Asupan Gizi, Status Anemia, dan Tingkat Stres serta Hubungannya dengan Produktivitas Pekerja Wanita
View/ Open
Date
2020Author
Nurmutia, Paramita Adi
Khomsan, Ali
Dwiriani, Cesilia Meti
Metadata
Show full item recordAbstract
Produktivitas merupakan suatu konsep universal untuk menciptakan lebih
banyak barang dan jasa dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Kualitas
kesehatan yang baik dapat mewujudkan produktivitas kerja yang baik pula. Faktor
gizi menjadi faktor utama yang memengaruhi produktivitas kerja antara lain:
kurangnya asupan, anemia, status gizi kurang atau lebih. Faktor lain yang
memengaruhi produktivitas kerja adalah stres. Penelitian terkait hubungan asupan
gizi, status anemia, dan tingkat stres belum banyak dilakukan di Indonesia. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengkaji hubungan antara asupan gizi, status anemia, dan tingkat stres dengan
produktivitas kerja. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah
subjek sebanyak 39 orang pekerja wanita. Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik bulu
mata PT X yang terletak di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
Data karakteristik subjek (usia, pendidikan, besar keluarga, dan pendapatan)
diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Data asupan gizi dan pangan
penghalang penyerapan zat besi diperoleh melalui recall 2x24 jam dan semi
kuantitatif food frequency questionnaire. Data status anemia didapatkan dari
pengecekan langsung oleh petugas laboratorium. Data tingkat stres diperoleh dari
kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Data status gizi (Indeks Massa Tubuh/IMT) diperoleh
melalui pengukuran antropometri yang terdiri dari pengukuran berat badan dengan
timbangan digital (ketelitian 0.1 kg) dan tinggi badan dengan microtoice (ketelitian
0.1 cm). Data kebersihan diri dan sanitasi lingkungan diperoleh melalui wawancara
dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan
Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia subjek adalah 30.2 ± 7.8 tahun.
Sebagian besar subjek menyelesaikan pendidikannya pada tingkat sekolah
menengah pertama. Hampir seluruh subjek memiliki jumlah anggota keluarga yang
tergolong kecil yaitu kurang dari empat orang. Rata-rata pendapatan perkapita
subjek adalah Rp 566 482 ± Rp 226 486. Jenis pangan yang sering dikonsumsi
subjek antara lain: nasi, roti, telur ayam, daging ayam, tempe, tahu, wortel,
kangkung, pepaya, dan pisang. Rata-rata asupan energi, protein, lemak, karbohidrat,
zat besi, dan vitamin C berturut-turut adalah 1151.3 kkal, 34.1 g, 19.1 g, 203.1 g,
9.3 mg, 38 mg. Sebagian besar subjek mengalami defisit berat pada asupan energi,
protein, dan karbohidrat, serta seluruh subjek mengalami defisiensi berat pada
asupan lemak. Begitu pula dengan konsumsi zat besi dan vitamin C, sebagian
subjek mengalami defisit. Pada penelitian ini hampir seluruh subjek mempunyai
kebiasaan sarapan. Makanan yang paling sering disantap ketika sarapan adalah nasi,
lauk, dan sayur. Kejadian anemia pada penelitian ini tergolong sedikit, hal ini
kemungkinan dikarenakan subjek jarang mengkonsumsi pangan penghalang
penyerapan zat besi. Subjek dalam penelitian ini sebagian besar mengalami stres.
Subjek termasuk dalam kategori pekerja produktif dengan rata-rata bulu mata yang
digunting sebanyak 2 277 buah/bulan. Seluruh subjek telah melakukan praktik
kebersihan diri dengan baik. Begitu pula dengan sanitasi lingkungannya, dimana
sebagian besar subjek telah mempunyai sanitasi lingkungan yang baik.
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan gizi,
status anemia, dan tingkat stres terhadap produktivitas kerja. Hanya faktor usia dan
IMT dalam hal ini termasuk kedalam faktor status gizi yang menunjukkan hasil
adanya hubungan dengan produktivitas kerja. Faktor yang sebelumnya diduga
berhubungan dengan produktivitas kerja, ternyata tidak dapat dibuktikan. Faktorfaktor
tersebut antara lain: pendapatan, kebersihan diri, dan sanitasi lingkungan.
Collections
- MT - Human Ecology [2247]