Status Penyakit dan Karakterisasi Patogen Busuk Pelepah Padi.
View/ Open
Date
2019Author
Afifah, Khoirotul
Wiyono, Suryo
Yuliani, Titiek Siti
Metadata
Show full item recordAbstract
Penyakit busuk pelepah padi yang disebabkan oleh patogen
Sarocladium oryzae menjadi penyakit penting di pertanaman padi di Indonesia.
Hal tersebut dibuktikan dengan gejala busuk pelepah padi yang terjadi di beberapa
daerah di Indonesia yang menimbulkan tidak terisinya malai padi dan malai
berwarna hitam, sehingga berpotensi menurunkan produksi padi. Hasil beberapa
penelitian di negara penghasil padi menunjukkan bahwa bulir padi yang terinfeksi
S. oryzae dapat mengalami kegagalan panen 85% pada padi hibrida, sehingga
menjadi patogen yang cukup berbahaya dalam memengaruhi hasil panen.
Penyebaran patogen S. oryzae dapat terbawa oleh benih, angin, dan beberapa
serangga hama tanaman.
Patogen S. oryzae di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tahun 1987
sebagai penyakit minor. Perkembangan penelitian yang masih sedikit dan sumber
informasi yang sangat terbatas menjadikan penyakit ini tidak banyak diketahui
oleh masyarakat, sehingga penelitian tentang status penyakit busuk pelepah padi
dan karakterisasi patogen masih sangat terbatas. Hal tersebut mendorong
penelitian tentang status terkini penyakit busuk pelepah padi di beberapa daerah di
Indonesia serta keragaman patogen S. oryzae yang menginfeksi pertanaman padi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah dan tingkat infeksi
penyakit busuk pelepah padi di lapangan, mengarakterisasi patogen S. oryzae, dan
mempelajari patogenisitas S. oryzae terbawa benih. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman IPB dan
Laboratorium Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman
(BBPOPT) Jatisari, Karawang pada bulan September 2018 sampai Februari 2019.
Pengumpulan data diperoleh dari wawancara peneliti S. oryzae di Indonesia
serta 54 petani responden, dan studi literatur dari beberapa hasil penelitian
S. oryzae di Indonesia. Perhitungan kejadian penyakit dilakukan di 54 lahan padi
di Kabupaten Karawang dan Cianjur pada fase generatif. Isolasi cendawan berasal
dari bulir dan pelepah yang bergejala busuk pelepah padi, selanjutnya isolat
cendawan yang didapatkan dilakukan uji patogenisitas. Pemeriksaan visual gejala
busuk pelepah padi dilakukan untuk memastikan gejala busuk pelepah padi
disebabkan S. oryzae. Benih yang didapatkan dari penangkar benih, petani, dan
toko pertanian dilakukan uji kesehatan benih. Identifikasi cendawan dilakukan
secara morfologi dan molekuler dengan menggunakan primer spesifik, serta
analisis data.
Patogen S. oryzae di Indonesia dilaporkan pertama tahun 1987 berstatus
penyakit minor, tetapi hasil pengamatan tahun 2000 sampai 2018 menunjukkan
bahwa penyakit busuk pelepah padi menjadi penyakit utama dan penting di
beberapa daerah pengamatan. Hasil wawancara 54 petani responden menghasilkan
perkiraan kehilangan hasil yang dialami oleh petani responden adalah 10% sampai
15%. Gejala busuk pelepah padi di Kabupaten Karawang dan Cianjur umumnya
disebabkan S. oryzae dengan gejala pada pelepah terdapat bercak berwarna
cokelat, bagian tengah bercak berwarna abu-abu, bulir padi mengalami busuk
seluruhnya, serta terdapat miselium. Hasil perhitungan kejadian penyakit (KP)
busuk pelepah padi dari seluruh lokasi pengamatan menghasilkan rata-rata KP
yaitu 12.56% tanpa melihat varietas tanaman padi. Kejadian penyakit busuk
pelepah padi terjadi pada seluruh varietas padi yang diamati dengan rata-rata KP
12.64% kecuali IR 42 yang sama sekali tidak terinfeksi patogen. Kejadian
penyakit busuk pelepah lebih tinggi terjadi di daerah Cianjur dengan rata-rata KP
11.58% dibandingkan Karawang 9.27%.
Patogen S. oryzae yang menginfeksi padi di Karawang dan Cianjur memiliki
morfotipe yang berbeda yaitu KP, KP2, KP3, PW3, dan PW03. Kelima morfotipe
tersebut bersifat patogen. Secara makroskopis koloni KP3 dan PW3 memiliki
warna koloni kekuningan dan pertumbuhan miselium cendawan lebih cepat,
sedangkan koloni KP, KP2 dan PW03 berwarna oranye dengan pertumbuhan
miselium lebih lambat. Secara mikroskopis konidia KP, PW3, dan PW03
memiliki bentuk lebih panjang dan kurus, sedangkan konidia KP2 dan KP3 lebih
pendek dan gemuk.
Hasil pengujian kesehatan benih padi varietas Sintanur, IR 64, Inpari 32,
Ciherang, dan Pandan Wangi menunjukkan bahwa seluruh varietas padi terinfeksi
oleh Sarocladium spp. dengan rata-rata tingkat infeksi 10.75% di Karawang dan
10.73% di Cianjur. Sarocladium spp. asal benih memiliki morfotipe yang beragam
yaitu B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, dan B8, seluruhnya patogen. Kedelapan
morfotipe yang diidentifikasi menunjukkan bahwa hanya morfotipe B8 yang
merupakan S. oryzae. Tujuh morfotipe lainnya termasuk dalam Genus
Sarocladium spp. Hasil amplifikasi DNA menggunakan primer spesifik S. oryzae
yaitu forward primer (5’-GAT CTC TTG GCT CTG GCA TC-3’) dan reverse
primer (5’-GCT CCT GAG GGT TGA AAT GA- 3’) dengan target amplifikasi
157 pb menunjukkan bahwa KP, KP2, KP3, PW3, PW03, dan B8 adalah
S. oryzae.
Collections
- MT - Agriculture [3683]