Pertumbuhan, Ekspresi Gen dan Respons Imunitas Udang Vaname Diberi Probiotik Bacillus NP5 dan Prebiotik Madu serta Diinfeksi Vibrio parahaemolyticus
View/ Open
Date
2020Author
Muharrama, Anzila Rizki Wahyu
Widanarni
Alimuddin
Yuhana, Munti
Metadata
Show full item recordAbstract
Kendala dalam budidaya udang vaname adalah penurunan kinerja
pertumbuhan dan meningkatnya serangan penyakit, salah satunya penyakit
vibriosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio parahaemolyticus. Beberapa
strain bakteri V. parahaemolyticus dilaporkan sebagai agen penyebab penyakit
acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) yang menyebabkan kegagalan
produksi budidaya udang di Asia. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk
mencegah infeksi bakteri V. parahaemolyticus pada udang vaname yakni dengan
perbaikan respons imun melalui aplikasi probiotik, prebiotik dan sinbiotik.
Probiotik merupakan mikroba hidup sebagai suplemen pakan yang
bermanfaat bagi kesehatan inang dengan meningkatkan keseimbangan mikroba
usus, sistem kekebalan, kualitas lingkungan, dan nilai gizi pakan. Prebiotik adalah
bahan pangan yang tidak dapat dicerna yang memberikan efek menguntungkan
bagi inangnya dengan cara merangsang pertumbuhan dan aktivitas sejumlah
bakteri tertentu di usus sehingga meningkatkan kesehatan inang. Bila probiotik
dan prebiotik digabung dalam suatu produk tunggal (sinbiotik), maka manfaatnya
menjadi meningkat. Pada penelitian ini digunakan probiotik Bacillus sp. NP5
yang telah diuji mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dan respons imun
ikan nila terhadap infeksi Streptococcus agalactiae. Prebiotik madu telah diuji
dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan dan respons imun udang vaname
terhadap infeksi V. parahaemolyticus dengan hasil terbaik pada perlakuan
prebiotik madu 0.75%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan, ekspresi
gen dan respons imun udang vaname yang diberi probiotik Bacillus sp. NP5 dan
prebiotik madu serta diinfeksi V. parahaemolyticus. Penelitian ini terdiri dari lima
perlakuan dan tiga ulangan, yaitu probiotik Bacillus NP5, prebiotik madu,
sinbiotik (probiotik Bacillus NP5 dan prebiotik madu), KP (tanpa probiotik dan
prebiotik), masing-masing diuji tantang dengan V. parahaemolyticus, dan KN
(tanpa probiotik dan prebiotik serta tidak diuji tantang). Udang vaname berukuran
2.59±0.05 g dipelihara selama 60 hari, kemudian diinfeksi dengan V.
parahaemolyticus pada dosis LD50 kecuali KN. Pemberian pakan dilakukan
sebanyak lima kali sehari secara feeding rate (FR 5%-12%). Parameter yang
diukur meliputi kinerja pertumbuhan (tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju
pertumbuhan spesifik (LPS), rasio konversi pakan (RKP)), ekspresi gen {gen
serine protein (SP), peroxinectin (PE) dan lipopolysaccharida and β 1,3-glucanbinding
protein (LGBP)}, respons imun (total hemocyte count (THC), aktivitas
phenoloxidase (PO), respiratory burst (RB)) dan tingkat kelangsungan hidup
udang vaname setelah diuji tantang dengan V. parahaemolyticus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik Bacillus NP5,
prebiotik madu dan sinbiotik mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan dengan
hasil terbaik pada perlakuan sinbiotik. Nilai TKH pada perlakuan sinbiotik,
probiotik Bacillus NP5 dan prebiotik madu berturut-turut sebesar 92.44%, 91.11%
dan 95.56%, lebih tinggi (p<0.05) dibandingkan kontrol (85.78%). Nilai LPS
tertinggi terdapat pada perlakuan sinbiotik yaitu sebesar 2.61±0.13% hari-1, diikuti
oleh perlakuan probiotik Bacillus NP5 dan prebiotik madu dengan nilai masingmasing
sebesar 2.43±0.09 % hari-1 dan 2.33±0.19 % hari-1. Nilai RKP perlakuan
prebiotik madu, probiotik Bacillus NP5 dan sinbiotik berturut-turut sebesar
1.60±0.24, 1.65±0.08, dan 1.58±0.08, lebih baik (p<0.05) dibandingkan kontrol
(2.24±0.37).
Hasil pengukuran ekspresi gen SP, PE, dan LGBP udang vaname yang
diberi prebiotik madu, probiotik Bacillus NP5 dan sinbiotik juga lebih baik
dibanding perlakuan KP, baik setelah perlakuan maupun setelah uji tantang. Nilai
ekspresi gen SP tertinggi terdapat pada perlakuan sinbiotik, baik setelah perlakuan
maupun pada 3 jam, 6 jam dan 24 jam setelah diuji tantang dengan V.
parahaemolyticus. Nilai ekspresi gen PE tertinggi terdapat pada perlakuan
sinbiotik, baik setelah perlakuan maupun pada 3 jam dan 6 jam setelah diuji
tantang dengan V. parahaemolyticus. Nilai ekspresi gen LGBP tertinggi juga
terdapat pada perlakuan sinbiotik, baik setelah perlakuan maupun pada 3 jam, 6
jam dan 24 jam setelah diuji tantang dengan V. parahaemolyticus.
Hasil pengukuran respons imun menunjukkan pemberian prebiotik madu,
probiotik Bacillus NP5 dan sinbiotik mampu meningkatkan nilai THC, PO dan
RB, baik setelah perlakuan maupun setelah diuji tantang dengan Vibrio
parahaemolyticus. Nilai THC tertinggi terdapat pada perlakuan sinbiotik, baik
baik setelah perlakuan maupun setelah 3 jam, 6 jam, dan 24 jam uji tantang
dengan V. parahaemolyticus. Nilai aktivitas PO tertinggi juga terdapat pada
perlakuan sinbiotik, baik setelah perlakuan maupun pada 3 jam, 6 jam, dan 24 jam
setelah diuji tantang dengan V. parahaemolyticus. Nilai aktivitas RB tertinggi juga
terdapat pada perlakuan sinbiotik, baik baik setelah perlakuan maupun setelah 3
jam, 6 jam, dan 24 jam diuji tantang dengan V. parahaemolyticus.
Sintasan udang vaname setelah diuji tantang dengan V. parahaemolyticus
menunjukkan pada perlakuan prebiotik madu, probiotik Bacillus NP5, dan
sinbiotik lebih tinggi (73.3-86.7%) dibandingkan perlakuan KP (50.0%). Hasil
pengamatan histologi juga menunjukkan bahwa tingkat kerusakan jaringan
hepatopankreas udang vaname pada ketiga perlakuan tersebut tidak separah
kerusakan jaringan hepatopankreas udang vaname pada perlakuan KP.
Kesimpulan, pemberian probiotik Bacillus NP5, prebiotik madu dan sinbiotik
mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan, ekspresi gen dan respons imun udang
vaname terhadap infeksi V. parahaemolyticus dengan hasil terbaik pada
pemberian sinbiotik.
Collections
- MT - Fisheries [3026]