Ambang Batas Intensitas Radiasi Matahari pada Domba Jonggol untuk Keperluan Transportasi
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kenyamanan domba jonggol akibat
paparan intensitas radiasi matahari untuk keperluan transportasi ternak. Ada 12
domba yang digunakan dalam penelitian ini. Pengukuran intensitas radiasi matahari
menggunakan pyranometer. Metode yang digunakan dalam mengamati tingkah
laku adalah focal sampling yaitu pengamatan tingkah laku ternak dengan cara
menyeleksi tingkah laku ternak yang dianggap penting tanpa memperhatikan
tingkah laku ternak yang lain. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif
dengan parameter meliputi suhu rata-rata domba, persentase setiap tingkah laku,
durasi waktu setiap tingkah laku, dan rata-rata intensitas radiasi matahari yang
diterima bumi. Persamaan Stefan-Boltzmann digunakan untuk mengetahui radiasi
yang dipancarkan kulit atau bulu domba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkah laku ingestive paling dominan diekspresikan. Intensitas radiasi matahari
memengaruhi tingkah laku dan suhu yang diterima permukaan kulit domba.
Ambang batas minimal intensitas radiasi matahari untuk domba menurut persamaan
Stefan-Boltzmann yaitu 478.61 Wm-2 sampai 489.78 Wm-2, bahwa ambang batas
tersebut berada di bawah pukul 09.30 WIB. Pada pukul 09.30 WIB intensitas radiasi
matahari sebesar 667.67 Wm-2 terus mengalami kenaikan hingga pukul 11.00 WIB
sebesar 884.33 Wm-2 domba seharusnya sudah tidak nyaman dengan paparan
intensitas radiasi matahari tersebut, akan tetapi domba masih melakukan aktivitas
seperti makan dan minum. Domba mulai nyaman kembali pada pukul 15.30 WIB
dengan intensitas radiasi matahari 338.33 Wm-2. Transportasi disarankan tidak
dilakukan pada intensitas radiasi melebihi 489.78 Wm-2.