Pola Komunikasi Komunitas dalam Membangun Perilaku Ramah Lingkungan di Bantaran Sungai Ciliwung Kota Bogor.
View/ Open
Date
2019Author
Lasinta, Megafirmawanti
Pandjaitan, Nurmala K
Sarwoprasodjo, Sarwititi
Metadata
Show full item recordAbstract
Isu lingkungan telah menjadi pembahasan penting di dunia internasional
termasuk Indonesia. Sebagai negara dengan kekayaan alam melimpah, Indonesia
pada dasarnya adalah negara yang memiliki cadangan air yang baik, namun
perilaku warga komunitas yang belum sadar akan pentingnya menjaga lingkungan
menjadi ancaman tersendiri bagi ketersediaan air bersih di Indonesia. Kota Bogor
merupakan kota penyangga Ibu Kota yang memiliki dua sungai besar sebagai
sumber air baku untuk konsumsi warga. Salah satu sungai tersebut adalah sungai
Ciliwung dengan kuantitas air yang cukup memenuhi kebutuhan air Kota Bogor.
Meski secara kuantitas dikatakan cukup memenuhi, namun kualitas air sungai
Ciliwung yang tercemar berat menjadi masalah penting yang harus diselesaikan.
Pulo Geulis adalah salah satu area bantaran sungai Ciliwung yang menjadi
tempat pemukiman warga di kota Bogor. Lahan yang terbatas, harga tanah yang
tinggi, dan tingkat ekonomi penduduk yang rendah adalah beberapa alasan
mengapa bantaran sungai digunakan sebagai daerah pemukiman. Pulo Geulis
adalah daerah padat penduduk di mana pembangunan terjadi secara vertikal karena
lahan yang sempit. Rumah warga di Pulo Geulis saling berdekatan sehingga tidak
ada ruang terbuka hijau di daerah tersebut. Satu-satunya akses untuk masuk ke Pulo
Geulis harus dilewati melalui jembatan kecil yang menghubungkan Pulo Geulis
dengan daratan di sisi lain Ciliwung.
Letak Pulo Geulis yang strategis mempengaruhi kebersihan dan kelestarian
sungai Ciliwung. Hal ini dapat berkontribusi pada tercemar atau tidaknya air di
wilayah tersebut. Perilaku warga yang ramah lingkungan akan berdampak positif
pada lestarinya sungai dan tersedianya air bersih. Sebaliknya, perilaku warga
bantaran sungai yang tidak ramah lingkungan berdampak negatif hingga
menurunkan kualitas air bersih dalam suatu wilayah. Pada faktanya, secara visual
terlihat bahwa kondisi bangunan rumah warga di Pulo Geulis umumnya dibangun
membelakangi sungai sehingga Ciliwung dianggap sebagai bagian belakang (water
back landscape) yang tidak termanfaatkan dengan semestinya. Saluran-saluran
limbah rumah tangga mengarah langsung ke badan sungai. Bahkan, perilaku warga
Pulo Geulis yang sampai saat ini masih menjadi masalah adalah adanya warga yang
masih membuang sampah ke badan sungai Ciliwung. Hal ini menjadi masalah yang
harus diatasi untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi warga Kota Bogor di
masa kini maupun masa mendatang. Salah satu solusi yang harus dilakukan adalah
membangun perilaku ramah lingkungan warga komunitas bantaran sungai.
Secara konseptual, perilaku ramah lingkungan dipengaruhi karakteristik
warga komunitas tingkat (pendidikan, usia, tingkat pendapatan, dan lama tinggal
dalam komunitas), sikap warga komunitas terhadap perilaku ramah lingkungan
(aspek kognitif dan aspek afektif), dan pola komunikasi warga komunitas (sumber
informasi, ragam saluran, pesan manfaat, pesan resiko, dan pesan teknis) tentang
perilaku ramah lingkungan. Atas dasar tersebut maka dianggap penting untuk
menganalisis pengaruh faktor-faktor yang dimaksud terhadap perilaku ramah
lingkungan warga komunitas di Pulo Geulis.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian kuantitatif menggunakan metode
survey. Sampel penelitian sebanyak 100 responden ditentukan secara sengaja
(purposive) dengan melihat karakteristik yang sesuai kebutuhan penelitian.
Responden penelitian ini adalah warga komunitas Pulo Geulis yang berusia diatas
17 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Karena terdapat 5 (lima) RT di Pulo
Geulis maka penentuan responden dilakukan secara cluster dimana pada setiap RT
diambil 20 warga sebagai responden penelitian. Data dari 100 responden dihimpun
menggunakan instrumen berupa kuesioner. Data juga dikumpulkan melalui
wawancara dengan informan kunci seperti Ketua RW, Ketua RT, maupun Kader
Posyandu di Pulo Geulis.
Analisis data dilakukan menggunakan Software Smart PLS 3.0. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kualitas perilaku lingkungan warga komunitas Pulo Geulis
adalah pada tingkatan cukup ramah lingkungan. Perilaku lingkungan yang paling
banyak dilakukan adalah perilaku pengelolaan sampah dan penghematan air.
Adapun perilaku lingkungan yang belum banyak dilakukan oleh warga komunitas
adalah penggunaan septic tank, pemanfaatan air hujan, pembatasan penggunana air,
dan pemanfaatan kembali air bekas pakai (grey water). Pada sikap warga komunitas
terhadap perilaku ramah lingkungan, hasil analisis menunjukkan bahwa aspek
pengetahuan warga komunitas tentang perilaku ramah lingkungan berada pada
tingkatan yang sedang. Kognitif tersebut tercermin dari pengetahuan yang baik
tentang bahaya limbah kamar mandi bagi ekosistem sungai. Hal tersebut kontras
dengan pemahaman yang belum baik tentang ketersediaan air di bumi. Pada aspek
afektif, warga komunitas memiliki afektif yang netral terhadap perilaku ramah
lingkungan. Hal ini searah dengan aspek kognitif yang berada pada kualitas yang
masih sedang.
Selanjutnya, analisis menunjukkan bahwa pola komunikasi warga komunitas
dalam informasi perilaku ramah lingkungan lebih banyak dilakukan oleh sumber
formal seperti ketua RT, RW, dan Kader Posyandu. Saluran komunikasi yang
digunakan masih kurang beragam yakni antara 1-2 jenis saluran komunikasi.
Saluran yang paling sering digunakan adalah komunikasi face to face. Pada isi
pesan, baik pesan manfaat, resiko, maupun pesan teknis berada pada kategori yang
lengkap dan cukup lengkap. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola
komunikasi berupa sumber informasi, ragam saluran, pesan manfaat, pesan resiko,
dan pesan teknis adalah indikator yang mempengaruhi perilaku ramah lingkungan.
Selain itu, pola komunikasi juga mempengaruhi sikap warga komunitas terhadap
perilaku ramah lingkungan di Pulo Geulis.
Collections
- MT - Human Ecology [2190]