Studi Gelombang Internal di Kawasan Perairan Pulau Weh, Aceh
View/ Open
Date
2020Author
Prasetya, Irfan Arga
Atmadipoera, Agus S
Budhiman, Syarif
Metadata
Show full item recordAbstract
Wilayah bagian selatan gugusan kepulauan Andaman-Nikobar yang berbatasan dengan perairan barat laut Sumatera dikenal sebagai salah satu wilayah pembangkitan dan perambatan gelombang soliton internal (internal solitary waves ISWs) yang kuat. Hal ini diduga karena arus pasang surut (pasut) barotropik semidiurnal yang kuat dari Samudera Hindia membentur dangkalan punggung laut (ridge) yang memanjang dari lepas pantai Pulau Breueh ke arah barat laut sehingga membangkitkan gelombang pasut internal. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan rona permukaan laut dari gelombang pasut internal yang terdeteksi oleh satelit Synthetic Aperture Radar (SAR) Sentinel-1A, serta mempelajari mekanisme pembangkitan gelombang internal dengan analisis pola arus pasut di sekitar ridge dan kawasan perairan Pulau Weh Aceh terkait dengan pembentukan dan propagasi gelombang internal. Data citra satelit Sentinel-1A bulan Januari-Mei 2018 diperoleh dari Pusfatja LAPAN dan Alaska Satellite Facility (ASF), sedangkan data arus pasut dari hasil simulasi model sirkulasi laut dengan sistem Coastal and Regional Ocean Community Modelling (CROCO). Hasil analisis citra radar di wilayah studi menunjukkan rona permukaan laut dari gelombang pasut internal dicirikan dengan nilai hambur balik sinyal radar yang kuat berupa satu kelompok (paket) seperti riak yang rapat di wilayah pembangkitan (generating) gelombang pasut internal di sekitar ridge, serta dua kelompok seperti busur di wilayah perambatan (propagating) ISWs di lepas pantai timur laut dan timur-jauh dari Pulau Weh. Jarak antar kelompok paket tersebut bervariasi sekitar 60 – 80 km, estimasi panjang gelombang dari ISWs bervariasi antara 9 – 163 km, serta jumlah ISWs terbanyak sekitar 31 ditemukan pada 21 Maret 2018. Pembentukan gelombang internal di sepanjang ridge utamanya dibangkitkan oleh arus pasut barotropik dari komponen semidiurnal (M2), dimana orientasi sumbu mayor ellipse M2 adalah arah timurlaut (pasang) dan baratdaya (surut) dengan amplitudo elevasi muka laut dan magnitude arus pasut yang sangat kuat, masing-masing, mencapai sekitar 0.5 m dan 5 m/s. Dalam periode pasang, magnitude arus pasut barotropik dari Samudera Hindia yang memotong sepanjang ridge mengalami amplifikasi yang sangat drastis, kemudian sebagian arusnya mengalir ke arah tenggara memasuki celah (passage) antara Pulau Weh dengan Pulau Breueh dan Sumatera, dan sebagian lagi mengalir melintasi sisi utara dari Pulau Weh ke arah timur dan berbelok ke arah timur/tenggara. Sebagian arus pasang juga berasal dari selat antara Pulau Nasi dan daratan Sumatera. Hal sebaliknya terjadi dalam periode surut. Hasil model menunjukkan bahwa pembangkitan gelombang pasut internal di sepanjang ridge berasosiasi dengan fluktuasi isopiknal dan kecepatan vertikal yang kuat, serta amplifikasi drastis kecepatan arus pasut.