Pembiakan Massal dan Ketahanan Varietas Padi terhadap Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie
View/ Open
Date
2019Author
Imamah, Annisa Nur
Supramana
Damayanti, Tri Asmira
Metadata
Show full item recordAbstract
Aphelenchoides merupakan genus nematoda yang mempunyai lebih dari 150
spesies, umumnya parasit tumbuhan tingkat tinggi, fungivora, dan beberapa spesies
hidup dengan cara keduanya. Penyakit pucuk putih pada padi yang disebabkan oleh
Aphelenchoides besseyi merupakan penyakit yang baru muncul di Indonesia. Saat
ini, A. besseyi telah tersebar di seluruh Indonesia. Penggunaan varietas tahan
merupakan salah satu metode yang menjanjikan dalam pengendalian A. besseyi.
Namun, belum ada informasi terkait ketahanan padi terhadap A. besseyi di
Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan menemukan metode yang
optimal dalam pembiakan massal A. besseyi dan mengevaluasi respons ketahanan
sembilan varietas padi terhadap infeksi A. besseyi. Pembiakan massal A. besseyi
pada spesies cendawan dapat menjadi metode yang efisien untuk mendapatkan
populasi tinggi dan murni dalam waktu yang relatif singkat untuk mendukung
berbagai aspek penelitian lebih lanjut. Varietas padi tahan A. besseyi dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk pengembangan strategi pengendalian berbasis
ketahanan tanaman padi.
Pembiakan massal A. besseyi diujikan pada kultur cendawan Alternaria
padwickii, Fusarium semitectum, dan Botrytis cinerea. Tiga kultur cendawan
ditumbuhkan menggunakan media PDA pada cawan petri 9 cm. Nematoda
disterilisasi permukaan dengan 0.1 % streptomisin sulfat kemudian dibilas dengan
akuades steril sebanyak tiga kali sebelum diinfestasikan ke dalam kultur cendawan.
Untuk mendapatkan kondisi yang optimal dalam pembiakan nematoda, kultur
cendawan diinkubasi pada tiga suhu yang berbeda. Selanjutnya, 25 nematoda yang
telah disterilisasi diinfestasikan ke dalam kultur cendawan ketika miselia telah
memenuhi cawan dan diinkubasi pada suhu 20, 25, dan 30 ºC. Setelah 21 hari,
nematoda diekstraksi dan dihitung populasinya.
Evaluasi respons ketahanan varietas padi terhadap A. besseyi dilakukan
dengan menggunakan sembilan varietas padi, yaitu Ciherang, Inpago 7, Inpara 3,
Inpara 4, IPB 3S, Prima, Situ Bagendit, Utri Merah, dan Utri Rajapan. Inokulum
nematoda A. besseyi diperoleh dari pembiakan in vitro nematoda pada kultur
cendawan. Sebanyak 500 nematoda per tanaman diinfestasikan pada fase
pembungaan dengan cara menyemprotkan suspensi nematoda ke bagian malai.
Parameter yang diamati yaitu panjang malai, jumlah bulir, jumlah bulir bernas dan
hampa, berat 100 bulir bernas, jumlah nematoda dan ekspresi gen PBZ1 padi.
Deteksi gen PBZ1 dilakukan dengan one step Reverse Transcription-Polymerase
Chain Reaction (RT-PCR). Ekstraksi RNA total dilakukan dari setiap varietas padi
sebelum dan sesudah infestasi A. besseyi. RNA total selanjutnya diamplifikasi
dengan one step RT-PCR menggunakan primer spesifik PBZ1 forward (5’-
CAGTGGTCAGTAGAGTGATC-3’) dan PBZ1 reverse (5’-
CTGGATAGAGGCAGTATTCC-3’) dengan target amplikon berukuran ±900 pb.
DNA hasil RT-PCR divisualisasi menggunakan elektroforesis untuk mendapatkan
pita DNA pada gel agarosa. Intensitas DNA gen PBZ1 dikuantifikasi dengan
menggunakan software ImageJ
Kultur cendawan dan suhu inkubasi yang optimum bagi pembiakan massal
A. besseyi yaitu A. padwickii dan F. semitectum pada suhu inkubasi 20 dan 25 ºC.
Populasi A. besseyi pada kultur A. padwickii dengan suhu inkubasi 25 ºC sebanyak
9 115 per cawan petri dan faktor reproduksi mencapai 364.4 kali. Pada suhu 30 ºC,
A. besseyi tidak mampu memperbanyak populasinya pada semua kultur cendawan
yang diujikan.
Berdasarkan parameter hasil panen, populasi A. besseyi, dan ekspresi gen
PBZ1, respons ketahanan varietas padi terhadap infestasi A. besseyi dibagi menjadi
tiga kategori ketahanan yaitu tahan (Ciherang, Utri Merah, dan Utri Rajapan),
toleran (Inpago 7, IPB 3S, Prima, dan Situ Bagendit) dan rentan (Inpara 3 dan
Inpara 4). Infestasi A. besseyi menginduksi ekspresi gen PBZ1 pada varietas uji
dengan intensitas berbeda tergantung tingkat ketahanan varietas. Varietas Ciherang,
Inpago 7, Situ Bagendit, Utri Merah dan Utri Rajapan menunjukkan ekspresi gen
PBZ1 tinggi baik sebelum maupun setelah infestasi A. besseyi. Intensitas ekspresi
gen PBZ1 yang tinggi sebelum infestasi A. besseyi menunjukkan varietas ini
merupakan sumber potensial varietas tahan terhadap A. besseyi. Berdasarkan hasil
penelitian ada korelasi antara tingginya ekspresi gen PBZ1 dengan ketahanan
varietas padi terhadap A. besseyi.
Collections
- MT - Agriculture [3772]