Serapan P, Ca dan Mg Jagung pada Latosol Dramaga dan Podsolik Jasinga Diameliorasi Dolomit, Kompos atau Arang Sekam
View/ Open
Date
2019Author
Kemit, Agung Andiko Iman Rajani
Anwar, Syaiful
Sudadi, Untung
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemanfaatan Latosol untuk pertanian dihadapkan pada kendala pH, kadar bahan
organik, dan kejenuhan basa yang rendah. Pemanfaatan Podsolik dihadapkan pada kendala
yang sama dan diperparah dengan kejenuhaan Al dan fiksasi P yang lebih tinggi. Salah satu
upaya peningkatkan produktivitas tanah masam adalah dengan ameliorasi untuk memperbaiki
sifat fisik, kimia dan biologi tanah, diantaranya menggunakan dolomit, kompos, dan arang
sekam. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh tunggal ameliorasi dolomit, kompos,
atau arang sekam pada Latosol Dramaga dan Podsolik Jasinga dengan kadar Aldd berbeda
terhadap serapan P, Ca, dan Mg jagung pada 3 minggu fase vegetatif awal. Kadar Aldd
Latosol Dramaga dan Podsolik Jasinga berturut-turut 4.79 dan 20.07 me/100 g. Percobaan
dilakukan di rumah kaca secara RAL perlakuan tunggal amelioran diinkubasi selama 1 bulan.
Ameliorasi dolomit, kompos atau arang sekam menggunakan 4 taraf dosis. Taraf dosis
Dolomit 0, 0.4, 1, dan 2 kali Aldd; kompos 0, 4, 10, dan 20 ton/ha; dan arang sekam 0, 16, 40,
dan 80 ton/ha. Setelah diinkubasi dilakukan penanaman masing-masing 2 benih jagung manis
dan hibrida pada polybag berisi 300 g BKM Latosol Dramaga atau Podsolik Jasinga. Kondisi
kadar air dipertahankan pada kapasitas lapang. Tanaman dipanen pada umur 3 minggu
dilanjutkan analisis kadar hara tajuk dengan metode pengabuan kering. Karena total biomassa
tanaman uji dari setiap ulangan tidak mencukupi untuk analisis kadar P, Ca dan Mg, maka
sampel tanaman dari 3 ulangan digabungkan. Oleh karena itu, pembahasan pengaruh
perlakuan ameliorasi didasarkan atas interpretasi grafis Cartesians hubungan antara dosis
amelioran sebagai sumbu X dengan serapan P, Ca dan Mg tanaman sebagai sumbu Y. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ameliorasi dolomit, kompos, atau arang sekam di kedua tanah
berespon linier positif atau kuadratik terhadap serapan P, Ca dan Mg jagung manis dan
hibrida. Respon linier positif menunjukkan penurunan efisiensi serapan karena peningkatan
bobot biomassa diikuti serapan yang lebih tinggi, sedangkan respon kuadratik menunjukkan
peningkatan efisiensi serapan setelah tercapainya serapan maksimum pada dosis amelioran
tertentu.