Pengaruh Kekuatan Karakter Orang Tua dan Internalisasi Nilai Kebaikan terhadap Kesejahteraan Anak Pra-Sekolah
View/ Open
Date
2019Author
Ginting, Widyasari
Muflikhati, Istiqlaliyah
Sunarti, Euis
Metadata
Show full item recordAbstract
Hampir sepertiga dari kasus yang ditangani oleh KPAI pada 2016 yakni
anak bermasalah dengan hukum, dengan proporsi 40 persen adalah anak sebagai
pelaku kejahatan. Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan karakter dilakukan
pada anak sedini mungkin. Anak yang berkarakter baik juga merupakan gambaran
dari kesejahteraan anak. Kesejahteraan anak tidak hanya berfokus pada apa yang
anak terima sekarang tetapi juga kualitas anak mendatang. Dalam pendidikan
karakter, orang tua sebagai pengasuh utama anak berperan melakukan
internalisasi nilai kebaikan. Selain itu kekuatan karakter orang tua yang tampak
dalam perilaku sehari-sehari juga merupakan contoh yang baik bagi anak. Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kekuatan karakter
orang tua dan internalisasi nilai kebaikan terhadap kesejahteraan anak.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian
dilakukan di Kelurahan Lembur Sawah, Kec. Bogor Selatan (mewakili daerah
perdesaan) dan Kelurahan Babakan Pasar, Kec. Bogor Tengah (mewakili wilayah
perkotaan) yang dipilih secara purposive. Populasi penelitian adalah keluarga
utuh yang memiliki anak usia pra-sekolah (3-5 tahun). Pemilihan contoh
dilakukan secara disproportional stratified sampling berjumlah 120 contoh. Data
primer diambil menggunakan metode wawancara dengan kuesioner terstruktur
meliputi karakteritik keluarga, karakteristik anak, kekuatan karakter orang tua,
internalisasi nilai kebaikan dan kesejahteraan anak. Pengolahan dan analisis yang
dilakukan adalah analisis deskriptif, uji beda t-test, uji korelasi pearson dan uji
regresi linear berganda.
Usia Ibu dalam penelitian ini berada pada rentang 21-46 tahun, dengan
rataan 32.13 tahun. Lama pendidikan ibu berada pada rentang 0-16 tahun dengan
rataan 8.38 tahun. Hasil uji beda menunjukkan perbedaan signifikan antara lama
pendidikan ibu di wilayah perdesaan dan perkotaan. Ibu di wilayah perkotaan
menempuh pendidikan formal lebih lama dari pada ibu di daerah perdesaan.
Pendapatan perkapita keluarga sebesar Rp625.930 dengan 33.3 persen keluarga
berada dalam kategori miskin. Usai anak berada pada rentang 3-5 tahun yang
terdiri dari 55.8 persen anak laki-laki dan 44.2 persen anak perempuan.
Sebagian besar kekuatan karakter orang tua dalam penelitian ini berada pada
kategori sedang (85%) dengan nilai rataan 72.44. Berdasarkan enam dimensi
kekuatan karakter, kekuatan karakter (keadilan) memiliki nilai rataan tertinggi dan
kekuatan karakter (pengetahuan dan kearifan) memiliki nilai rataan terendah.
Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kekuatan karakter
ibu di wilayah perdesaan dan perkotaan. Rataan indeks kekuatan karakter di
wilayah perdesaan (71.1) lebih rendah dibandingkan rataan indeks kekuatan
karakter di wilayah perkotaan (73.78). Perbedaan signifikan juga terdapat pada
kekuatan karakter (keteguhan hati) dan kekuatan karakter (kearifan dan
pengetahuan). Rataan indeks kekuatan karakter (keteguhan hati) di wilayah
perdesaan (69.25) lebih rendah dari pada di wilayah perkotaan (74.75). Selain itu,
rataan indeks kekuatan karakter (kearifan dan pengetahuan) di wilayah perdesaan
(59.71) juga lebih rendah dari pada wilayah perkotaan (68.00).
Internalisasi nilai kebaikan (68.30%) berada pada kategori sedang, dengan
nilai rataan indeks sebesar 72.44. Hasil uji beda menunjukkan ibu di wilayah
perkotaan lebih sering melakukan internalisasi nilai kebaikan terhadap anak dari
pada ibu di wilayah perdesaan. Perbedaan signifikan khususnya juga terdapat pada
nilai: kedamaian, tanggung jawab, kebahagiaan, kerja sama, kejujuran,
kerendahan hati, dan toleransi. Hasil penelitian 44.20 persen keluarga sudah
memiliki kesejahteraan anak dalam kategori tinggi, 50.80 persen kategori sedang
dan sisanya lima persen dalam kategori rendah. Hasil uji beda menunjukkan tidak
terdapat perbedaan signifikan antara kesejahteraan anak di wilayah perdesaan dan
perkotaan secara keseluruhan. Perbedaan signifikan kesejahteraan anak
berdasarkan wilayah tempat tinggal terdapat pada dimensi kesejahteraan sosial,
kesejahteraan lingkungan dan kesejahteraan spiritual.
Berdasarkan hasil uji korelasi, lama sekolah ibu berhubungan positif dengan
kekuatan karakter (transenden serta kearifan dan pengetahuan). Selain itu lama
sekolah ibu juga berhubungan positif dengan internalisasi nilai kebaikan secara
keseluruhan dan internalisasi nilai: kedamaian, persatuan, kejujuran, kerendahan
hati, dan toleransi. Selain lama sekolah ibu, pendapatan per kapita juga
berhubungan positif dengan internalisasi nilai (toleransi). Lama sekolah ibu dan
pendapatan per kapita berhubungan positif dengan kesejahteraan anak dimensi
material, sedangkan lama sekolah ibu dan usia anak berhubungan positif dengan
kesejahteraan anak dimensi spiritual. Hasil uji korelasi juga menunjukkan bahwa
kekuatan karakter orang tua berhubungan positif dengan internalisasi nilai
kebaikan. Kekuatan karakter orang tua berhubungan positif dengan kesejahteraan
(material) dan internalisasi nilai kebaikan berhubungan positif dengan
kesejahteraan (spiritual) anak.
Analisis uji regresi pada penelitian ini menggunakan dua model. Model
pertama menunjukkan pengaruh kekuatan karakter orang tua (enam jenis karakter)
dan internalisasi nilai kebaikan (11 nilai kebaikan) terhadap kesejahteraan anak
dengan adjusted R Square sebesar 0.164. Sedangkan pada model kedua, wilayah
tempat tinggal, karakteristik keluarga dan karakteristik anak juga ikut dimasukan
dalam uji regresi (adjusted R Square 0.175). Berdasarkan kedua model tersebut,
secara konsisten kekuatan karakter (transenden) dan internalisasi nilai
(perdamaian dan kerjasama) berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan
anak. Kekuatan karakter (keteguhan hati) berpengaruh signifikan negatif terhadap
kesejahteraan anak.
Kekuatan karakter keteguhan hati identik dengan sifat tegas dan
berpendirian teguh. Orang tua perlu mengontrol sikap ini sehingga tidak mencapai
sifat otoriter. Selain itu aktivitas keagamaan, pengembangan diri dan aktivitas
kekuatan karakter transenden lainnya juga baik untuk kesejahteraan anak. Selain
itu orang tua juga diharapkan terus melakukan internalisasi nilai kepada anak
khususnya nilai kedamaian dan nilai kerja sama.
Collections
- MT - Human Ecology [2236]