Dampak Spillover FDI terhadap Nilai Tambah dan Produktivitas Perusahaan Domestik pada Sub Sektor Industri Makanan
View/ Open
Date
2019Author
Yuliani, Fitria
Siregar, Hermanto
Widyastutik
Rifin, Amzul
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak dapat hanya
mengandalkan tingkat tabungan atau investasi dari dalam negeri saja untuk
melakukan investasi karena tingkat tabungan di dalam negeri tidak mencukupi
kebutuhan untuk melakukan investasi. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan
investasi asing langsung (FDI). FDI tidak hanya memberikan dampak bagi sektor/
industri dimana FDI ditanamkan, melainkan juga memberikan dampak bagi sektor/
industri lainnya. Bagi sektor/ industri dimana FDI ditanamkan, FDI akan
memberikan dampak berupa peningkatan investasi, lapangan pekerjaan, output, dan
juga spillover. Sementara, bagi sektor/ industri lain, FDI akan memberikan dampak
berupa spillover yang akan meningkatkan produktivitas sektor/ industri lain.
Investasi asing langsung (FDI) yang terbesar di Indonesia selama tahun 1990-
2017 adalah FDI pada sektor industri makanan. Namun, produktivitas industri
makanan cukup rendah jika dibandingkan industri kimia dan industri tekstil. Selain
itu, berdasarkan data BPS, laju nilai tambah industri makanan tidak terlalu besar
jika dibandingkan dengan industri lain yang investasi asingnya tidak sebesar
industri makanan, seperti industri tekstil, industri non logam, dan industri alat
angkut.
Sektor industri makanan di Indonesia memiliki beberapa sub sektor. Dampak
spillover pada masing-masing sub sektor industri makanan tersebut diperkirakan
berbeda-beda, ada yang berdampak positif, negatif, atau bahkan tidak memberikan
dampak apapun. Perbedaan dampak spillover tersebut menyebabkan produktivitas
pada masing-masing sub sektor industri makanan pun berbeda-beda. Hal tersebut
mengakibatkan produktivitas pada industri makanan tidak optimal. Untuk
mengoptimalkan dampak spillover FDI terhadap produktivitas pada industri
makanan, perlu diketahui FDI pada sub sektor mana saja yang dapat memberikan
dampak spillover positif ataupun negatif.
Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak spillover FDI horizontal, FDI
vertikal dengan keterkaitan ke depan (upstream linkage), serta FDI vertikal dengan
keterkaitan ke belakang (downstream linkage) terhadap produktivitas dan nilai
tambah pada sub sub sektor pada sektor industri makanan. Penelitian ini juga
bertujuan menganalisis dampak faktor-faktor yang mempengaruhi spillover FDI,
seperti kapasitas penyerapan (kapital dan tenaga kerja), ukuran perusahaan, dan
perbedaan teknologi terhadap produktivitas dan nilai tambah perusahaan domestik.
Penelitian ini menggunakan data panel dari 18 sub sektor industri makanan,
selama kurun waktu 1990-2014. Data yang digunakan adalah data sekunder yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM). Model yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua model
yaitu dengan variabel dependen nilai tambah dan produktivitas. Metode estimasi
yang digunakan adalah fixed effect cross section SUR model dan random effect
model.
v
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum spillover FDI berdampak
positif terhadap nilai tambah dan produktivitas perusahaan domestik pada industri
makanan. FDI yang paling besar memberikan dampak spillover terhadap nilai
tambah dan produktivitas perusahaan domestik adalah FDI yang menggunakan
bahan baku dari industri domestik. Spillover FDI horizontal dan vertikal dengan
keterkaitan ke depan berdampak positif terhadap perusahaan domestik besar dengan
sumber daya manusia dan tingkat teknologi tinggi. Sementara spillover FDI vertikal
dengan keterkaitan ke belakang berdampak positif terhadap perusahaan domestik
dengan tingkat teknologi rendah, modal rendah dan padat tenaga kerja (padat
karya).
Implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini adalah agar investasi asing tetap
dibuka, terutama pada industri makanan paling hilir, seperti industri minuman tidak
beralkohol dan industri makanan lainnya. Namun, dalam membuka investasi asing,
pemerintah perlu memberikan persyaratan bagi investor asing agar melakukan kerja
sama sub contracting dengan perusahaan domestik, terutama UMKM pada sektor
hulu serta melakukan transfer teknologi dan pelatihan teknologi bagi perusahaan
domestik. Agar investor asing bergairah untuk melakukan transfer teknologi dan
pelatihan teknologi kepada perusahaan domestik, maka pemerintah dapat
memberikan insentif berupa pemotongan tarif PPh apabila investor asing terbukti
dapat meningkatkan nilai tambah dan produktivitas perusahaan domestik.