Perbaikan Mutu Genetik Ikan Patin (Pangasianodon hypophthalmus) Melalui Aplikasi Teknologi Poliploidisasi
View/ Open
Date
2019Author
Hartami, Prama
Carman, Odang
Junior, Muhammad Zairin
Metadata
Show full item recordAbstract
Poliplodisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan
mutu benih dari komoditas perikanan budidaya. Kegiatan poliploidisasi yang umum
dilakukan adalah triploidisasi karena telah dibuktikan memiliki kinerja pertumbuhan
yang cepat, mampu mentoleransi fluktuasi parameter fisika-kimia media budidaya,
ketahanan terhadap penyakit, memanfaatkan pakan dengan baik, bersifat infertil dan
aman jika terlepas ke perairan umum. Namun ditemukan kendala dalam proses induksi
fisik yang mampu mematikan zigot, menurunkan tingkat penetasan dan tidak 100%
menghasilkan individu triploid, sehingga membatasi produksi benih. Dengan
demikian perlu dilakukan upaya menghasilkan produk antara berupa induksi ikan
tetraploid yang akan dijadikan induk. Hal ini dimungkinkan karena ikan tetraploid
mampu menghasilkan gamet diploid, dan jika dipijahkan dengan ikan normal (gamet
bersifat haploid) akan menghasilkan benih 100% triploid tanpa melalui proses kejut
fisik.
Berdasarkan hal inilah penulis tertarik untuk memproduksi ikan patin tetraploid
melalui induksi kejut suhu panas. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah
menghasilkan patin tetraploid sebagai induk untuk memproduksi patin triploid secara
masal melalui persilangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dibagi
menjadi empat tahapan penelitian, yaitu: 1) Optimasi induksi tetraploid ikan patin
melalui kejut panas, 2) Analisis performa ikan patin tetraploid hasil induksi kejut
panas, 3) Analisis performa reproduksi ikan patin tetraploid, dan 4) Persilangan patin
tetraploid dengan patin diploid untuk memproduksi benih patin triploid secara massal.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen dengan beberapa
perlakuan. Kemudian data yang didapat bersumber dari hasil analisis sampel skala
laboratorium dan observasi lapangan.
Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mengkaji metode yang tepat dalam
memproduksi patin tetraploid melalui penentuan lama dan suhu kejut serta umur zigot
yang berbeda. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa dari enam
perlakuan umur zigot berdasarkan kandungan konsentrasi DNA yang telah diukur
sebelumnya (28‵; 28,5‵; 29‵; 29,5‵; 30‵; dan 30,5‵), terdapat dua perlakuan yang
memiliki persentase keberhasilan pembentukan individu tetraploid tertinggi yaitu 29‵
(77,66%) dan 29,5‵ (72,53%) setelah pembuahan. Masing-masing perlakuan umur
zigot tersebut menghasilkan tingkat kelangsungan hidup sebesar 90,33% dan 91,67%.
Persentase keberhasilan induksi tetraploid dilakukan berdasarkan pada jumlah
maksimum nukleoli (4 nukleoli pada individu tetraploid) dan penghitungan jumlah
kromosom (108 buah). Adapun penerapan suhu kejut dan lama kejut pada setiap
perlakuan adalah 42 ºC selama 2,5‵ yang mengacu pada induksi tetraploid patin oleh
peneliti sebelumnya. Penerapan kejut panas pada induksi tetraploid patin ini juga
berdampak pada rendahnya angka penetasan sekitar 4,12 - 8,93% dan abnormalitas
mencapai 12,36 - 27,60%. Meskipun berdampak pada angka penetasan dan
abnormalitas, kejut panas yang dilakukan pada berbagai umur zigot ini tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan benih yang dihasilkan.
Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mengkaji performa pertumbuhan dan
perkembangan reproduksi ikan patin tetraploid. Hasil penelitian tahap kedua
menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan patin tetraploid lebih baik dibandingkan patin
diploid dengan selisih persentase bobot harian sebesar 0,497% dan panjang 0,158%.
Akan tetapi baik patin tetraploid dan diploid menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
pada parameter FCR dan SR. Dari segi perkembangan gonad berdasarkan hasil
pengamatan histologi memperlihatkan bahwa masing-masing patin tetraploid dan
diploid baik jantan maupun betina berada pada tingkat kematangan gonad yang sama.
Gonad betina berada pada tahap previtelogenik oosit dan vitelogenik oosit, sedangkan
jantan didominasi pada tahap spermatosit dan spermatozoa. Histologi ini juga
menunjukkan bahwa patin betina masih berada pada tahap perkembangan telur,
sedangkan patin jantan sudah memasuki tahap matang gonad dan siap untuk
dipijahkan.
Penelitian tahap ketiga bertujuan untuk mengkaji performa reproduksi ikan patin
tetraploid melalui analisis kualitas gamet dan kemampuannya untuk memijah. Hasil
penelitian tahap ketiga menampilkan data fekunditas dan diameter telur induk betina
tetraploid dan diploid tidak berbeda nyata (P>0,05). Begitu pula halnya dengan hasil
uji motilitas sperma antara patin tetraploid dengan diploid, secara deskriptif sperma
patin tetraploid memperlihatkan adanya sperma yang bersifat statik sebesar 2,53%,
namun memiliki persentasi sperma hyperactive motility yang tinggi sebesar 11,83%.
Setelah dilakukan uji pemijahan menunjukkan bahwa tingkat penetasan telur patin
tetraploid rata-rata 15,37% dari lima kali percobaan dengan induk yang berbeda. Hal
ini mungkin dipengaruhi oleh induk yang baru pertama kali dipijahkan,
mengakibatkan kualitas telur masih rendah.
Penelitian tahap keempat bertujuan untuk mengevaluasi produksi ikan patin
triploid secara massal hasil persilangan dan mengkaji performa pertumbuhan dari ikan
patin triploid yang dihasilkan. Hasil penelitian tahap keempat menunjukkan bahwa
perlakuan 2n♀ >< 4n♂ menghasilkan selisih angka penetasan sebesar 19,76%
dibandingkan dengan 4n♀ >< 2n♂ namun tetap lebih rendah dibandingkan dengan
kontrol (2n♀ >< 2n♂). Pengujian ploidi dari progeni tersebut dilakukan melalui
pengamatan jumlah maksimum nukleolus, kromosom dan rasio GH/aktin dengan hasil
100% benih adalah triploid. Pertumbuhan benih triploid dibandingkan dengan diploid
hingga umur 4 bulan masih belum memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada
pertambahan bobot harian. Histologi gonad yang dilakukan memperlihatkan bahwa
gonad patin triploid baik jantan dan betina tidak berkembang. Hal ini menyebabkan
hasil rendemen filet patin memiliki persentase yang signifikan dengan selisih bobot
daging hingga mencapai 200 g. Warna dan hasil proksimat daging juga tidak
memperlihatkan perbedaan yang signifikan secara statistik.
Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah berhasilnya upaya mendapatkan
patin tetraploid melalui kejut panas dan memiliki kemampuan reproduksi sama dengan
patin diploid untuk dijadikan sebagai induk. Selain itu, produksi patin triploid secara
massal melalui persilangan, juga telah dibuktikan keberhasilannya.
Collections
- DT - Fisheries [725]