Jenis Kelulut (stingless bee) yang Dibudidayakan dan Sumber Pakan pada Tipe Penggunaan Lahan yang Berbeda di Pulau Lombok
View/ Open
Date
2019Author
Riendriasari, Septiantina Dyah
Buchori, Damayanti
Hidayat, Purnama
Metadata
Show full item recordAbstract
Budi daya kelulut di Lombok semakin populer dan menarik minat
masyarakat. Jumlah pembudidaya di Kabupaten Lombok Utara mencapai 838
orang, dan belum ada data pasti mengenai jumlah pembudi daya di tiga kabupaten
lainnya. Informasi mengenai jenis kelulut yang dibudidayakan dan sumber pakan
yang potensial di Lombok belum banyak diketahui. Sehingga perlu ada penelitian
untuk identifikasi jenis kelulut yang dibudi dayakan dan tambahan sumber pakan
potensial yang perlu disediakan. Penelitian ini bertujuan untuk (1)mengidentifikasi
jenis kelulut yang dibudidayakan pada tipe penggunaan lahan yang berbeda, (2)
mengidentifikasi sumber pakan kelulut pada tipe penggunaan lahan yang berbeda,
(3) mengetahui kemampuan jelajah kelulut dalam pencarian pakan pada tipe
penggunaan lahan yang berbeda, dan dan (4) mendeteksi keberadaan residu
pestisida pada produk perlebahan yang dihasilkan.
Penelitian ini telah dilakukan di empat kabupaten di Pulau Lombok yaitu
Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur
dan Kabupaten Lombok Tengah pada bulan Nopember 2017 hingga Maret 2018.
Lokasi penentuan sampel menggunakan teknik snowball information yaitu teknik
mencari satu sumber yang dianggap menguasai di bidangnya sebagai informasi
awal, kemudian sumber informasi lainnya didapatkan berdasarkan informasi dari
sumber awal tersebut. Dari hasil teknik snowball information didapatkan 26 sampel
lokasi budi daya kelulut yang tersebar di 26 dusun, 26 desa, 17 kecamatan, dan
empat kabupaten. Lokasi pengambilan sampel diambil titik koordinatnya dan
dipetakan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) tipe Garmin
GPSMAP 76CSx. Dari 26 lokasi sampel, masing-masing lokasi diambil lima sarang
buatan (stup). Jumlah total stup sampel sebanyak 130 stup dari 8 292 stup yang ada
atau 1.57% dari jumlah keseluruhan stup yang ada di lokasi.
Sampel kelulut diambil dengan cara meletakkan kantong plastik tepat di pintu
stup kemudian mengetuknya hingga lebah terbang keluar. Jika sampel individu
sudah mencapai 5 hingga10 individu, maka plastik ditutup dan dimasukkan alkohol
70%. Setelah itu, sampel diberi label dan dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi. Data potensi pakan diambil dengan metode observasi langsung
(Anggadhania et al. 2015). Observasi langsung dilakukan dengan mengamati dan
mencatat berbagai jenis tanaman berbunga yang ada di sekeliling lokasi budi daya
dengan jarak 100 meter dan memprediksi potensi pakan dengan jarak hingga 500
meter melalui citra udara dari titik lokasi budi daya dengan membentuk lingkaran.
Data sampel polen juga diambil secara langsung dari semua sampel stup dengan
menggunakan pinset. Polen yang terambil dimasukkan ke dalam tabung ependorf
dengan alkohol 70% dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi lebih lanjut.
Sampel polen diolah dengan metode palinologi dan menghasilkan preparat. Sampel
kelulut dan polen diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop di Laboratorium
Pengendalian Hayati dan Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelulut yang teridentifikasi ada 4 jenis
yaitu Tetragonula fuscobalteata, T. laeviceps, T.clypearis dan Heterotrigona
erythrogastra. T. fuscobalteata merupakan jenis kelulut yang dapat ditemukan di
semua lokasi di Pulau Lombok. H. erythrogastra merupakan jenis yang paling
jarang ditemukan. Tipe penggunaan lahan tidak memengaruhi jenis pakan dan
potensi pakan bagi kelulut. Famili tanaman yang berfungsi sebagai pakan yang
potensial yang berada pada radius 500 meter adalah Arecaceae, Anacardiaceae dan
Bromeliaceae di semua tipe lahan. Berdasarkan hasil identifikasi polen, kelulut
memanfaatkan pakan dari tanaman famili Bromeliaceae dan Cyperaceae pada
semua tipe penggunaan lahan. Famili Liliaceae menjadi pakan yang potensial pada
agroekosistem, sedangkan Asteraceae menjadi pakan yang potensial di tipe lahan
permukiman dan hutan. Kelulut yang dibudi dayakan pada tipe agroekosistem
cenderung mencari pakan di sekitar radius hingga 500 meter, pada tipe hutan
mencari pakan diluar radius dan pada tipe permukiman mempunyai kecenderungan
50% mencari pakan di dalam radius. Penggunaan pestisida terhadap tanaman di
sekitar lokasi budi daya akan memengaruhi produk perlebahannya. Hasil uji
menunjukkan bahwa sampel madu kelulut di beberapa lokasi di Lombok
mengandung residu pestisida dari bahan aktif Chlorpyrifos Methyl dan Malation
dalam konsentrasi yang cukup rendah.
Collections
- MT - Agriculture [3772]