Positioning Pariwisata Indonesia di ASEAN: Pendekatan Jumlah Kunjungan dan Pengeluaran.
Abstract
Perkembangan pariwisata dunia menjadi peluang bagi pengembangan pariwisata Indonesia. Namun muncul tantangan dari sesama negara ASEAN yang ingin mengambil peluang dari perkembangan pariwisata dunia. Dukungan pemerintah terhadap pariwisata Indonesia diharapkan meningkatkan permintaan pariwisata. Penelitian daya saing dan permintaan pariwisata di Indonesia masih sangat terbatas dan belum mempertimbangkan persaingan antar negara ASEAN. Penelitian ini bertujuan (1) menganalisis persaingan pariwisata Indonesia di ASEAN, (2) menganalisis faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata dilihat dari jumlah kunjungan, (3) menganalisis faktor yang memengaruhi permintaan pariwisata dilihat dari pengeluaran wisman dan (4) menganalisis dampak pengeluaran wisman terhadap perekonomian Indonesia. Penelitian ini dibatasi pada persaingan antara Indonesia dengan Thailand, Malaysia, Singapura dan Vietnam
Data dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu tahunan dan kuartalan sesuai ketersediaan data. Data kuartal digunakan dari kuartal 1 tahun 2007 sampai kuartal 4 tahun 2018, sedangkan data tahunan digunakan dari tahun 2007 sampai 2017. Pada analisis inferensi digunakan 31 negara mitra yang melakukan kunjungan ke Indonesia. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan grafik, tabel, RCA, TTCI dan korelasi untuk menjawab tujuan pertama. Panel FMOLS digunakan untuk menjawab tujuan kedua dan Panel Dinamis digunakan untuk menjawab tujuan ketiga. Untuk tujuan yang terakhir menggunakan analisis dampak dengan tabel input output.
Gambaran umum kunjungan wisman ke Indonesia menunjukkan pergeseran negara asal kunjungan wisman dan masih didominasi wisman yang menggunakan pintu udara sebagai akses utama. Asia dan ASEAN menjadi sumber kunjungan utama wisman ke Indonesia dimana periode Juli-September menjadi puncak dari kunjungan wisman ke Indonesia. Karakteristik wisman yang datang ke Indonesia lebih banyak laki-laki dan kelompok umur muda yaitu dibawah 35 tahun. Sedangkan jika dilihat dari tujuan kunjungan, mayoritas wisman berkunjung ke Indonesia dengan tujuan personal dibandingkan tujuan bisnis seperti berlibur, kunjungi keluarga dan teman, olahraga dan kesehatan. Lama tinggal wisman secara rata-rata berkisar antara 8 sampai 9 hari, dimana negara dari eropa paling lama tinggal yaitu sampai 14 hari. Rata-rata pengeluaran wisman pada setiap kunjungan mencapai US$1 220 dan tertinggi dari timur tengah dengan US$1 779 per kunjungan. Pengeluaran wisman paling banyak digunakan untuk akomodasi dan makan serta minum.
Daya saing pariwisata menunjukkan peningkatan baik dilihat dari kunjungan, penerimaan devisa, perkembangan RCA dan TTCI. Namun sampai saat ini masih berada di bawah negara pesaing utama yaitu Thailand, Singapura, dan Malaysia. Pilar TTCI Indonesia memiliki kelemahan pada pilar yang memiliki korelasi tertinggi dengan permintaan pariwisata yaitu budaya dan bisnis
perjalanan, infrastruktur transportasi udara, infrastruktur layanan pariwisata dan infrastruktur darat dan pelabuhan
Permintaan pariwisata Indonesia yang didekati lewat jumlah kunjungan menunjukkan faktor pendapatan dan kebiasaan (lag) memberikan pengaruh positif dan besar. Secara khusus per negara, terdapat perbedaan faktor yang berpengaruh terhadap permintaan pariwisata pada setiap negara. Beberapa negara menunjukkan harga berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata. Hal ini menunjukkan pariwisata Indonesia bagi sebagian negara adalah komoditas mewah. Peningkatan harga karena didorong peningkatan pelayanan pariwisata yang eksklusif dapat mendorong peningkatan permintaan pariwisata.
Permintaan pariwisata Indonesia yang didekati lewat pengeluaran wisman menunjukkan pendapatan bukan faktor yang signifikan. Harga (harga sendiri, harga pengganti, dan nilai tukar) dan biaya transportasi berdampak negatif terhadap permintaan pariwisata. Sedangkan kebiasaan (lag) dan promosi berdampak positif terhadap permintaan pariwisata. Harga menjadi faktor penting bagi pengeluaran wisman karena ketika wisman merencanakan kunjungan, nilai uang yang disiapkan sudah ditentukan. Ketika sampai ke negara tujuan wisata, nilai uang yang dipegang tergantung nilai tukar dan harga barang di negara tujuan.
Pengeluaran wisman sebesar Rp198.9 triliun berdampak pada peningkatan nilai produksi barang dan jasa sebesar Rp386.6 triliun, PDB sebesar Rp210.6 triliun, kompensasi tenaga kerja sebesar Rp61.2triliun dan pajak Rp1.8 triliun. Pengeluaran wisman pada komoditas pariwisata juga memberikan dampak yang besar pada komoditas yang tidak berkaitan langsung dengan pariwisata. Upaya peningkatan jumlah kunjungan dan pengeluaran wisman akan memberikan dampak yang lebih besar kepada perekonomian Indonesia.
Collections
- MT - Economic and Management [2962]