Studi Tentang Efektivitas Fly Ash sebagai Sumber Hara Ca dan Mg pada Jagung
Abstract
Tanah Podsolik memiliki pernyebaran yang luas di Indonesia yang berpotensi
untuk pengembangan pertanian. Kemasaman tanah, kejenuhan aluminium, dan
rendahnya ketersediaan unsur hara menjadi faktor pembatas utama terhadap
produktivitas pertanian di tanah tersebut, sehingga perlu dilakukan pengapuran,
pemupukan, dan penambahan amelioran. Fly ash adalah limbah dari proses
pembakaran batubara yang dikategorikan sebagai limbah B3 kategori 2 berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI. No. 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3). Akan tetapi, fly ash berpotensi sebagai sumber hara
bagi tanaman karena memiliki komposisi dominan yaitu Ca, Mg, dan Si. Penelitian
ini bertujuan untuk menguji efektivitas fly ash sebagai sumber hara Ca dan Mg
dalam memperbaiki sifat kimia tanah, serta kadar hara, dan pertumbuhan jagung
pada tanah Podsolik Jasinga. Penelitian dilakukan di rumah kaca kebun pendidikan
Cikabayan, Institut Pertanian Bogor. Percobaan pot merupakan percobaan faktorial
dua faktor yang ditempatkan dalam rancangan acak lengkap (RAL). Faktor pertama
adalah kapur dengan 3 taraf yaitu: K0 (tanpa kapur), K1 (kalsit 59,6 g/pot), dan K2
(dolomitik 62,1 g/pot), dan faktor kedua adalah fly ash dengan 5 taraf yaitu: F0 (fly
ash 0 g/pot), F1 (fly ash 1 g/pot), F2 (fly ash 2 g/pot), F3 (fly ash 3 g/pot), F4 (fly
ash 4 g/pot). Analisis tanah meliputi pH, Al-dd, Ca dan Mg dapat ditukarkan, unsur
mikro Fe, Cu, Zn, Mn, B, serta Si. Sementara analisis kadar hara tanaman meliputi
Ca, Mg, Cd, Pb, As, dan Si. Pertumbuhan jagung diamati dengan mengukur tinggi
tanaman setiap minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fly ash berpengaruh
nyata terhadap kadar Mg dan B tanah, namun tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar Ca, Fe, Mn, Cu, Zn, dan Si dalam tanah. Fly ash cenderung menaikan
kemasaman tanah dan kadar Al. Fly ash juga tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar Ca, Mg, dan Si pada jagung. Selain itu, fly ash berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman pada dosis 4 g/pot, serta berpengaruh nyata terhadap bobot basah,
dan bobot kering tajuk jagung pada dosis 1 g/pot dan 4 g/pot. Jagung dengan
perlakuan tanpa kalsit maupun dolomitik mengalami keracunan aluminium,
sedangkan jagung dengan perlakuan kalsit maupun dolomitik tumbuh dengan baik.
Ketersediaan hara tanah dan respon pertumbuhan jagung lebih didominasi oleh
perlakuan kalsit dan dolomitik daripada perlakuan fly ash. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa kadar logam berat Cd, Pb, dan As pada tanaman masih berada
pada batas normal.