Evaluasi Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di PTPN VIII Gunung Mas Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
View/ Open
Date
2019Author
Sari, Ita Kurnia
Widyastuti, Rahayu
Hazra, Fahrizal
Metadata
Show full item recordAbstract
Keberadaan organisme tanah masih sedikit sekali dipertimbangkan sebagai
penilaian kesehatan tanah secara biologi. Padahal peranan organisme tanah cukup
baik sebagai bioindikator kesehatan tanah, karena memiliki respon yang sensitif
terhadap perubahan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari sifat-sifat
biologi tanah yang meliputi populasi dan keanekaragaman organisme tanah pada
tiga jenis penggunaan lahan. Pengambilan contoh tanah untuk mengumpulkan
fauna tanah diambil dengan metode simple random sampling pada kedalaman tanah
0-15 cm sebanyak 15 titik sampel masing-masing untuk lapisan serasah dan tanah
di setiap penggunaan lahan. Untuk isolasi mikrob, contoh tanah juga diambil
dengan metode simple random sampling dengan cara komposit pada kedalaman
tanah 0-10 cm sebanyak 5 titik sampel pada setiap jenis penggunaan lahan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa setiap jenis penggunaan lahan memiliki populasi
dan keanekaragaman organisme tanah (mikrob dan fauna tanah) yang berbeda.
Populasi mikrob tanah tertinggi didominasi pada hutan sekunder yaitu total mikrob
(64 x 105 SPK/g), total fungi (1.76 x 105 SPK/g), Azotobacter (1.55 x 105 SPK/g),
dan mikrob pelarut fosfat (1.85 x 105 SPK/g), kecuali populasi mikrob pendegradasi
selulosa. Hasil keseluruhan dari populasi rata-rata individu fauna tanah tertinggi
juga pada hutan sekunder yaitu mencapai 3 436 individu/m2. Nilai indeks
keanekaragaman fauna tanah terbesar berada di kebun teh dengan kategori
keanekaragaman sedang. Populasi organisme tanah yang cukup merata dan
mendominasi pada tiga jenis penggunaan lahan adalah fungi (kelompok mikrob
tanah) dan Collembola (kelompok fauna tanah). Data ini dapat dijadikan sebagai
data base untuk penelitian selanjutnya atau sebagai bahan pertimbangan dalam
melalukan pengelolaan lahan, mengingat masih kurangnya informasi mengenai
potensi organisme tanah di lahan-lahan Indonesia.