahan C-organik pada kedalaman 0 – 5 cm.
NaOH-Pi,-Po yang merupakan bentuk-bentuk P yang agak labil adalah fraksi P
yang dominan baik di hutan dan perkebunan kelapa sawit. Hasil uji korelasi
menunjukkan bahwa C-organik mengontrol perubahan fraksi P. Saran dari hasil
penelitian ini adalah aplikasi bahan organik ke dalam tanah pada perkebunan
kelapa sawit untuk mempertahankan kecukupan C-organik tanah dan mengurangi
transformasi bentuk P organik ke bentuk P inorganik yang agak labil.
Collections
- MT - Agriculture [3683]