Strategi Peningkatan Kinerja dan Manajemen Risiko Pada Rantai Pasok Cabai Merah untuk Mengurangi Susut Hasil
View/ Open
Date
2019Author
Hayuningtyas, Maulida
Marimin
Yuliasih, Indah
Metadata
Show full item recordAbstract
Fluktuasi harga cabai merah sangat cepat karena terjadi ketidakseimbangan jumlah pasokan di pasaran. Kontinuitas pasokan berada dalam rantai pasok yang panjang, sentra produksi yang terpusat pada daerah tertentu dan tingginya angka susut hasil komoditas hortikultura hingga nilai impor yang semakin menanjak. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kinerja rantai pasok cabai merah untuk memenuhi kebutuhan pasokan dengan kualitas yang baik secara kontinu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme, konfigurasi rantai pasok dan mengukur kinerja dalam rantai pasok, menganalisis nilai tambah pelaku rantai pasok, mengidentifikasi risiko dan menentukan mitigasi risiko yang terdapat pada rantai pasok, merumuskan struktur kelembagaan pada rantai paso yang menunjang kinerja dan merumuskan strategi peningkatan kinerja dalam sistem manajemen rantai pasok cabai merah. Empat elemen dasar untuk mengidentifikasi mekanisme rantai pasok berdasarkan Vorst (2006). Metode SCOR (Supply Chain Operations Reference-perbandingan berpasangan digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok. Metode Hayami digunakan untuk menghitung nilai tambah. House of Risk (HOR) digunakan untuk identifikasi dan mitgasi risiko. Penyusunan struktur kelembagaan menggunakan Interpretative Structural Modeling (ISM). Metode ANP-BOCR digunakan untuk merumuskan dan memilih strategi peningkatan kinerja, nilai tambah dan mitigasi risiko pada rantai pasok.
Mekanisme rantai pasok dianalisis dengan metode Vorst, melakukan pendekatan melalui empat elemen utama, yaitu a) struktur rantai pasok, b) proses bisnis rantai, c) manajemen jaringan dan koordinasi rantai, d) sumberdaya rantai yang digunakan. Rantai pasok cabai merah melibatkan beberapa pelaku, berdasarkan identifikasi struktur jaringan rantai pasok bahwa anggota rantai pasok cabai merah mencakup petani, pemasok, supplier (pengolah primer) dan industri. Penilaian kinerja dilakukan melalui pendapat pakar dengan beberapa metriks kinerja, yang berasal dari penilaian pakar. Pengukuran kinerja rantai pasok memiliki 5 hierarki level yaitu goal, proses bisnis, kriteria, atribut dan matriks kinerja. Hasil menunjukkan bahwa kinerja rantai pasok cabai merah di tingkat petani sebesar 74.6%, pengumpul 76.8%, supplier (pengolah primer) 82.5% dan industri kecil menengah (IKM) sebesar 81.9%. Dari hasil tersebut petani dan pengumpul masuk dalam klasifikasi kinerja kurang, sedangkan supplier (pengolah primer) dan IKM klasifikasi sedang.
Hasil dari perhitungan nilai tambah dengan metode Hayami termodifikasi di setiap pelaku rantai pasok bahwa petani memiliki rasio nilai tambah sebesar 71.9%, pengumpul 13.21%, supplier (pengolah primer) 29.01% dan industri sebesar 49.34%. Rasio nilai tambah pengumpul rendah dikarenakan proses penanganan yang berlangsung cepat. Peningkatan kinerja harus mampu meningkatkan nilai tambah produk pada setiap pelaku rantai pasok.
Hasil dari identifikasi risiko terdapat prioritas risiko menunjukkan ada 10 risiko potensial di tingkat petani, 9 risiko potensial di pedagang, 11 risiko potensial di pemasok dan 10 risiko potensial di tingkat industri. Informasi kinerja rantai pasok ini diharapkan para pelaku dapat meningkatkan koordinasi, integrasi antar pelaku rantai pasok, pemenuhan sarana produksi, penerapan GAP (Good Agricultural Practices) yang tepat, mekanisme distribusi pasokan, sehingga dapat optimal untuk memenuhi permintaan
5
konsumen dan memperkecil susut hasil untuk meningkatan daya saing pada industri cabai merah. Hasil perhitungan untuk pemilihan aksi mitigasi terbaik terdapat 9 aksi mitigasi di tingkat petani, 8 aksi mitigasi di tingkat pengumpul, 10 aksi mitigasi di tingkat supplier (pengolah primer) dan 9 aksi mitigasi di tingkat industri.
Perencangan struktur kelembagaan rantai pasok diperoleh bahwa regulator dalam hal ini ialah pemerintah memegang kendali dalam keberlangsungan rantai pasok karena memiliki intervensi dalam hal kebijakan melalui perundangan-undangan yang berpihak kepada petani dengan adanya harga referensi komoditas cabai merah dan insentif kepada UKM untuk menyerap kelebihan pasokan cabai merah dan melakukan proses pengolahan agar memiliki daya tahan lebih lama. Sedangkan peran pasar induk terintegrasi yang berada di daerah perkotaan untuk mengelola pasokan cabai merah dengan tepat.
Terdapat lima alternatif strategi peningkatan kinerja, nilai tambah dan risiko pada rantai pasok cabai merah mencakup penerapan GAP, GHP budidaya dan pascapanen yang baik, pengembangan pasar lelang, peningkatan teknologi hilirisasi, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan penyediaan jaringan informasi. Berdasarkan perhitungan analisis BOCR maka alternatif strategi terbaik dengan nilai 0.255 ialah peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.
Collections
- MT - Agriculture Technology [2271]