Show simple item record

dc.contributor.advisorJahroh, Siti
dc.contributor.advisorFariyanti, Anna
dc.contributor.authorAstina
dc.date.accessioned2020-07-27T03:53:25Z
dc.date.available2020-07-27T03:53:25Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103221
dc.description.abstractTata kelola (Governance) merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan dari mengatur hingga mengelola sebuah sistem dalam mencapai tujuan tertentu untuk dapat meraih manfaat dari adanya aturan. Aturan tersebut diberlakukan dalam sebuah organisasi atau lembaga yang bekerjasama dengan beberapa individu dan kelompok sehingga memperoleh keuntungan secara bersama-sama. Tata kelola dari rantai nilai (Value Chain Governance) dapat menggambarkan pola mengenai koordinasi yang terjalin pada masing-masing pelaku yang terlibat dalam kegiatan pemasaran biji kakao. Pengembangan rantai nilai merupakan proses partisipatif melalui intervensi secara menyeluruh dan terkoordinir untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang pro-masyarakat khususnya pada petani kecil serta semua pelaku rantai nilai, termasuk produsen yang miskin sumber daya. Sehingga analisis sistem rantai nilai yang menekankan pada tata kelola (Governance) dapat membuat kita memahami mengenai kondisi, tantangan, dan kompetisi terjalin. Tata kelola rantai nilai dapat menggambarkan pola koordinasi yang terkait dengan masing-masing pelaku dan menunjukkan bentuk atau jenis pada tipe tata kelola dari setiap rantai yang terlibat dalam pemasaran biji kakao. Penelitian ini dilakukan untuk (1) menganalisis bentuk tata kelola rantai nilai (2) menganalisis rantai nilai pemasaran kakao dalam tata kelola rantai nilai dan (3) menganalisis nilai tambah pada kegiatan pengolahan biji kakao yang terjadi di Sulawesi Barat. Metode yang digunakan adalah analisis Value Chain Governance (VCGs) dengan memilih 114 responden secara snowball sampling yang dilakukan pada Juli hingga September 2018. Hasil penelitian terdapat 3 rantai nilai dengan jenis tata kelola yaitu pada rantai nilai 1 (petani - pedagang pengumpul - pedagang besar) menunjukan tipe Market, rantai nilai 2 (petani – pedagang besar) tipe Modular, rantai nilai 3 (petani – pengolahan) menunjukan tipe hirarki. Menurut hasil analisis efisiensi pemasaran melalui perhitungan marjin pemasaran, dan farmer’s share terhadap biaya, maka rantai yang relatif lebih efisien dibandingkan rantai lainnya yaitu dengan perolehan margin terendah 18.72 persen dan farmer’s share tertinggi 81. 28 persen terjadi pada rantai kedua. Sedangkan kegiatan pengolahan dapat memberikan nilai tambah pada produk olahan kakao dengan persentase tingkat keuntungan tertinggi 50.80 persen. Olahan biji kakao yang dihasilkan oleh kegiatan pengolahan biji kakao di Sulawesi Barat dengan kapasitas mesin 15 kg untuk satu kali produksi terdapat dua jenis yaitu olahan tepung (powder) dan cokelat batang (bar chocolate).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgribusiness scienceid
dc.subject.ddcGovernanceid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcSulawesi Baratid
dc.titleAnalisis Tata Kelola Rantai Nilai Kakao di Provinsi Sulawesi Baratid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordFarmer shareid
dc.subject.keywordmarketing marginid
dc.subject.keywordnilai tambahid
dc.subject.keywordVCGsid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record