Efisiensi Pupuk Anorganik pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan kering dengan Aplikasi Kompos Blotong
View/ Open
Date
2020Author
Wibisana, Dharend Lingga
Purwono
Yahya, Sudirman
Metadata
Show full item recordAbstract
Kebutuhan gula nasional per tahun sebesar 5.7 juta ton berupa 3.2 juta ton gula
kristal rafinasi (GKR) untuk industri dan 2.5 juta ton gula kristal putih (GKP) untuk
konsumsi. Produksi gula tebu tahun 2018 sebesar 2.17 juta ton lebih rendah
dibandingkan dengan produksi gula tebu tahun 2016 sebesar 2.2 juta ton. Hal ini
terjadi karena pertanaman tebu di Indonesia bergeser dari lahan sawah ke lahan sub
optimal berupa lahan kering. Lahan kering memiliki kendala berupa kapasitas tukar
kation (KTK) dan kadar C-organik rendah. Pengaruh keterbatasan kondisi
lingkungan menunjukkan perbedaan keragaan tanaman tebu. Solusi dalam
menghadapi permasalahan tersebut dengan dilakukan pemupukan yang tepat waktu
dan penggunaan varietas unggul. Kualitas tanah pada lahan kering belum mampu
diperbaiki dengan aplikasi pupuk anorganik, sehingga perlu dilakukan penanganan
tambahan dalam meningkatkan kualitas tanah. Penambahan bahan organik
merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat tanah pada lahan kering.
Blotong merupakan hasil endapan nira yang dilakukan pada saat proses
penggilingan tebu. Bahan organik memperbaiki kapasitas menahan air, KTK,
ketersediaan hara dan struktur tanah. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari
peranan kompos blotong pada tanggap pertumbuhan dan hasil dua varietas terhadap
pupuk anorganik pada lahan kering.
Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan milik PT Kebun Tebu
Mas, Mantup, Lamongan, Jawa Timur. Percobaan disusun dengan rancangan petakpetak
terpisah (split-split plot design). Perlakuan yang digunakan terdiri dari tiga
faktor yaitu dua varietas, tiga taraf kompos blotong dan empat dosis pupuk
anorganik yang tersusun berturut-turut sebagai petak utama, anak petak dan anakanak
petak. Varietas yang digunakan adalah PS 881 dan PS 862, pupuk kompos
blotong terdiri dari tiga taraf yaitu 0, 5 dan 10 ton per hektar dan empat dosis pupuk
anorganik (persen dosis rekomendasi) yaitu 25%, 50%, 75% dan 100%.
Hasil menunjukkan pertumbuhan dan hasil varietas PS 862 lebih baik daripada
PS 881 pada keragaan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah batang, panjang
ruas dan hasil tebu. Varietas PS 881 memberikan tanggap lebih baik daripada
varietas PS 862 pada peubah keragaan jumlah ruas dan panjang batang pada
aplikasi kompos blotong. Dosis optimum pupuk anorganik didapatkan sebesar
75.93% untuk menghasilkan diameter batang varietas PS 881 dan 76.76% untuk
hasil tebu per hektar. Penggunaan kompos blotong dengan dosis 5 ton ha-1 mampu
memberikan efisiensi sebesar 0.097 ton kg-1 pada dosis 76.76% pupuk anorganik
tetapi belum mereduksi penggunaan pupuk anorganik dalam menghasilkan
diameter batang dan hasil tebu dua varietas.
Collections
- MT - Agriculture [3772]