Kelimpahan dan Distribusi Larva Ikan di Perairan Pesisir Lampung Timur.
View/ Open
Date
2020Author
Sagala, La Ode Syahlan S.
Kamal, Mohammad Mukhlis
Zairion
Metadata
Show full item recordAbstract
Stadia larva pada ikan merupakan pasca menetas setelah stadia telur yang
organ tubuhnya belum lengkap seperti ukuran anak dan induknya serta berperan
penting dalam rekrutmen. Secara morfologi, perkembangan stadia larva ikan
terbagi dua fase yaitu pro-larva dan post-larva. Berdasarkan perkembangan tulang
vertebrata bagian ekor, fase pro-larva dapat dikategorikan dalam tiga tahap yaitu
pre-flexion, flexion dan post-flexion sedangkan fase post-larva digolongkan tahap
perkembangan ekor sudah terbentuk sempurna dan mulai aktif berenang. Riset
stadia larva ikan telah lama dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu sejak 10
tahun terakhir di beberapa wilayah perairan Indonesia. Namun, riset khususnya di
perairan pesisir Lampung Timur saat ini informasinya masih sangat terbatas.
Penelitian ini bertujuan menganalisis komposisi, kelimpahan, distribusi dan
struktur komunitas larva ikan di perairan pesisir Lampung Timur. Penelitian ini
dilaksanakan pada Tahun 2017, bertempat di perairan pesisir Lampung Timur,
Provinsi Lampung dan diwakili dua periode musim yang berbeda yaitu musim
timur (Bulan Juni) dan musim peralihan (Bulan September). Pengambilan sampel
dilakukan di sembilan stasiun pengamatan dan pada representasi dua musim
(musim timur dan musim peralihan). Ke sembilan stasiun pengamatan berada
dalam tiga lokasi perairan dengan jarak tertentu dari garis pantai, yakni perairan
pinggir (ST3, ST4, ST9) pada jarak <4 mil, perairan tengah (ST2, ST5, ST8) pada
jarak 4–10 mil dan perairan luar (ST1, ST6, ST7) pada jarak >10 mil dari garis
pantai dengan kedalaman perairan 5 meter.
Pengumpulan larva ikan dilakukan menggunakan alat tangkap Bonggo-net
dengan bingkai mulut berdiameter 60 cm, panjang 3 m, dan mata jaring 0.5 μm
yang dilengkapi dengan flowmeter mekanis merk General Oceanics Seri 2030R.
Pengukuran parameter fisika-kimia perairan meliputi: kecepatan arus yang diukur
dengan Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP), dan kekeruhan, suhu, pH
serta salinitas dengan menggunakan Conductivity Temperature Depth (CTD).
Namun khusus klorofil-a, sampel air laut dari lokasi penelitian diambil dengan
botol Nansen lalu dimasukkan kedalam botol sampel untuk selanjutnya dianalisis
di laboratorium.
Setiap stasiun penelitian, koordinat stasiun penelitian dicatat dan alat
tangkap larva ikan Bonggo-net diturunkan di belakang kapal hingga berada di
permukaan perairan pada posisi horizontal kemudian kapal bergerak secara
perlahan dengan kecepatan 1–2.5 knot selama 7–10 menit. Saat diatas kapal, alat
Bonggo-net dibilas dan dicatat angka pada flowmeter sedangkan tabung bucket
disaring menggunakan saringan berbahan jaring plankton untuk memperoleh
volume sampel larva. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam botol 500 ml
yang berisi larutan Etanol 96% dan diberi label. Identifikasi dan pengukuran
morfometrik larva ikan menggunakan alat mikroskop portabel Dino-Lite
AM4113/AD4113 berketelitian 0.05 μm dengan kriteria merujuk pada buku
identifikasi The Larvae of Indo-Pacific Coastal Fishes.
