Pencapaian Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas di Pasar Tenaga Kerja Indonesia
View/ Open
Date
2020Author
Senjahari, Melur
Anggraeni, Lukywati
Baryshnikova, Nadezhda
Metadata
Show full item recordAbstract
Meskipun keuntungan dari pendidikan kejuruan relatif terhadap pendidikan umum di pasar tenaga kerja masih diperdebatkan, pemerintah Indonesia telah memutuskan bahwa meningkatkan jumlah dan mutu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu kebijakan prioritas di Indonesia. Tetapi, kebijakan pemerintah tersebut dipertanyakan oleh banyak pihak karena hanya sedikit bukti yang menunjukkan pencapaian memuaskan lulusan SMK di pasar tenaga kerja di Indonesia. Banyak orang tua dan pemberi kerja memiliki stigma negatif pada lulusan pendidikan kejuruan dan berpendapat bahwa kompetensi lulusan SMK lebih rendah dari standar industri di Indonesia. Beberapa bukti menunjukkan bahwa lulusan dengan latar belakang SMK adalah pekerja yang paling sedikit terserap di negara ini. Hanya sekitar 11 persen lulusan SMK yang dipekerjakan, sementara persentase lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dipekerjakan di pasar kerja Indonesia memiliki persentase lebih tinggi daripada lulusan SMK tersebut, yakni sekitar 17 persen.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membandingkan pencapaian lulusan SMK dan SMA di pasar tenaga kerja Indonesia. Indikator pasar tenaga kerja yang dianalisa adalah partisipasi angkatan kerja, pekerjaan, upah bulanan, dan jam kerja mingguan. Data sekunder dari Survei Kehidupan Keluarga Indonesia (Indonesia Family Life Survey) gelombang 3, 4, dan 5 digunakan untuk analisis empiris dalam penelitian ini. Data untuk setiap pencapaian indikator di pasar kerja dalam penelitian ini dianalisis secara terpisah dan berdasarkan gender pekerja. Setelah menyaring sampel yang tidak dibutuhkan untuk penelitian ini, penulis mengumpulkan data dari setiap gelobang tersebut, dan hanya satu pengamatan per individu yang dipilih untuk analisis. Berkenaan dengan partisipasi angkatan kerja, sampel terdiri dari 9250 pengamatan. Sementara itu, untuk pengukuran hasil pekerjaan, total sampel adalah 6743. Berkenaan dengan upah, pengamatan akhir adalah 4262 individu, dan untuk menganalisis jam kerja responden berjumlah 4245 individu.
Partisipasi angkatan kerja dan pekerjaan merupakan variabel dependen biner, penelitian ini menggunakan Linear Probability Model untuk menganalisis pencapaian lulusan SMK dan SMA di pasar tenaga kerja. Metode alternatif seperti probit dan logit diterapkan dalam studi hasil kerja sebelumnya. Studi ini juga menyajikan hasil probit dan logit untuk membandingkan apakah ada perbedaan yang signifikan antara metode-metode tersebut. Untuk upah bulanan dan jam kerja mingguan, model Ordinary Least Squares digunakan untuk menganalisa dan menjawab pertanyaan penelitian. Variabel independen utama yang dianalisa untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah jenis sekolah sekolah menengah di Indonesia. Namun, latar belakang individu termasuk usia, tinggi, tempat tinggal pada saat wawancara dan pada usia 12 tahun, status perkawinan dan ukuran rumah tangganya digunakan untuk mengontrol karakteristik dari responden dalam penelitian ini. Latar belakang pendidikan orang tua dan dummy lokasi sekolah juga diperiksa dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal partisipasi angkatan kerja, di antara kelompok lulusan sekolah menengah, lulusan SMK dengan jenis kelamin perempuan memiliki hasil tertinggi dalam partisipasi angkatan kerja. Dalam hal pekerjaan, lulusan SMA dengan jenis kelamin perempuan direkrut lebih banyak dibandingkan dengan lulusan SMK di pasar tenaga kerja. Untuk indikator upah bulanan kedua jenis kelamin, lulusan SMAsecara signifikan berpenghasilan kurang dari lulusan SMK. Selain itu, untuk jam kerja mingguan, temuan menunjukkan bahwa menurut standar jam kerja 48 jam seminggu, responden yang lulus dari SMK baik untuk pria maupun wanita memiliki jam kerja yang lebih baik dan mendekati standar kerja 48 jam perminggu dibandingkan dengan lulusan SMA. Dari keempat indikator pasar tenaga kerja tersebut, dapat disimpulkan lulusan SMK memiliki pencapaian lebih baik dalam hal partisipasi angkatan kerja, upah dan jam kerja di pasar tenaga kerja. Untuk meningkatkan pekerjaan lulusan SMK, penelitian ini menyarankan agar Pemerintah menciptakan lulusan SMK yang sesuai dengan kebutuhan industri. Selain itu, pemerintah harus memperhatikan masalah transisi dari sekolah menuju lapangan kerja bagi pekerja yang baru lulus sekolah, membangun kemitraan yang kuat dengan pengusaha, serta memberikan pelatihan dan sertifikasi yang meningkatkan nilai lulusan SMK di pasar tenaga kerja harus segera dilakukan pemerintah agar lulusan SMK dapat bersaing dengan lulusan SMA dalam mendapatkan pekerjaan di pasar kerja.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]