Hasil pengukuran parameter kondisi lingkungan perairan menunjukkan
kualitas perairan yang layak untuk kehidupan larva ikan. Komposisi larva ikan
terdiri dari 81 famili yang diperoleh pada kedua musim pengamatan dan
ditemukan 10 famili dominan, yakni Gobiidae (11%), Pegasidae (10%), Mullidae
(9%), Pomacentridae (7%), Blenniidae (5%), Sillaginidae (4%), Bothidae,
Bythitidae, Carangidae dan Pseudochromidae (3%). Secara temporal, jumlah
sampel larva yang diperoleh pada musim timur adalah 275 individu sedangkan
musim peralihan 232 individu. Dengan demikian, kelimpahan larva ikan lebih
tinggi pada musim timur yaitu 2.99 (≈3.0) ind/m3 dibandingkan musim peralihan
yaitu 1.90 (≈2.0) ind/m3. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus.
Pada kedua musim pengamatan, proporsi stadia larva tertinggi adalah tahap
flexion menunjukkan kemampuan berenang terbatas untuk memperoleh makanan
alamiah dan memerlukan habitat yang sesuai. Sementara itu, tahap post-flexion
mengalami keadaan yang sama dengan tahap flexion, namun kemampuan
berenangnya lebih baik. Untuk tahap pre-flexion, kebutuhan makanan tercukupi
masih menggantungkan kuning telur.
Pada musim timur, pola arus perairan berputar yang ditimbulkan oleh tiupan
angin menyebabkan individu larva ikan lebih banyak diperairan pinggir (ST3, ST4,
ST9) dibandingkan perairan tengah (ST2, ST5, ST8) dan perairan luar (ST1, St6,
ST7). Hal tersebut dikarenakan larva ikan tidak tersebar luas dan berkumpul di
sekitar putarannya. Sementara itu, pada musim peralihan terjadi turbelensi angin
yang menyebabkan pola pergerakan arus tidak teratur serta adanya pengaruh arus
pasang surut perairan pesisir (coastal currents) dengan arus dua samudera (ocean
currents) sehingga terjadinya benturan.
Struktur komunitas larva ikan pada kedua periode musim pengamatan
menunjukkan nilai indeks keanekaragaman (H’) tergolong sedang (1≤ H’ ≤3)
yang mana masing-masing nilai pada musim timur antara 2.03–2.82 dan musim
peralihan antara 1.82–2.65. Indeks keseragaman (E) menunjukkan dua kriteria
pada kedua musim pengamatan tergolong sedang (≤0.50 E ≤0.75), yang terjadi di
musim timur pada lokasi ST9 dan ST2 di musim peralihan. Sementara itu, nilai
keseragaman pada musim timur di lokasi ST1, ST2, ST3, ST4, ST5, ST6, ST7 dan
ST8 serta musim peralihan di ST1, ST3, ST4, ST5, ST6, ST7, ST8 dan ST9
dikategorikan tinggi (E >0.75). Adapun nilai indeks dominansi (D) yang diperoleh
dicirikan dengan tidak adanya famili larva ikan yang mendominansi secara
ekologi ada kedua musim pengamatan (D <0.50).
Hasil ordinasi Cannonical Corespodence Analysis (CCA), memperlihatkan
bahwa kelimpahan dan distribusi larva ikan dikendalikan sepenuhnya oleh
parameter kecepatan arus. Selain itu, faktor lainnya yang berkontribusi terjadinya
sebaran larva ikan seperti parameter klorofil-a, kekeruhan, suhu, pH, salinitas,
fitoplankton dan zooplankton menjelaskan faktor penentu kehadiran larva ikan di
ketiga lokasi perairan. Berdasarkan urairan tersebut, dapat diketahui komposisi,
kelimpahan dan distribusi larva ikan terbanyak terjadi pada musim timur di lokasi
perairan pinggir (ST3, ST4 dan ST9). Sementara itu, persentase tertinggi
distribusi stadia larva ikan di lokasi perairan tengah (ST2, ST5 dan ST8) yang
menunjukkan tahap flexion lebih banyak ditemukan.
Collections
- MT - Fisheries [2935]